Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

-tiga-

Sudah tiga hari status pura-pura itu berjalan, perfect tanpa hambatan. Taka pagi ini sarapan, bersama saudarinya yang nampak memakai seragam yang sama sepertinya.

"Senyum-senyum mulu, mikirin apa sih Bang?"

Mendengar sang kembaran menyeru, Taka mengendikkan bahu malas, senyum masih menguar tak dapat ia tahan sembari mengunyah sarapan.

Ryuko Tata, kembaran dari Taka yang melihat reaksi dari Taka memandang aneh. Jarang sekali damai, tanpa ada adu argumen tak berguna antara keduanya. Apa saudara laki-lakinya itu salah makan? Tata hanya dapat menggeleng menepis dan berusaha acuh.

"Udah berangkat sekolah lagi kamu Ta?"

"Humm, iya."

.

Berita tentang Taka dan Ichi menyebar dengan cepatnya seantero sekolah. Banyak yang tidak menyangkanya, kecewa dan ada juga yang merasa keduanya cocok.

Suara debum bola basket yang menyentuh lantai menemani dua insan dalam ruang gymnasium, Ichi dan Asa.

"Aku baru tahu kalau senpai sudah mempunyai kekasih..." Bola dilambungkan ke udara, dan memasuki keranjang. Bola kemudian dibiarkan memantul sedangkan Asa telah melangkah ke sudut ruang dimana Ichi berdiri sekarang.

"Kenapa, Senpai!?" Entah mengapa atmosfer terasa memberat, Ichi merasakan kalau ada yang berbeda dari Kasa.

"Kasa, a---"

Bruk!

Entah sejak kapan Ichi mundur dan tersudut bahkan kini Kasa telah mengunci pergerakkannya.

"Kasa, menjauh dariku!" Ichi berusaha mendorong cowok itu, panik dirasa olehnya apalagi tangan cowok itu telah berani mengusap wajah Ichi.

"Kenapa Senpai, padahal aku---"

"Hentikan!" Tangan Kasa ditepis, Taka lah yang melakukan itu. Ichi yang merasa tlah diselamatkan langsung memeluk yang bersangkutan. Ichi gemetar, takut sungguh dirinya. Dan Taka dapat merasakannya.

"Jangan ikut campur!" Kasa berteriak lantang, dihadapannya adalah seorang Taka namun nampaknya ia tidak peduli.

"Dimana sopan santunmu terhadap yang lebih tua hah!" Taka berujar dengan dingin, cowok itu bahkan tanpa sadar membalas dan mengeratkan pelukan. Dan Kasa mengepalkan tangannya kuat menahan emosi.

"Dia pacarku jadi ini adalah urusanku, tahu!"

Kasa mendecih, keduanya sempat memandang begitu tajam sebelum akhirnya Kasa pergi dari sana.

.

"Ichi, kamu gak diapa-apainkan?" Kini Ichi duduk dibangku, sedangkan Taka berlutut menyentuh sisi wajah gadis itu.

"Mau pulang?"

Ichi hanya mengangguk, dan dengan begitu tangan Ichi ditarik mengikuti langkah Taka. Tak ada perbincangan, hanya saling diam, karena Taka tahu kalau gadis itu masih merasa ketakutan dan perlu waktu.

Taka menyetirkan mobilnya, perjalanan begitu hening sebab tak ada yang memulai.

"Tak, nanti bangunin ya kalau udah sampai." Taka menjawabnya dengan deheman.  Ichi menguap, kepalanya pula ia rileks kan. Tanpa menunggu jawaban Taka gadis itu telah tertidur.

Sepeninggalan Ichi yang terlelap, Taka kini nampak kebingungan dengan pikirannya.

"Aku kenapa sih?" ujarnya pelan. Ia mengusap mukanya kasar, tak mengerti mengapa ia begitu khawatir tadi, eh memangnya tadi ia khawatir? Yah, setelah dipikir-pikir dengan baik kini Taka sadar, kenapa ia begitu emosi saat gadis yang ia peralat menjadi pacar pura-puranya itu disakiti?

'Masa sih aku suka sama dia!?' Taka menggelengkan kepalanya tidak setuju akan pemikiran yang digolakkan oleh batin.

'Mungkin aku khawatir...'

Tapi Taka tidaklah sebodoh itu untuk memahami perasaan, kan?

M

obil dihentikan kala keduanya sampai pada tujuan, namun Taka justru termenung sembari menghelakan nafasnya kasar beberapa kali. Diliriknya gadis yang masih terlelap, pikirannya kalut akan apa yang ia rasa.

"Aku gak tahu kenapa tapi kamu beda dari cewek lain yang pernah aku temui..." Taka berujar, wajahnya kini ia dekatkan pada gadis itu yang masih terlelap damai.


"

Aku gak tau pasti tapi kayaknya aku beneran suka sama kamu Chi." Taka tersenyum. Pula ia agak terkekeh akan ucapannya sebelumnya.

Tangan Taka kemudian beralih menepuk-nepuk kepala Ichi, "bagun oi udah sampai." Taka bermaksud membangunkannya.

"Udah sampai?" Agak linglung Ichi saat tersedar, namun Ia mengangguk dan bersiap untuk keluar dari mobil milik Taka.

"Udah, sana masuk rumah," perintah Taka.

"Makasih." Ichi tersenyum tulus, kemudian segera Ia keluar dan masuk kedalam rumah kediamannya. Dan Taka memperhatikan, setelah gadis itu benar-benar masuk barulah Taka melajukan mobilnya.

Dalam perjalanan, pergelutan batin masih terjadi. Taka masih heran dengan dirinya, pula bertanya akan bisakah jatuh cinta dengan waktu sesingkat yang Ia alami.

Singkat, bahkan tak ada yang istimewa. Hanya ketidaksengajaan dan keisengannya agar gadis itu bisa ia dekati. Alasan mendekati pun sebab rasa penasaran dengan gadis pemilik marga Kiyounara tersebut, yah gadis itu cukup terkenal apalagi dikalangan cowok-cowok.

Bukan terkenal karena kecantikannya, namun terkenal akan sifat acuh tak acuhnya terhadap semua orang yang beberapa waktu lalu Taka ketahui penyebabnya.

'Kenapa kayak gini sih...' batin mendesah ria, lelah akan pergelutan hati yang membingungkan itu.

.

"Aku... pernah dikhianati, dipermainkan dan dijadikan bahan taruhan anak cowok satu angkatan."

"Kok---" Ichi terkekeh melihat Taka yang nampak terkejut, bahkan cowok itu tak dapat melanjutkan kata-katanya.

"Makanya aku tidak pernah bisa percaya lagi sama semua lelaki yang berusaha mendekatiku."

"Aku juga jadi gak suka sama yag namanya cowok."

"Terus, aku ini apa?" tanya Taka.

"Kamu? Hm...kamu, kan partner pura-puraku."

Ah, ya. Padahal pacaran pura-pura mereka belum sampai 2 hari, tapi Taka sering lupa kalau itu semua hanya pura-pura.

"Jujur saja, aku merasa terbantu dengan tawaranmu untuk menjadi pacar pura-puramu. Karena aku merasa cowok-cowok yang berusaha mendekat mulai berkurang."

...

|tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro