s-2🍂wejangan Asa
"I'm ok," ucap Ichi.
"You not ok," jawab Asa pula. Kini Asa mengangkat tangannya naik menyentuh pucak kepala Ichi, kemudian mengusap-usapnya pelan.
"Kamu tau, ketika aku sadar kalau aku mencintai Va hari itu, sebelumnya apa yang terjadi?
Kami ada masalah, berantem dan kehilangan kepercayaan yang hampir tidak ada kesempatan menuju akhir bahagia ...," ucap Asa sendu. Pemuda surai coklat itu nampak berflashback ria, mengingat beberapa kejadian di masa lalu dengan gadis pujaan hati. Namun Ichi yang sangat tahu kejadiannya hanya bisa terperagah, menatap Asa dengan heran sebelum tawa tertahan muncul kepermukaan.
"Pffft--"
Kini giliran Asa yang heran sebelum kemudian menatap galak Ichi yang menutup mulut menahan tawa. "Chi aku serius loh!!" kata Asa.
"Wkwk i-iya ... duh masalahnya kamu tuh kalau serius lucu--pfftt!"
Asa merotasikan manik coklatnya malas, mengabaikan Ichi yang masih berusaha mengkalem disampingnya itu. "Ck, intinya nikmati. Sesakit atau semenderita apapun kamu karena ke-semuan hubungan itu," ucap Asa.
"As, aku bukan masokis."
"Lu masokis," ucap Asa.
"Enggak," sergah Ichi, kini sembari menggeleng keras.
"Lu bucin," ucap Asa diselingi decakan.
"Kamu lebih bucin," balas Ichi lagi.
"Aku gak bucin, buktinya kami baik-baik aja ldr-an kaya gini," sergah Asa. Mengingat Va--gadisnya sedang berada jauh di Singapura sana. Memang sih, tapi tetap saja menurut Ichi yang buciners sejati Asa masuk dalam golongannya.
"Kamu tuh bucin banget, Taka lagi senyum aja meleleh padahal lagi gak senyum ke kamu," lanjut Asa yang membuat Ichi membeku sejenak. Telak.
"Ck, gak usah bawa-bawa masa lalu." Ichi mendorong Asa menjauh, padahal sama sekali tak berpengaruh dan Ichi yang menunduk menatap kakinya yang menjuntai.
"Muka mu merah Chi, pasti lagi bayangin senyumnya Taka ya?" goda Asa. Kini dengan sengaja menusuk-nusuk kecil telunjuk ke pipi Ichi yang memanas. Bentar, ini sebenarnya bapernya ke siapa?
"Hmmm emang ya, cinta itu seaneh itu. Jadi kamu ada masalah apa?" Asa kembali fokus, menatap serius Ichi yang tak banyak berekspresi.
"Bukan urusanmu."
"Urusan aku, kamu udah kayak adekku sendiri."
"Aku lebih tua dari kamu ya ...," ucap Ichi menyipitkan mata tak terima.
"Beberapa jam doang, kita lahir di hari yang sama dan lagi pemikiran aku lebih dewasa daripada kamu," ucap Asa membela diri. Tak bisa di sanggah lagi, karena itu memang kebenarannya.
"Kalo emang sayang Taka pertahanin, jangan sampai lepas karena yang kaya Taka itu kalau udah lepas susah buat menggapainya balik."
Mulai lagi...
"Sama seperti aku dan Va, kami bahkan perlu jarak dan waktu hingga sadar akan perasaan kami yang terikat. Kamu tahu bukan, karena berjodoh membuat kami dipertemukan bukan dipertemukan dahulu baru berjodoh ... ujian cinta itu wajar, ia memupuk rasa, membawa dan memperkokoh rasa itu. Membawa buah alasan, untuk apa aku mempertahankan rasa, alasan apa yang membuatku tak ingin ia pergi."
Panjang. Asa bercerita panjang lebar membuat Ichi mengehela nafas lelah. Kalau Asa sudah seperti itu mana bisa Ichi tidak cerita.
"... tapi aku beneran bukan lagi ada masalah sama Taka loh."
"Trus siapa?"
"Seseorang, kesel gituu," ujar Ichi memajukan bibir agak kesal mengingatnya.
"Tonjok, pukul, tendang, ajak baku hantam," katanya yang membuat Ichi mendelik tajam dengan galak.
"Heh!?"
"Atau nggak cakar n jambak sadja dia," lanjut Asa sembari nyengir. Merasa jika idenya luar biasa.
"Ngapain kamu ngajarin aku kayak gitu," tanya Ichi dengan tatapan horor. Asa makin macam-macam, sepertinya curhat pada pemuda itu tidak akan menyelesaikan masalah deh.
"Sesekali, kamu kan gak pernah ngamuk, yok sesekali buat keributan," dorong Asa lagi dan kali ini tatapan Ichi semakin horor.
"Biar apa coba?" tanyanya.
"Biar rame lah, terus biar mereka yang suka ngejulitin kamu makin julit."
Ichi menghela nafasnya lelah. Menunduk sebentar namun setelahnya Ichi mendongak. "Kamu aja yang aku jambak deh, sini nunduk!"
"E-eh! Kok aku!? Chil jangan! Va kalo ngejambak sampai bikin rambutku rontok, kamu jangan ikut-ikutan kayak dia!" Asa lari, tidak terima rambut berharganya hancur karena gadis itu, dengan Ichi yang justru tertawa lepas.
"Ahaha makanya jangan aneh-aneh!!"
__
(<Dark mode> kalau bisa mulai sini pakai darkmode)
Souchi side
|beberap bulan lalu
"Sou, kenapa kamu bilang sama Taka-Ichi kita tunangan?" Tata memicing tak mengerti. Gadis surai albino ini langsung nyembur tatkala sampai di hadapan Souchi yang duduk diam di halaman belakang kediaman keluarga Kiyounara.
"Udah aku bilangkan kalau aku gak mau kita selesai, untuk hubungan kita aku pengen egois Ta," jawab Souchi.
Tata mengacak surainya sembari mengerang kecil atas jawaban Souchi. Memang benar sih, apalagi dengan hubungan Souchi dan Tata yang berada diambang batas. Sedikit saja salah langkah keduanya usai. Berbeda dengan hubungan Taka dan Ichi yang kini lebih membaik dari biasanya.
"Taka gak segampang itu dibodohi kayak gini Sou," ucap Tata. Kini gadis itu ikut duduk, berseberangan dengan Souchi.
"Aku tau, tapi adikku. Ichi pasti langsung ambil tindakan buat hubungannya sama Taka."
Souchi tahu, Ichi tanpa pikir panjang pasti akan mengusaikan hubungannya dengan Taka. Tabiat gadis itu yang memang lebih suka mengalah.
"Ichi pasti bakal percaya gitu aja kalau kita memang udah bertunangan," lanjut Sou lirih setelah jeda beberapa saat sebelumnya.
Hening sebentar.
"Kamu pengen mereka pisah?" tanya Tata lirih dengan serius. Pandangan keduanya bertemu dalam diam, Souchi benar-benar tak bisa di tebak sekarang menurut Tata begitupun sebaliknya.
"Gak ada cara lain Ta, dari dulu pilihannya hanya dua, kita atau mereka yang selesai."
"Kenapa harus mereka? Kenapa bukan kita aja yang mengalah!?" tanya Tata frustasi. Apa salahnya mengalah, bukan? Tapi ...
"Karena aku sayang kamu Ryuko Tata, aku gak mau kita usai gini aja," jawab Souchi dengan nada sudah dalam batas. Pemuda surai gelap ini menghela nafas kasar, menatap jauh kemanapun asal bukan Tata-nya yang berada di hadapannya kini.
"Cepat atau lambat mereka juga akan tahu Sou, kalau emang dari awal kita gak ditakdirkan bersama mau gimanapun kita mempertahankannya suatu hari nanti pasti bakal gagal ..."
"Aku tahu Ta ... tapi kumohon, biarkan aku bersamamu lebih lama, i really love you,"
__
|seminggu setelah beberapa bulan
"Sou! Ayo ke rumah sakit sekarang, Taka sama Ichi kecelakaan!!"
Apa yang di ucapkan Tata lantas membuat Souchi panik bukan main. Namun berusaha pemuda itu tahan, mau bagaimanapun situasi yang macam itu tak bisa di bawa panik berlebihan.
Do'a.
Keduanya melaju membelah jalanan, beberapa kali Tata mengingatkan Souchi untuk tenang dan fokus menyetir.
Dalam lorong melangkah dengan hati kalut, Souchi tanpa pikir panjang langsung mendekap Ichi--si adik yang nampak terpuruk. Bahkan tangis yang sepertinya sudah usai sebab di makan waktu kembali datang. Membuat Souchi semakin merasa sesak.
Padahal, hubungan keduanya saat itu sedang tidak baik-baik saja.
"Ta, maaf... Taka jadi... gini karena, aku..."
...
"Bang, Ichi yang salah."
Bahkan adiknya mengadu, meminta maaf, sesal dan semacamnya. Padahal, Souchi tahu betul ....
Semua terjadi karena egonya.
__
|beberapa hari setelahnya
Souchi bolak-balik gelisah. Setiap langkah merasa khawatir. Apa lagi jika bukan sebab sang adik yang belum pulang, padahal Souchi tahu betul Ichi paling anti main hingga larut malam.
Suara pintu terbuka langsung membuat Souchi melangkah menuju pintu utama. Ichi di sana, sejenak rasa khawatir hilang namun masih ada.
"Dari mana? Kenapa baru pulang?" Tanya langsung Souchi layangkan, memandang si adik yang kini melepas syal serta mantel tebal yang membukus tubuh. Souchi khawatir namun ia berusaha tegas, tajam pemuda itu tatap Ichi yang nampak tak memperdulikan dirinya.
"Abang Uchi gak usah sok ngurusin hidup aku deh!"
Blam!
Final, suara pintu yang ditutup kasar membuat Souchi yang sedari awal beraut tegas mengendur. Si sulung Kiyounara itu menyugar surainya agak kasar dan helaan nafas yang tak kalah.
Egonya? Atau ego sang adik?
Sebenarnya di mana salahnya ...
__
Paginya ...
Souchi tahu adiknya sudah pergi entah kemana, Makanan telah tersaji, Souchi duduk memandang beberapa jenis hidangan yang sudah di masak Ichi. Biasanya, ketika Ichi memiliki banyak pikiran masakan gadis itu akan terasa asin.
Dengan agak malas Souchi menyiapkan sarapannya. Mengambil nasi dan lauk yang sudah di siapkan Ichi sebelumnya.
"Tumben hambar?" [🍑]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro