Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

s-2🍂Taka

Sang raja siang kini bangkit dari lelapnya. Udara dingin menyeruak memenuhi ruang buat tubuh otomatis meringkup nyaman di atas pelukan kasur serta dekapan selimut. Untuk banyak orang--- namun tidak untuk Ruichi yang kini sudah siap berangkat meski matahari jelas masih malu karena baru bangun dari lelap.

Kotak bekal ditutup rapat pula dimasukkam dalam tas, Ruichi memandangi makanan yang masih panas di atas kompor dengan rice cooker yang sudah dimatikan, sengaja tak dipindah ke atas meja agar terjaga suhunya.

Kini hawa surai gelap itu menghembuskan nafasnya kasar dengan tatapan nanar menuju satu pintu yang tertutup rapat. Sang saudara masih terlelap dan tanpa pamit Ichi langsung melenggang pergi keluar meski seharian ini tak akan ada kelas.

Udara dingin di pagi hari terasa segar dan sehat membuat Ruichi melangkah dengan semangat dengan lari kecil sesekali sekedar menghangatkan. Ah, Ichi paling tak suka denga udara dingin sebab tak suka akibatnya---demam itu tak mengenakkan.

Denting lonceng kala pintu toko roti terbuka membawa beberapa pasang mata menoleh, belum buka sebab sedari awal masuk memang bukan untuk berkunjung. Hari ini Ruichi mendapat sif kerja pagi hingga siang, cukup panjang karena memang dia tak punya pekerjaan lain hari ini.

"Selamat pagi, Ruichi."

Sapaan dari lelaki surai hitam kecoklatan membuat siempu nama menoleh sembari melempar senyum, Ichi baru selesai mengganti pakaiannya menjadi pakaian pelayan.

"Selamat pagi juga, Tanushima," balas Ichi menyapa.

"Kok kerja? Udah gak pa-pa luka mu?" tanya Tanu kembali, adam dengan pakaian yang seragam dengan Ruichi itu mendudukkan diri di bangku dekat Ruichi yang kini melipat syal dan memasukkannya ke dalam tas.

"Udah ga pa-pa lecet dikit aja kok. Aku izin sarapan dulu ya?"

"Hm, gak usah ijin juga ah, kek sama siapa juga."

"Kan kamu bos di sini Tanuuuu," Ichi mengucapkan dengan merotasikan mata malas, Tanushima sendiri diam memperhatikan dengan kekeh kecil yang menguar sebab gemas. Ah, sayang, andai gadis dihadapannya tak punya pawang, pasti sudah maju adam satu ini.

Haaa ... ini bukan gendre harem, jadi berhentilah. Lagipula Kiyounara Ruichi hanya setia pada satu lelaki, kan? Hanya Ryuko Taka yang di hati.

"Asa kemarin chat aku, katanya pengen ketemu kamu gak tau mau ngapain."

Ichi menoleh, mulut yang kini penuh membuatnya tak merespon.

"Kok? Gak langsung ke aku?" heran Ichi. Sumpit kembali masuk dalam bekal yang tadi Ia buat sebelum kemari, memasukkan nasi yang masih cukup hangat ke mulut dengan tenang dengan raut tanya memandang Tanushima yang mengendikkan bahu.

"A---dia ganti nomor, katanya."

"Oh, ketemu di mana?"

"Di sini, jadi hari ini kamu kerja gak sampai siangan."

**

Pekerjaan usai kala seseorang menjemput, Akawa Kasa, adam yang telah lama tak dijumpai Ruichi kini membawanya kesebuah tempat yang tenang.

Mereka duduk bersisian, dengan keheningan yang tercipta, nampaknya canggung.

"Kenapa"/"Ichi"

Ucap bersamaan membuat suasana jadi semakin canggung.

Kasa berdehem, "a-aku mau nanya, keadaan k-kamu gimana? Aku dapat kabar kamu hampir ketabrak beberapa hari lalu."

"A-aku ga pa-pa, kok," cicit Ichi, lantas membuat Kasa tersenyum lega.

"Syukurlah ... dan Taka? Bagaimana dengannya?"

"Dia ..." lirih Ichi berujar namun tak ada kata lain yang dapat terucap setelahnya. Kasa mengangguk mengerti, berarti keadaannya tak baik-baik saja.

"Taka pasti baik-baik saja, aku percaya itu."

Ya ... dia pasti akan baik-baik saja. Mengingat bagaimana kuatnya adam satu itu memperjuangkan sesuatu yang sangat ia anggap.

Kini langkah Ichi sampai pada lorong rumah sakit, matanya yang tadi agak sayu menajam sebab dada yang bergemuruh tiap kali kaki melangkah menuju satu ruangan VIP di sana.

Bagaimana keadaan Taka? Ruichi masih merasa bersalah, apalagi sebab hubungan keduanya sedang tak baik-baik saja.

Pintu diketuk lantas terhenti dan dibuka dengan manik rubi yang memandang kosong terkejut yang kentara.

Kini Ruichi dipandangi oleh beberapa pasang mata yang memandang dengan senyum nampak lega dari area dalam kamar milik Taka.

Kedua orang tua Ryuko kembar dan Souchi ada di sana serta Taka ... yang sudah sadar?

SUDAH SADAR!

"Ichi! Kenapa baru datang aku merindukanmu..."

Suara sendu itu yang pertama datang membuat Ichi yang sama sekali tak siap menjadi gugup dan canggung. Apalagi dirinya sama sekali belum memahami keadaan sekarang.

"A-ah m-maaf ... b-bagaimana keadaanmu Taka?"

Sesungguhnya kini Ichi merasa lega ingin meminta maaf dan mungkin dengan air mata yang mengalir saking bahagianya. Ah, tapi mengapa tak ada? Apa sebab pandangan yang nampak sedih dari tiga orang bermarga Ryuko dan sang saudara. Apa keadaan Taka sedang tak baik-baik saja meski sudah sadar dari komanya?

"Aku sangat baik, terutama saat melihat wajah pacarku ini."

"P-pacar?" Ichi bingung. Kenapa adam surai albino ini mengaku begitu---

"Hm? Kita, masih pacaran, kan?"

"..."

"Aaa-- Ichi temani aku beli makanan di kantin yuk!"

_

Kini dua orang hawa itu duduk bersisian di bangku taman dengan pikiran yang campur aduk sulit dikendalikan. Keduanya meruntuki diri, sama-sama kesulitan menahan gejolak yang kembali muncul setelah sekian lama tak mengalami krisis yang hampir sama.

Kini semesta bermain dengan keadaan yang hampir sama dengan kejadian dua tahun lalu ya? Bedanya dengan skenario yang lebih rumit lagi ...

"Jadi ... dia amnesia? Hilang ingatan?" Ichi meneguk ludah susah payah dengan pandangan kosong menunduk. Kebenaran tentang Taka yang diujarkan oleh Ryuko Tata benar-benar sulit untuk diterima apalagi ...

"Iya ... ada beberapa memori yang Taka lupakan, termasuk tentang pertunanganku dengan Souchi."

'... kenapa dia harus mengingat kenangan denganku?'

Tata menghembuskan nafasnya berat, menyiapkan kata lain yang akan dirinya ceritakan pada Ruichi yang kini tak jelas pikirannya bagaimana. Mau bagaimanapun, siapapun di antara mereka pasti merasa berat, sulit untuk merela ...

"Sekarang Taka pikir dia pacaran sama kamu, dia juga beranggapan kalau aku sama Sou sama sekali tidak mengenal. Bahkan tadi ... waktu sadar dia langsung nyari kamu sama marshmellow ..." Tata tersenyum kecut, pandang sendu tertuju pada tanaman hijau yang memanjakan mata dihadapan dengan Ichi yang mengelus pergelangan tangannya---lebih tepatnya sebuah gelang di sana.

"Ichi, ga pa-pa kan kalau biarin Taka bahagia sampai ingatannya pulih?"

Ichi terdiam, Tata yang langsung meminta padanya membuat hati Ichi terasa diremas sakit. Ada sesuatu yang mengganjal dalam jiwa, tapi tak menemukan apapun untuk menghilangkannya dibayangan.

'Terus kamu sama Souchi gimana Ta?'

[🍑]

Ululu apa nih, help--sudah cukup Ichi terombang ambing di sini:'/

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro