s-2🍂SouTa
Langit malam pudar akan awan mendung yang meminta atensi pada meraka yang senang memandang takjub pada langit. Gelap namun tak sepenuhnya gelap, jutaan kunang-kunang kota mengambil atensi terbesar di kota megapolitan yang ramai tak terbendung. Di sana Souchi dan Tata saling berbagi senyum kehangatan, berbagi tangan yang tak lepas dalam genggaman, saling melepas segala penat yang telah dijamah bersama sang raja siang.
"Thanks Ta."
"Iya."
Tawa manis berhambur, hanya sedikit kata mengingat keduanya sama-sama pendiam. Namun di sanalah titik tenang, keduanya telah lelah dengan drama yang mengalir dalam kehidupan dan malam ini ingin melepasnya bersama pada langit malam.
Tanpa banyak ucappun keduanya saling paham, lewat gestur dan segala tindakan kecilpun sudah lebih dari cukup. Tata bersandar di bahu sang tunangan, memejamkan mata damai menikmati visual kegelapan. Nyatanya, tak semua kegelapan mengerikan, karena sekarang Tata bisa melihat kehangatan dalam kegelapan itu sendiri.
"Ngantuk kah?" Souchi mengusap puncak surai albino si hawa, meminta jawaban yang mana malah membuat hawa itu terbuai dalam visual kegelapan. Hanya senyum kecil yang terulas di bibir Tata tanpa ada niat menjawab.
"Bangun sayang, siapa yang ngangkat kalau kamu tidur ..."
Tata hanya bergumam, memejamkan mata lebih dalam meski sama sekali tak mengubah kegelapan visual menjadi lebih pekat. Tata tak merasa mengantuk, pasalnya merasa ada yang kurang dengan keadaan kini, seperti sang kekasih---Souchi menyembunyikan sesuatu darinya.
"Hah, kamu ada masalah?" Tata menghelakan nafas dan tanya setelahnya, kepala yang tadi bersandar pada sandaran bangku berpindah pada sisi bahu si adam yang kini agak kaku.
"Cerita aja kenapa Sou, jangan dibebanin sendiri siapa tau aku bisa bantu."
"..."
Tata menyergit bingung kala Souchi bungkam. Lantas membuka mata sayu sembari memandang tangan yang kini saling bertaut.
"Ichi ya?" terkanya.
Pergerakan kecil dari bahu yang ia sandari membuat Tata menyimpulkan yakin.
"Kenapa? Kalian berantem? Karena aku ya?"
Perkelahian antara dua saudara memang bukan hal tabu apalagi untuk Tata yang tak pernah akur bersama sang kembaran.
Tapi kali ini berbeda, karena Tata tahu jika Souchi dan saudari kecilnya tak pernah sekalipun mengalami pertikaian, mereka selalu mengerti, saling menjaga dan selalu kompak, adakalanya salah satu mengalah merelakan hingga yang namanya pertikaian itu tak pernah muncul kepermukaan. Dan jika kini pertikaian muncul di tengah keadaan yang begitu mengesalkan, apa yang terjadi?
Tata yakin keduanya tak baik-baik saja ...
Lewat ekor mata Tata mengerling menatap raut Souchi yang kini ia sandari, sepertinya adam itu perlu sandaran namun berusaha tetap tegar dan kuat. Tata menarik ujung bibir jadinya. Membatin tentang, 'mana yang tadi cerewet larang aku tidur di sini? Kok diem?'
"Sou, kamu bisa cerita ke aku jangan ngebebanin dirimu sendiri kayak gini ... " Tata menangkup tangannya yang bertaut dengan tangan Souchi selanjutnya.
"Taka belum bangun dari tidurnya ... padahal sudah lewat empat hari, kamu tau Ta? Ichi jadi gak ada yang jagain, dan moodnya terus memburuk." Kini Souchi yang mengadu. Tenggorokan Tata yang mendengar saja menjadi mengering karenanya. Selain tentang Ichi yang diceritakan, ada Taka yang disangkut pautkan membuatnya kembali mengingat jika Taka sang kembaran, keadaannya semu sekali.
"Tadi malam terakhir aku bicara sama dia, tapi dia ketus banget dan ngehindar. Jarang di rumah juga padahal jelas dia jarang ada kelas."
Tata hanya mengangguk menanggapi, matanya mengerlip berbeda apalagi tiap kata yang diucap Souchi makin kesini makin melirih. Mereka tau, hubungan egois yang mereka pertahankan menghancurkan dua hati. Tapi mau bagaimana lagi, tak ada yang siap mengalah ... hanya gadis itu yang mengalah 2 tahun lalu, walau akhrinya ego tetap tak terkendali setelah rentetan kisah kembali diarungi. Terutama ego adam bersurai albino dan adam bersurai gelap, yang lantas menulari hawa bersurai gelap.
Surai albino Tata bergerak terbawa angin, angin yang menghembus dari jendela balkon kamarnya itu membuatnya tersadar jika larut sekali kini sudah, membawa Tata menatap Souchi yang kini lurus menatap kerlipan cahaya lampu-lampu.
"Kamu yang tenang, Ichi mungkin cuma perlu waktu sendiri buat baikin badmood-nya jadi kasih dia waktu dan nanti bicarain baik-baik kalau moodnya membaik. Dan kamu cepetan pulang sana, udah jam sembilan nanti Ichi gak ada yang jagain di rumah."
Tata menarik tangan Souchi dengan dirinya yang sudah bangkit. Senyum Tata ulaskan guna menyemangati dengan terus memaksa si adam bangkit dari duduk.
"Kalau aku pulang yang jagain kamu siapa, sayang?"
Ah, apa mau anak adam ini? Tata menggeram bak kucing orange marah, dengan cover kucing putih persia, dan terus menarik-narik tangan Souchi meminta untuk bangun.
"Ga usah peduliin aku, mama atau papa pasti segera pulang dari rumah sakit, lagian ada ART jugaaa," jawab Tata.
"Pulang sanaaa nanti Ichi khawatir," lanjut Tata yang sudah berhasil membuat Souchi berdiri. Tata mendorong Souchi untuk segera berjalan menuju pintu keluar utama, dengan Souchi terkekeh dan nada bicara yang tak selirih tadi meski masih terdengar lemah.
"Met malam, langsung tidur ya Tata ..."
"Kirim pesan ke aku kalau sudah sampai Sou, kalau tidak aku tidak akan bisa tidur." Cicitan Tata ini membawa Souchi terkekeh terhibur. Hawa satu itu merona, apa tadi yang ia katakan? Perhatian itu ...
"Hm, pasti. Kamu tenang aja .... "
**
Ulululu gumushnya😁
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro