Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

s-2🍂capek

Ryuko Tata, hawa surai albino yang berada dalam kelas meski telah usai beberapa menit lalu termenung dalam diam. Mahasisiwi universitaa Tokyo jurusan sastra semester tiga itu sedang berfikir tentang keadaan saudara kembarnya yang masih belum sembuh se-total-nya.

Sungguh dirinyaa cemas, bagaimana dengan kelanjutan kisahnya dengan sang tunangan? Ah, Tata ingin merelakannya saja. Walau hati terasa tertumbuk hancur hanya dengan membayangkannya.

Kiyounara Ruichi, hawa satu ini kini menemani. Sebenarnya keduanya tak begitu akrab sebab sama-sama pendiam, namun karena tak tahu harus bagaiamana Tata mesti meminta kejelasan dari adik tunangannya ini.

"Ichi." Dengan helaan nafas sebagai pemula, Tata memanggil nama si surai arang. Yang dipanggil menoleh dengan raut tanya yang kentara.

"Gak jadi..."

Lantas helaan nafas meluncur dari hawa surai arang. Tangan yang tadi diam tanpa minat di atas meja mengepal dengan sekali pukulan sedang muncul, Tata hanya memperhatikan cukup tahu jika seorang Kiyounara Ruichi tengah banyak memendam perasaan di lubuk hati.

"Aku capek ...," lirih Ruichi. Tata tak banyak bereaksi, wajahnya tetap datar namun ada sirat sendu di manik biru langitnya. Ia memandang tak minat pada meja di hadapan, ada satu buku terbuka menampilkan huruf-huruf yang menyatukan kata dan kalimat.

"Kenapa drama ini tak pernah usai ...," keluh Ruichi.

Tanya itu mewakilkan pula untuk Tata yang tak kalah lelah, mau bagaimanapun ia terlibat dan tak pernah ingin semua ini terjadi. Ah--Semesta? Mengapa takdir ini begitu tak beraturan? Tak adakah rasa kasihan pada dua pasang kekasih yang jelas tak menikmati kisah ini?

"Aku juga ..." Tata berucap lirih, tenggorokan pula terasa mengering sebab sebuah rasa muncul memaksa meremas jiwa.

"Aku capek, tapi kenapa kisah ini tak usai jua?"

Entah si surai albino ataupun si surai arang, keduanya sama-sama lelah.

_

"Mau mampir ke rumah sakit dulu Ichi-san? Atau, langsung pulang?"

Keduanya di perjalanan kini, Ichi hanya mengangguk sekilas menyetujui dengan senyum tipis terulas agak bersemangat.

"Kamu saudaranya Taka, ya masa gak mampir dulu... aku bakal nunggu di luar."

"Kamu yang harusnya mampir, aku yang nunggu di luar. Siapa tau kalau sama kamu ingatannya bisa cepat pulih, Ichi-san kan, pacarnya."

Mendengar ucapan Tata membuat Ichi mendengus samar, terutama akhir kalimat, dilirihkan namun seolah menegaskan. Ini dia dramanya... yang mau tak mau harus tetap dijalani.

"Hah, aku tidak bisa..." Ichi sedikit menepuk dada kirinya, "disini, rasanya aneh.. aku merasa asing dengan reaksi tubuhku ini. Aku lelah menahannya."

Tata terdiam, memandang Ichi yang kini nampak terbebani.

"Ichi, jangan bilang kamu pengen peluk Taka?" Kata itu mencelos keluar tanpa Tata sadari dari mulutnya. Tapi sepertinya tepat sasaran?

'Kamu rindu berada di dekatnya, kan?'

"K-kamu ngomong apasih, l-langsung pulang aja yuk ngantuk nih."

Dan berakhir kini berada di bilik Taka. Bersyukurlah orangnya tengah tertidur, hingga membuat dua hawa itu terdiam.

Canggung. Membuat keduanya lebih memilih memainkan gawai masing-masing. Membaca cerita di wattpad sepertinya tidak buruk juga ... dan jangan lupa untuk memberikan voment-nya!

'Ta, pulang yuk:'( '
-Ruichi- san

Pesan itu muncul dari Ichi yang kini fokus memainkan hp, Tata menaikkan alisnya heran. Ternyata gadis itu bisa merengek, sesuatu yang baru menurut Tata.

'Gak ada yang jaga Taka, kita nginep di sini aja. Souchi juga baru pulang lusa.'

'Santai Ichi, orangnya
lagi tidur juga.'

'Tata mah:'( '
-Ruichi- san

Hawa surai arang itu tak menyukai bermalam di sana. Tapi ya mau bagaimana lagi, jalanan malam adalah satu hal yang dihindari di tengah ramainya orang-orang di kota magapolitan itu. Apalagi jika sudah selarut sekarang, lagipula Souchi melarang keduanya untuk berpisah ataupun pergi sendiri-sendiri. Takut terjadi sesuatu katanya.

Malam kini semakin larut, Tata kini sudah terlelap namun tidak untuk Ruichi, gadis itu terjaga entah apa yang dipikirkan olehnya.

Helaan napas meluncur dengan lelah. Kepala terasa pusing sebab terlalu fokus menatap gawai berjam-jam mungkin adalah penyebab.

Pandangan beralih ke arah Taka, adam yang tengah lelap dalam buai mimpi itu pula membuat raut wajah Ichi melengkung negatif namun tak lama sebab setelahnya senyum tercipta tanpa sadar.

'Payah banget, kenapa susah? Ih berhenti bikin aku salting, berhenti bikin aku jatuh cinta untuk kesekian kalinya, please Tak, aku capek... apalagi kalau gak pasti gini...'

Pandangan pula tertuju pada surai adam itu yang terlihat begitu bersinar. Surai albino Taka itu candu bagi gadis surai arang itu, salah satu hal yang membuat Ichi merasa nyaman selain senyum, suara dan tingkah lainnya.

Membayangkan tingkah si adam membuat Ruichi gemas tak tertahan, sampai-sampai ia bertanya membatin.

Sungguh, mengapa begitu menggemaskan? Hingga membuat wajah si bungsu Kiyounara itu merona padam.

Dan hal itu tak luput dari pandangan seorang Ryuko Tata.

Siapa sangka hawa surai albino itu tidak jadi terlelap...

**

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro