s-2🍂canggung
Hari berlalu dengan cepat, keadaan Taka membaik hingga adam satu itu bisa kembali dalam aktifitasnya yang biasa.
"Heran aku Tak, cepet banget kau sembuhnya."
Si empu nama mendelik, kemudian memandang Tata dengan mata yang menyipit. "Maksudnya gimana? Gak senang kau aku udah sembuh?"
"Hehe, gak gitu maksudnya. Yang penting kamu cepat sembuh ya." Tata pula menepuk bahu Taka, dengan berlalu gadis itu melangkah laju, maklum dirinya mengejar waktu sebab kelasnya sebentar lagi akan mulai.
Taka menghela napas lelah, langkah dengan arah yang berbeda dari si saudari ia lalui dengan tenang. Walau sebenarnya tidak tenang sepenuhnya mengingat adam satu ini punya banyak pengangum entah dari luar atau dalam kampus, jadi jangan heran kala pekik serta teriak gemas dari para gadis-gadis yang melambai manja muncul tanpa diundang. Jujur saja, sebenarnya Taka kesal, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Mereka tak akan bisa disuruh diam. Maklum, namanya juga siwi:'(
"Loh, Ichi. Ngapain, di sini?"
Taka terhenti kala seorang hawa yang disebut kini bersandar pada dinding koridor, entah mengapa pula Taka merasa canggung, hingga adam satu ini mengusap tengkuk dengan bingung.
Sedangkan Ichi yang merasa dipanggil mendongak, langsung menatap pada mata si adam yang kini bergerak tak tentu arah. Loh?
Ni anak kenapa tiba-tiba canggung begitu!?
"C-cuma lewat, kita kan memang se arah," jawab Ichi agak terbata. Ia pula berdehem, parah, efek canggung tak bisa ditutupi barang sedikit saja.
Kenapa emosi itu menular? Percaya atau tidak Ichi tengah meruntuki Taka yang bersikap tak seperti pemuda itu biasanya ...
Hah, lelah dengan perasaan yang menular ini.
"Bareng aja yuk, ga pa-pakan?" ajaknya. Ichi mengangguk, namun batin bertanya-tanya dengan sifat Taka yang agak berbeda. Tidak seperti Taka yang gadis itu kenal ...
Kini keduanya berjalan bersama, langkah pelan menjadi teman, meminta waktu untuk tidak terlalu terburu-buru. Canggung masih menyelimuti keduanya, seolah tak ada yang ingin menyingkirkannya dan jujur saja Ichi gatal ingin bertanya.
Sungguh, mengapa sifat Taka berubah setelah beberapa hari tak jumpa. Bahkan pemuda itu tidak ada mengabari bahkan hanya sekedar pesan via wasaft.
"Taka, kamu sudah ingat?" Akhirnya diberanikan tanya itu. Ichi memandang Taka harap, dengan raut sendu yang tak bisa dikendalikan. Ada rasa senang namun sedih jika itu memang terjadi...
Langkah keduanya terhenti, Taka balik menatap Ichi. Kini saling pandang dengan raut tak terdeskripsikan miliknya. Hening sesaat hingga Taka membuka bibirnya yang terus terkatup rapat sedari tadi.
"Ingat, apa?"
Ichi meneguk ludahnya kasar, tenggorokan terasa kering dengan jawaban Taka yang agak mengecewakan ... helaan nafas meluncur spontan lantas pula senyum Ichi pamerkan hingga matanya menyipit.
"Bukan apa-apa. Hanya saja, tumben Taka nanya dulu biasanya langsung gas," jawab Ichi. Kekehan pula menguar, sedikit canda di akhir kembali untuk mengusir sesuatu yang mengusik pikiran. Taka balas tersenyum, sekilas tadi ia melihat ada raut sendu. Bukan mengharapkan kesembuhannya, namun seolah tak ingin sesuatu berakhir.
Taka berdehem. "Gak enak juga kalau gitu terus," katanya, jeda sejenak sebelum kemudian Taka kembali melanjutkan namun dengan mata yang beralih memandang random. "Ichi, aku minta maaf soal kita yang berjarak hari itu ... walaupun aku lupa kenapa waktu itu kita berantem sampai kamu minta putus--- "
"Udah! U-udah gak pa-pa, bukan salah Taka, itu aku yang salah."
Ichi terbelak. Hari itu ternyata pemuda ini tak melupakannya ... Ichi tak ingin mengingatnya, karena hanya akan menciptakan air mata yang mengalir ... bibir bawah gadis itu gigit menahannya, ia masih bertahan memandang Taka yang tak memandang ke arahnya.
"Maaf juga, karena aku Taka jadi celaka." Lirih ... Ichi tak akan mampu berujar lantang jika menyangkut kejadian waktu itu, mentalnya tak pernah bisa sekuat itu walau sudah berumur 19 tahun.
"Untukmu apapun kulakukan, karena kebahagianku ada padamu ... Ichi."
Deg!
Pandangan keduanya bertemu, keduanya lantas membeku di tengah koridor yang sepi. Entah apa yang dilihat kala dua pasang mata itu saling jumpa ... berusaha menyelaminya? Ah, untuk manik Taka yang sebiru lautan mungkin cocok. Tapi manik rubi Ichi sama sekali tak pantas untuk diselami---
"Aaaapa sih, kita pisah di sini. Sampai jumpa Taka." Ichi langsung berlari menjauh dengan Taka yang masih terdiam, tadi itu ... Ichi sengaja memutuskan kontak mata keduanya kala tersadar, apa artinya gadis itu masih memaruh hati padanya?
Atau ... apa?
Taka masih diam, memandang ke arah jalan gadis itu yang kini sudah tertelan jarak.
Sesungguhnya Taka sudah mengingat semuanya ... hanya saja, ia tak rela. Ia belum siap, dan tak ingin gadis itu kembali pergi darinya.
Kalau kau pergi, alasan untukku bahagia juga pergi loh, Ichi.
**
"Aku baru balik lo, kenapa sih?" Kiyounara Souchi kini memandang sang kekasih heran. Sangat heran.
Gadis itu membuang muka, kala didekati pula berusaha menjauh. Pipi digembungkan lucu, jujur saja bukannya bingung serta khawatir walau rasa gemas lebih mendominasi.
Souchi menggelengkan kepala bingung, kembali dirinya dekati Ryuko Tata. Gadis surai albino yang masih membuang muka. Souchi melangkah menghampiri namun si gadis masih tak lelah menghindar untuk bertatap muka, sejenak Souchi berfikir sebelum setelahnya pemuda itu berbinar sambil menangkup pipi Tata hingga keduanya saling pandang.
"Tata ngambek!? Ya ampun kenapa sih sayang, hm?" ucap Souchi spontan. Senyum lembut pemuda itu berikan, memandang dengan tak kalah lembut pula ... namun hanya sebentar karena setelahnya pemuda itu tersenyum jahil dan sedikit menarik pipi Tata tanpa ijin.
"U-um lepwash!" Tata berusaha menyingkirkan tangan Souchi, namun sayangnya percuma. Souchi tertawa pelan, mengalun lembut sembari pipi sang kekasih yang tadi dimainkan olehnya dielus perlahan.
"Tata, tatap mataku ...," ujarnya. Tata menurut namun bibir masih setia melengkung ke bawah. Menggemaskan! Ayo tarik pipinya Tata supaya gadismu itu jadi tersenyum Souchi!!
"Kenapa?"
Lembut, khas sekali dari lelaki itu.
Tata bungkam.
Bukan karena masih ngambek, namun sudah salting kawan:'D
Tata masih merengut, dan rengutannya makin menjadi kala Souchi makin menatap lembut serta lekat Tata-nya.
"Kangen..."
Satu kata.
Udah ah, saya yang ngetik sudah terlampau gemas:'(
Pelukan rindu berhambur, Souchi terkekeh membalas pelukan Tata yang mengerat. Dengan Tata yang menikmati alunan detak jantung dari Souchi yang bereforia sebab mendapat serangan secara tiba-tiba dari gadisnya ....
[🍑]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro