Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

-empat-

"Harus yah kayak gini?" tanya Ichi. Memandang tangannya yang bertaut dengan tangan Taka.

"Harus dong, nanti ada yang curiga."

Helaan nafas lolos dengan ringan, perjalanan di koridor menuju kelas mereka---mereka dalam kelas yang sama---agak terasa aneh. Jujur saja, Ichi merasa aneh dengan tangannya sekarang, sentuhan fisik bukanlah sesuatu yang ia suka.

'Tuh mereka cocok banget!'

'Padahal Ryuko-kun lebih cocok sama aku tahu!'

'Kiyounara-chan juga lebih cocok sama aku'

'Halu---'

"Udah jangan didengerin..."

Ichi hanya memanyunkan bibirnya kesal. Tapi ya... mau bagaimana lagi?

.

Kencan?

Entahlah.

Bisa dimasukkan dalam kencan ataupun tidak Ichi tidak peduli, karena sesungguhnya Ichi tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Itu bukan hal yang penting pikirnya dan alasan ia pergi dengan Ryuko Taka ini hanya sekedar permintaan demi tiada kecurigaan dari berbagai pihak.

Cardigan hitam, kaos putih polos dan celana jeans hitam serta rambut terurai dengan bandana warna senada dengan helaian rambut yang berwarna cerah. Sederhana, namun itulah power dari gadis tersebut. Olesan tipis lipstick ping Ia gunakan dan kini tinggal menunggu Taka yang menjemputnya.

Langkah ia layangkan menuju luar, di tengah perjalanan dapat ia lihat sang kakak yang duduk diam di sofa sembari bermain ponsel.

Tidak dipedulikan, ia lantas keluar mendapati sebuah mobil warna hitam mengkilat di sana. Si pemilik mobil keluar dari pintu penumpang, menampilkan lelaki bersurai layaknya salju. Pakaian yang cukup sederhana, hanya hoodie dan celana jeans hitam.

"Taka-san," panggil Ichi, gadis itu tersenyum tipis memandang lelaki itu yang nampak berbeda.

"Ichi-qyan~"

Dan didetik itu pula senyum Ichi luntur, ahkiran Qyan yang digunakan lelaki itu terkadang membuat mood Ichi kurang baik. Lucu sih, apalagi gadis itu memang menyukai yang imut-imut tapi gadis itu jarang mendapat panggilan seperti itu.
Rasanya agak aneh, mungkin.

Taka terkekeh, perubahan drastis dari raut gadisnya menurut Taka lucu. "Kita jalan sekarang yuk!"

.

Taka punya alasan khusus mengajak gadis ini untuk jalan bersamanya hari ini, dan Taka akan mengatakan alasan tersebut diwaktu yang tepat.

"Filmnya bikin gagal move on ihhh." Terlepas beberapa menit telah selelai menonton film, namun Ichi masih terus terbayang akan filmnya. Sebuah film bergendre misteri action yang sangat membuat Ichi terpana, yah gadis itu terlalu mendalami dan lagi-lagi Taka menganggap tingkah Ichi lucu.

"Udah lanjut lagi yuk, mau ke mana sekarang?" Taka terkekeh. Keduanya tanpa sadar saling menautkan jemari bersama, keadaan jalan mereka memang agak ramai pasalnya jadi ada rasa takut saling terpisah.

"Makan yuk laper nih, baru setelahnya ke toko buku," ajak Ichi. Taka hanya mengangguk dan keduanya lantas pergi menuju tempat yang ingin mereka jalani.

Kini keduanya duduk, yang satu fokus memandang ponsel sembari berscrool ria, dan yang satunya nampak curi-curi pandang sembari meminum sebuah minuman, yang satu ini nampak ingin mengucapkan sesuatu namun ragu entah karena apa. Tangannya mengepal erat.

"Chi, aku mau bilang sesuatu."

Taka memandang agak khawatir pada Ichi, yang kini mengalihkan atensinya penuh tanya menuju Taka.

"Apa?" tanya Ichi.

Taka menggaruk surai putihnya pelan, harusnya Ia telah siap mengatakannya, mengatakan tentang sebuah rasa yang mesti diluruskan.

"Em... s-sebenarnya---

"Loh Taka!?"

"Tata?"

"Ichi?"

"Uchi?"

Setiap insan yang ada di sana lantas menegang. Bersyukurlah ada Souchi, saudara Ichi satu-satunya ini langsung menetralkan ketegangan dengan bincang santai yang ia lakukan. Walaupun begitu, tetap saja batin para insan di sana pada ketar-ketir tak tentu arah sebab merasa janggal.

Sungguh, apa yang dua pasang insan itu lakukan? Berkencan? Dengan hubungan yang seperti itu?

Tata itu saudara Taka, begitu yang mereka semua tahu, begitupun dengan Ichi dan Sou.

"Jadi sebenarnya kami pacaran---"

Ichi benci situasi ini, mereka semua membencinya.

_

Jalanan nampak sepi, hening pula dilakukan sepasang pejalan kaki yang nampak tidak jelas keadaannya. Taka bingung harus apa, Ichi pun juga oleh karenanya keheningan dengan senang hati menyertai mereka.

"Taka," panggil si gadis. Ada helaan nafas yang lemah menguar ke udara.

"Kenapa?"

"Kita udahan sampai sini."

Empat kata yang membuat dunia Taka terasa berputar.

"M-maksud kamu!?" Taka harap Ia salah dengar, kenyataannya memang hubungan pura-pura namun hatinya menganggap hubungan ini adalah hubungan yang sebenarnya, hubungan yang berdasar pada cinta.

"Kita gak bisa lanjutin ini, aku gak mau kakak aku ataupun saudara kamu pisah karena hubungan semu kita ini." Mata memanas dan hati perih kala kata demi kata terucap. Sungguh, bukanlah akhir yang diinginkan.

"Ichi, can i love you?"

Hening, bahkan nafas tertahan tak mampu diuarkan dengan lugas. Keduanya tahu segala kemungkinan positif akan mustahil untuk sekarang.

"Tuhan sudah memberikan garis takdir-Nya masing-masing buat semua insan, jadi..." Ichi kini mengalihkan pandang, kemanapun asal bukan pada lelaki itu.

"sampai jumpa Taka." Lantas langkah membuat jarak merenggang, Taka tak ingin membiarkannya pergi begitu saja tapi Ia tak mampu. Kakinya kaku tak bersedia bergerak untuk menahan kepergian si gadis.

"Ya... sampai jumpa." Hampa, hanya bicara pada udara. Karena Ia telah ditinggalkan, sendirian disana. Nafas diuarkan kasar dan diakhiri dengan tersenyum kesal, sudah terlambat...

Karena harusnya, Ia tidak memulainya dengan pura-pura. Tidak main-main. Karena pada dasarnya, yang tidak bersungguh-sungguh tidak akan bertahan lama.

|end

Berlanjut ke s-2~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro