28
Bayu menatap Giana khawatir. Pasalnya sudah tiga hari belakangan, Giana terlihat sedang tak fokus. Gadis itu sering terlihat melamun hingga banyak pekerjaannya menjadi kacau. Seperti halnya saat ini, Giana diminta untuk menyerahkan laporan pengeluaran bulan Juni, tetapi yang diserahkannya adalah laporan bulan Mei.
"Kita harus bicara sebentar." Bayu menarik tangan Giana dan menyeretnya menuju atap begitu jam istirahat dimulai.
"Kamu tuh kenapa? Aku perhatikan sejak kita pisah sama cewek gila itu, kamu jadi lebih pendiam dan juga sering gak fokus." Bayu meremas bahu Giana pelan.
Giana mendongak, lalu menatap sekeliling dengan linglung seolah jiwanya baru saja kembali ke dalam tubuhnya. Saat menyadari dirinya di atas atap, dia menatap Bayu heran dan tanpa sadar menyuarakan keheranannya dengan keras. "Kok bisa di atap?"
Bayu menjambak rambutnya frustrasi. Helaan napas gusar lepas ke udara. Setelah yakin dirinya sudah lebih tenang, Bayu menatap Giana khawatir. "Kamu kenapa? Kalau ada apa-apa cerita, Gia."
"Saya tidak apa-apa," balas Giana sambil menolak menatap Bayu. Ia melihat ke atas langit berusaha mengurai kekusutan di otaknya. Biasanya ia akan merasa tenang setelah melihat langit, tetapi kali ini ia malah menjadi semakin gelisah. Tubuhnya limbung akibat sekelebat bayangan tak menyenangkan menyapa otaknya sejenak. Beruntung Bayu segera menahannya.
Bayu menarik napas dalam dan mengembuskannya secara perlahan. "Kalau kamu gak mau bicara sama aku, aku harus bawa kamu ke Noah. Beresin barang-barang kamu sekarang."
Kembali lagi Bayu menyeret Giana yang sudah tenggelam dalam dunianya sendiri. Keadaannya kali ini benar-benar kacau, wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar ketakutan. Begitu Bayu menarik Giana ke ruangan Calvint untuk meminta izin pulang, Calvint segera menyanggupinya.
"Noah, lo ada di mana?" Bayu men-dial nomor Noah dalam ponsel pintarnya.
Bayu mengangguk tegas, tetapi sesaat kemudian tersadar bahwa lawan bicaranya tak dapat melihat responsnya. "Oh, oke. Gue ke sana sekarang."
"Ngapain kita ke tempat Noah?" tanya Giana bingung.
Bayu tersenyum singkat. "Karna kamu butuh Noah."
Giana hanya terdiam. Ia tak mengerti mengapa Bayu terlihat begitu sedih dan tertekan. Ia menatap Bayu menyelidik. Melihat Bayu dari samping begini, entah mengapa Giana merasa Bayu begitu familiar.
"Kamu sudah selesai menganggumiku, Nona? Kalau belum, bisa dilanjutkan nanti saja soalnya kita sudah sampai," canda Bayu sambil mengedipkan sebelah matanya pada Giana.
Wajah Giana memerah. Buru-buru ia melepas sabuk pengamannya, lalu berlari menuju tempat praktik Noah.
"Kenapa? Ada apa?" tanya Noah kaget saat Giana mendobrak pintu masuk dengan keras.
Giana menggeleng pelan. "Bukan apa-apa."
Noah mempersilakan Giana duduk. "Kamu kenapa? Muka kamu pucat. Udah berapa hari kamu gak tidur?"
Giana mengelupas kulit yang ada di sekitar kuku jarinya dan menatap Noah bersalah. "Maaf."
Noah menggeleng pelan. "Aku tanya bukan buat nuntut permintaan maaf dari kamu, Gia."
Giana mengangguk pelan. Ia mengerti-amat sangat mengerti. Akan tetapi, ia masih tak bisa menceritakannya. Bukan tak bisa, ia tak tahu harus mulai dari mana. Noah memang mengetahui masa lalunya, tetapi tidak semua. Masih ada beberapa hal yang ia simpan untuk dirinya sendiri karena ia belum berani untuk membukanya.
Noah meremas bahu Giana pelan. "Ya, sudah. Kalau kamu gak bisa cerita. Aku juga gak bisa apa-apa."
Giana memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Aku ... aku ... gak tahu. Harus mulai dari mana ... aku gak tahu."
Noah tersenyum penuh pengertian. "Kalau gitu ... gimana kalau kita mulai dari apa yang kamu takutkan saat ini?"
Giana menatap ragu dan terdiam selama beberapa menit. Matanya hanya tertuju pada senyum teduh Noah, ia bahkan tak menyadari Bayu yang berada di sebelahnya menatapnya dengan bara api cemburu yang pekat.
"Gia?" Noah segera berlari ke lemari tempat biasa ia meletakkan beberapa obat dan barang-barang lainnya. Ia menarik lacinya dan mengeluarkan sebuah kantongan plastik dan menyerahkan pada Giana yang tengah kesulitan bernapas.
Noah meremas tangan Giana yang digenggamnya dan berbisik pelan. "Pelan-pelan, Gi. Pelan-pelan."
Dalam keadaan setengah sadar dan sulit bernapas, Giana merasakan ada sebuah telapak tangan hangat yang menutup kedua mata. Di puncak kepalanya ia juga merasakan sebuah elusan yang sangat lembut. Instruksi yang diberikan Noah perlahan-lahan menjadi jelas di telinganya. Dan di saat itu, ia tersadar ada sebuah suara rendah yang sarat akan kekhawatiran memanggil namanya dan membisikkan bahwa semua akan baik-baik saja.
Lima menit lamanya ia berjuang untuk menormalkan kembali napasnya. Akhirnya ia berhasil. Akan tetapi, tangan hangat itu masih tetap mengelus dan menutup matanya. Ia merasa hangat dan tenang. Satu hal yang ia yakin, tangan itu bukanlah milik Noah karena tangan milik Noah masih meremas tangannya lembut.
"Udah tenang, Gi?" tanya Noah lembut.
Giana hanya mampu mengangguk pelan. Ia menggerakkan jemarinya menggenggam jemari besar yang menutupi mata-atau mungkin lebih tepatnya wajahnya karena saking besar tangan tersebut. Giana hanya menggenggam jemari itu tanpa berniat menyingkirkannya sama sekali.
Tanpa ia sadari, setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya. Cara menenangkan yang unik ini hanya dimiliki oleh dua orang di dalam hidupnya. Dan keduanya juga sudah pergi meninggalkannya selama-lamanya. Sejujurnya, ia sangat penasaran. Akan tetapi, ia takut untuk mengetahui kebenarannya. Makanya ia memilih untuk tak menyingkirkan tangan tersebut dan hanya menggenggamnya dengan erat.
Bayu menarik Giana ke dalam pelukannya. "Menangislah kalau kamu sedang ingin menangis. Menangis bukan berarti kamu lemah. Kamu kuat karena udah bertahan selama ini. Maka dari itu, sekarang istirahatlah sebentar dan bersandarlah padaku. Menangislah dengan keras. Keluarkan semuanya aja. Aku janji, aku tak akan meninggalkanmu. Aku akan selalu di sisimu. Selamanya."
Giana menumpahkan semua emosinya dalam tangisan di dalam pelukan Bayu. Ia memeluk pinggang Bayu dengan erat dan menangis keras layaknya seorang anak kecil. Bayu mengelus puncak kepala Giana dengan lembut. Sesekali ia menepuk-nepuk pelan punggung Giana.
Sudah dua jam berlalu Giana menangis. Kini ia sudah jauh lebih tenang. Mata Giana bengkak, hidungnya memerah. Baju Bayu basah akibat air mata Giana. Noah menyodorkan tisu pada kedua tamunya. Ia juga menyediakan teh manis hangat untuk Giana agar gadis itu merasa lebih tenang.
"Maaf," lirih Giana merasa tak enak pada Bayu.
Bayu menggeleng. "Gak masalah. Selama itu bisa bikin kamu lega, aku senang. Lain kali, jangan dipendam-pendam lagi, ya! Ingat! Kalau butuh sandaran, aku akan selalu ada. Seperti janjiku tadi, aku akan selalu berada di sisimu. Selamanya."
Bayu menyelipkan anak rambut Giana ke balik telinga. Giana hanya terpatung berusaha mencerna apa maksud dari ucapan dan perbuatan Bayu barusan. Hatinya goyah. Ia ingin percaya bahwa ia memiliki harapan. Akan tetapi, ia takut bahwa semua itu akan menghilang lagi.
"Maaf. Tapi saya tidak boleh melakukan ini." Giana berlari keluar dari ruangan Noah tanpa menoleh. Ketakutannya lebih besar daripada harapannya. Ia takut, jika kali ini ia tak berhasil maka ia tak akan pernah bisa bertahan lagi.
-----------------------------------
1072.18072020
Hai"!
Maaf atas keterlambatannya.
Eum..
Malam ini, aku mau berbagi sedikit nih kenapa aku lama update..
Belakangan aku lagi bingung banget soalnya habis kena tipu..
Yah, aku tau aku bodoh banget..
Pelajaran buat aku..
Dan buat kalian juga biar gak sama kayak aku..
Kalau misalnya ada dm atau chat dari temen kalian minta tolong transfer uang, jangan dikasih. Seberapa dekat pun itu. Karena kita gak tau kalau yang minta itu, emang dia atau bukan. Kalau emang mau kasih, minimal kalian harus video call buat mastiin itu bener apa gak kalau kalian gak bisa ketemu dia..
Jangan kayak aku, karna mikir itu tetangga dan bisa ketemu, makanya langsung transfer. Tapi rupanya, akunnya kena hack sama orang. Jadi uangnya ludes deh 😂😂😂
Dan buat para penipu (kuharap kalian baca, walau gak mungkin juga)
Hei! Makasih ya udah ngajarin hal yang berharga. Oh, iya. Kuharap kalian hidup kalian itu tenang ya. Soalnya, mana tau, uang hasil tipuan kalian itu seharusnya bisa nyelamatin nyawa seseorang malah kalian pake buat senang-senang. Kuharap kalian sehat selalu makan pake uang hasil tipuan dan gak sakit-sakitan. Kali aja kalian bisa ketemu sama malaikat maut yang baik hati di neraka sana :v
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro