Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

27

"Hahaha ... lo harus lihat muka lo tadi, El. Kocak banget," tawa Ariel terus bergema di dalam mobil membuat Giana semakin jengkel.

Mana ia tahu pada akhirnya gadis itu akan menyerahkan kunci mobilnya pada di pemilik. Pada akhirnya, mobil tersebut dikendarai oleh Calvint. Ariel duduk di sebelah kusi pengemudi, dia dan Bayu duduk di kursi belakang.

"Mending lo diem deh sebelum gue jahit mulut lo itu," sungut Giana membuat gelak tawa Ariel kian membahana.

Ariel menatapnya meremehkan sembari menaikkan sebelah alisnya. "Lo? Jahit mulut gue?"-Ariel menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri-"Gak akan terjadi. Lo bukan tipe yang nyelesaiin sesuatu dengan kekerasan walau mata lo bilang lo bisa lakuin itu. Jangan lupa, Beb! Gue kenal lo luar dalem."

Giana terdiam. Ancamannya tak berhasil. Benar, Ariel mengenalnya luar dalam. Ia saksi bagaimana hancurnya hidupnya dulu hingga berdampak sampai sekarang. Ariel mengenalnya lebih baik daripada Noah dan Clara karena mereka tumbuh bersama sejak kecil.

"Eh? El, gue mau nanya, deh. Lo masih ingat gak bocah cowok yang selalu ngintilin lo kemana-mana?" tanya Ariel secara tiba-tiba.

Giana mengerutkan keningnya dalam. Sejujurnya, banyak kenangan masa kecilnya yang sudah ia kubur dalam-dalam. Baginya, tak ada gunanya mengingat itu semua-hanya bisa semakin mengarami lukanya aja.

Ariel menatap Giana yang terdiam. Sedikit rasa penyesalan menyentil hatinya. "Gilang. Gue dengar dia ada di sini, di kota ini," lanjutnya pelan.

Gilang. Pemuda yang dihindarinya saat ini karena di pertemuan terakhir mereka memanggil nama kecilnya. Sekarang semuanya jelas baginya mengapa Gilang yang itu mengetahui nama kecilnya. Itu karena Gilang adalah anak itu. Anak kecil yang selalu mencarinya, anak dari panti asuhan sebelah rumahnya. Anak yang tak takut pada ayahnya dan sering main ke rumah.

Melihat gelagat Giana yang menurutnya agak aneh, Ariel pun berkomentar, "Kalau dilihat-lihat, lo gak kaget, ya, El? Apa mungkin dia udah nemuin lo duluan?"

Giana mengangguk pelan karena menutupinya dari Ariel pun percuma. Gadis itu akan mengetahuinya dengan caranya sendiri.

"Udah beberapa bulan belakangan," jawab Giana. Ia terdiam sejenak karena ingat mereka masih di dalam mobil. "nanti gue ceritain," lanjutnya membuat Ariel tak bertanya lebih lanjut.

Begitu sampai di sebuah cafe, Ariel menatap Calvint dan Bayu dengan tatapan mengancam. "Pisah meja!"

Bayu awalnya tak terima, tetapi Calvint memintanya untuk mengerti. Calvint tahu dengan pasti ada hal yang harus gadis-gadis itu bicarakan berdua tanpa ada yang mendengarnya. Ia merasa, itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan untuk dibagi. Makanya ia mengiakan permintaan Ariel dengan cepat dan mengajak Bayu ikut serta bersamanya.

"Aku tahu kamu ingin dekat dengan Giana. Tapi kurasa, ini bukan pembicaraan yang boleh kita dengar. Sepertinya ini sesuatu tentang luka Giana. Sebaiknya kita jangan dengar saja sampai akhirnya Giana yang kasih tahu sendiri dari mulutnya," jelas Calvint saat mendapati Bayu masih menggerutu tak terima.

"Tapi cewek itu udah janji sama gue, Kak. Dia mau ceritain gimana dia bisa kenal Giana. Nanti kalau dia kabur gimana?" tanya Bayu sambil menatap lurus tempat di mana Giana dan Ariel tengah duduk-mereka berjarak 3 meja sehingga mereka tak bisa menguping sama sekali.

"Bay, copot nanti mata kamu kalau kamu pelototi mereka terus seperti itu," canda Calvint yang hanya ditanggapi Bayu dengan dengusan.

"Nyebelin. Tukar tempat dong, Kak! Capek aku muter kepala kayak gini," pinta Bayu yang dihadiahkan gelengan pelan. Posisi Bayu saat ini membelakangi tempat duduk Giana dan Ariel sehingga jika ia ingin melihat keduanya, ia harus memutar kepalanya agar bisa menatap ke belakang.

Calvint memasukkan sesuap nasi goreng ke dalam mulutnya dan mengunyah. "Suasana mereka gak enak. Suram. Jangan dilihat! Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang serius. Tenang aja. Ariel gak akan kabur. Dia udah janji 'kan tadi?"

Bayu menatap tajam Calvint. Ia tak percaya Calvint bisa segitu mudahnya mempercayai omongan gadis yang baru ditemuinya hari ini. "Jangan terlalu percaya sama dia. Dia itu aneh."

Satu jam berlalu, suasana diantara Ariel dan Giana sudah tak setegang itu. Mereka juga sudah mengobrol dengan santai walau mimik Giana menjadi agak kaku. Ariel memberikan sinyal pada Calvint dan Bayu bahwa mereka sudah boleh bergabung.

"Apa yang kalian bicarakan?" todong Bayu pada Ariel.

Ariel tersenyum dan menepuk pundak Bayu pelan. "Woah. Tenang, anak muda. Itu rahasia. Cuma satu hal yang perlu kamu tahu, gue bilang sama Giana kalau kita berdua bakal nikah bulan depan."

Bayu melongo. Menikah? Bulan depan? Ia meremas rambutnya frustrasi, lalu menggebrak meja dengan keras. "Jangan bercanda!"

Ariel memasang tampang sepolos mungkin. "Gue gak bercanda."

Saking paniknya, Bayu sampai kehilangan kata-kata. Ia hanya bisa membuka dan menutup mulutnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Kepalanya berputar menatap Giana, lalu Ariel, lalu kembali lagi pada Giana, lalu Ariel lagi.

"Udah, nih." Giana menyodorkan sebuah ponsel pada Ariel. Ariel menerimanya dengan puas, lalu memutar kembali video yang direkam diam-diam oleh Giana-video reaksi Bayu atas pernikahannya.

Ariel menyimpan ponsel tersebut ke dalam sling bag-nya dan tersenyum puas. "Bagus banget, El. Lo emang yang terbaik, deh. Thank you."

Bayu menatap Ariel dan Giana heran. "Apa itu?"

Ariel mengangkat bahunya tak acuh. "Entahlah. Hanya sesuatu yang lucu."-Ariel menepuk tangannya satu kali.-"Nah! Lo mau tau soal apa mengenai hubungan mesra gue sama El?"

"Mesra?" tanya Bayu tak percaya. Ia mendengus kasar dan berkomentar dengan nada meremehkan, "emang lo udah ngapain aja sama dia?"

Wajah Giana memerah. Apa-apaan pembahasan ini? Jengah, ia pun menggeram cukup keras. "Jangan ngomong sesuatu yang bisa bikin salah paham!"

Ariel terkekeh senang. "Gue udah lihat perubahan lo. Benar kata Noah. Lo berubah. Dan gue senang dengan perubahan lo ini. Gue harap, omongan gue tadi gak akan memberikan dampak buruk buat kamu."

Giana terdiam. Sejujurnya, ada satu kalimat yang masih terngiang-ngiang di kepalanya dan membuat perasaannya menjadi kalut. Walau ia bersikap biasa saja saat ini, ia tak bisa membohongi perasaannya.

"Dia udah bebas sekarang dan dia lagi nyariin lo." Ucapan Ariel masih saja menggema di kepala Giana. Giana sedikit tersentak saat merasakan sebuah genggaman hangat yang melingkupi tangannya.

"Kamu kenapa? Sakit? Muka kamu pucat banget," tanya Bayu penuh perhatian.

Sekali lagi, wajah Giana merona tanpa alasan yang jelas. Ia menyadari bahwa panggilan Bayu padanya telah berubah setelah ciuman itu. Dan entah mengapa, ia senang mendengarnya. Giana menggelengkan kepala keras, mengenyahkan pikiran anehnya.

"Tidak. Saya tidak apa-apa," balas Giana. Ia melihat dengan jelas raut kecewa Bayu saat mendengar balasannya. Akan tetapi, ia merasa harus membangun dinding di antara mereka.

"Oh, iya. Lo gak penasaran gimana gue bisa jadi tunangan bocah tengik ini, El?" Ariel berusaha membuka topik baru.

Giana memutar bola matanya malas. "Koneksi lo luas. Dan gue yakin kalau soal perjodohan kalian itu boong besar. Lo kan udah nikah sama Kak Zeon bulan kemaren. Lo kira gue gak tau?"

Ariel terkekeh dan mengangguk-angguk puas. "Lo emang hebat, ya? Gak punya koneksi, tapi tau aja."

Giana menggeleng. "Lo lebih hebat. Gue penasaran lo kejar Kak Zeon gimana sampai dia bisa luluh sama cewek gila kayak lo. Sejujurnya, gue kasihan sama Kak Zeon tau gak?"

"Sialan, lo. Emang lo kira gue cewek apaan?" tanya Ariel tak terima.

Bayu yang tak mengerti pun buru-buru menyela, "Bentar! Bentar!"

"Iya. Kita tungguin, kok. Gak bakal kemana-mana kita," potong Ariel dengan nada jenaka.

"Jadi lo udah nikah?" Bayu menarik kesimpulan dari pembicaraan barusan dan diangguki Ariel mantap.

"Terus kenapa lo ngaku-ngaku dijodohkan sama gue?" Bayu menggeram marah.

Ariel tersenyum manis. "Jawabannya sederhana. Cuma mau bikin El cemburu. Tapi bukannya dia yang cemburu, malah lo yang kayak cacing kepanasan. Malah nyosor pula itu," cibirnya membuat Bayu mengerang frustrasi.

Jika saja ia mengikuti permainan Ariel, bisa saja ia melihat sesuatu yang bisa ia jadikan petunjuk untuk kejelasan hubungannya dengan Giana. Ia merasa sangat bodoh.

"Ya, lo emang bodoh," komentar Ariel sinis sambil memasukkan kentang goreng ke dalam mulutnya.

"Gue mau tanya satu hal, Ri. Lo tau dari mana gue kerja di sana?" Giana menatap lurus pada Ariel.

Ariel terkekeh pelan. "Oh, itu. Dari dia." Ariel menunjuk Calvint dengan dagunya.

"Pak Calvint? Bapak kenal Riri?" Giana menatap Calvint tak percaya. Setahu dirinya, Calvint bukan tipe orang yang bercerita ke sana-sini.

"Dia istri sahabat saya. Tapi saya benar-benar tak pernah menceritakan tentang kamu padanya. Saya baru bertemu dengan dia hari ini," ucap Calvint heran.

Saat semua mata penasaran tertuju padanya, Ariel membuka suara. "Dia gak ngomong langsung. Cuma gue pernah lihat foto dia yang isinya ada lo sama rekan-rekan kerja lo yang lain. Waktu acara makan malam ulang tahun perusahaan kalian. Dia posting di instagram."

Ketiga orang itu hanya mengangguk-angguk paham sembari membentuk huruf 'O' dengan mulut mereka.

"Nah, udah malam. Yuk, balik," ucap Ariel sembari membereskan barang-barangnya.

Giana pun mengikutinya. Ia menatap Ariel bimbang. Mendadak tawaran Ariel untuk membawanya ke luar negeri terasa sangat menggiurkan mengingat orang itu sudah kembali.

Sebelum Giana turun dari mobil-pada akhirnya Calvint mengantar mereka pulang ke rumah masing-masing-Ariel menoleh ke belakang dan mengulangi tawarannya. "Kalau mau kabur, lo boleh hubungi gue kapan pun lo mau. Gue sama Kak Zeon bakal nerima lo dengan hangat."

Giana mengangguk paham. Ia tahu betul Ariel serius dengan perkataannya. "Ntar gue kabari. Thanks, ya."

"Anytime, El. Oh, iya. Berondong lo ... terima aja. Kasihan. Gue yakin lo ada rasa sama dia." Ariel mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum nakal.

"Terima kasih, Pak. Selamat malam," pamit Giana.

---------------------------
1520.12072020
Hula! Met hari minggu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro