Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

18

Giana hanya mengekori Bayu yang menariknya ke sana ke mari-mencoba semua wahana yang bisa membuat keduanya berteriak lepas atau dengan kata lain ekstrem. Giana menggelengkan kepalanya sembari melambaikan kedua tangannya pada Bayu seolah ia mengatakan bahwa ia sudah menyerah.

"Tunggu!" ucap Giana ngeri saat melihat antrean panjang di depannya. Matanya menelusuri kepala dari antrean yang mengular itu. Matanya membelalak lebar saat melihat kepala antrean itu berhenti di wahana yang paling mengerikan menurutnya. Ular besi panjang yang mengerikan-roller coaster.

"Kamu gila, ya?" sembur Giana kesal. Matanya menatap ngeri saat Bayu mendorongnya masuk ke dalam antrean.

"Bayu!" rengek Giana panik.

Bayu masih tak mau mendengarkan. Senyum jail terpasang di wajahnya sembari kakinya yang aktif berjalan maju.

"Stop! Stop! Bayu! Bayu! Stop!" rengek Giana hampir menangis. Cukup sudah ia ditarik ke sana kemari sedari tadi untuk menaiki wahana yang memacu adrenalin, tetapi ia tak mau wahana yang ini. Tidak bisa! Ia masih belum mau mati seperti adegan mengerikan di salah satu seri film Final Destination. Membayangkannya saja, bulu kuduknya sudah berdiri tegak sempurna. Jadi ia tak akan mau menaikinya.

"Ayo! Gak akan ada apa-apa, kok. Cepetan, nanti keburu diselip sama orang antreannya," paksa Bayu persis seperti seorang anak kecil.

Giana segera menepis tangan Bayu dan keluar dari barisan saat melihat antrean di depannya hampir habis. Tanpa mengatakan apapun lagi, Giana segera berlari dari barisan meninggalkan Bayu yang termenung.

Akhirnya Bayu memilih untuk meninggalkan antrean dan menyusul Giana. Bayu menarik lengan Giana hingga membuat gadis itu berhenti. Giana berbalik dan menatap Bayu tak suka.

"Lo kenapa, sih, Gi? Padahal sebelum-sebelumnya naik wahana yang lebih mengerikan lo mau, terus kenapa pas roller coaster gak mau?" tanya Bayu heran.

Telinga Giana memerah, ia segera membuang muka-tak mau membalas tatapan menuntut dari Bayu. Mau tak mau, Giana harus mendongak saat Bayu mendongakkan kepalanya. Walau begitu, mata Giana masih tetap menolak menatap Bayu. Berusaha sekuat tenaga agar matanya tak menatap lurus netra coklat Bayu.

"Gia?" panggil Bayu lembut. Dalam seper sekian detik, netra keduanya bertatapan. Kedua insan itu tenggelam dalam netra jernih lawannya. Hening terjadi selama beberapa menit sebelum akhirnya Bayu menempelkan jidatnya di jidat Giana.

Sontak wajah Giana memerah dan segera ia mendorong Bayu agar menjauh. Giana berjalan tak tentu arah meninggalkan Bayu dengan perasaan tak karuan. Seumur hidupnya, ia tak pernah dekat dengan lelaki manapun hingga melakukan kontak fisik seintim itu.

"Gia! Stop!"

Tubuh Giana mematung dengan cepat. Ia berkedip beberapa kali sebelum akhirnya tersadar bahwa di hadapannya merupakan jalan buntu. Selang tiga langkah saja, kepalanya akan mencium pilar beton bergambar corak naga yang indah.

"Lo gak papa?" Nada suara Bayu menyiratkan kekhawatiran. Giana hanya bisa menggeleng. Ia tak tahu bahwa Bayu mengikutinya dalam diam sedari tadi. Dan diam-diam ia merasa beruntung karenanya.

Lima menit berlalu, tetapi tak ada percakapan di antara mereka. Suasanya di antara keduanya pun sangat canggung. Terbukti dari gerak tubuh Giana yang gelisah dan Bayu yang sedari tadi membuka mulutnya lalu menutupnya kembali lantaran takut topik yang dilemparkannya akan membuat keadaan canggung itu semakin canggung.

"Gimana kalian mainnya?" Clara datang entah dari mana menyelamatkan keduanya dari keadaan.

Giana mengangguk kecil dan bergumam, "Menyenangkan dan tidak menyenangkan."

Tentu saja ucapan itu membuat kening Clara dan Noah berkerut dalam. Apa maksudnya dari menyenangkan dan tidak menyenangkan? Bukankah kedua hal tersebut sangatlah bertolak belakang?

"Kok?" Noah kehilangan kata-katanya. Ia tak tahu harus berkomentar seperti apa saking bingungnya.

Giana terkekeh kecil. "Menyenangkan karena bisa berteriak sepuasnya dan bisa tertawa juga. Perasaanku menjadi lebih lega. Tidak menyenangkan karena ada seseorang yang mengajakku untuk menaiki wahana yang paling kuhindari seumur hidupku."

"Roller coaster?" tebak Clara tepat sasaran hingga Giana pun hanya bisa mengangguk ringan.

"Kenapa?" tanya Noah tak mengerti. Setahu dirinya, Giana tak fobia ketinggian walau ia memang sedikit takut. Dan setahunya juga Giana tak memiliki fobia apapun dengan wahana di taman bermain.

"Gak usah dibahas!" sela Giana cepat dan ketus. Menurutnya, sangat memalukan jika mereka tahu alasannya maka dari itu, ia akan tetap bungkam saja.

Clara merangkul bahu Giana dan tersenyum lebar. "Ayo makan! Aku lapar!"

Dalam keadaan setengah diseret, Giana mengikuti langkah ringan Clara. Dibelakang mereka, Noah dan Bayu mengekor sambil membahas kira-kira apa alasannya hingga Giana menghindari wahana tersebut.

Sesampainya di food court, keempatnya segera saja mencari tempat duduk yang agak di dalam agar terhindar dari sinar matahari yang menyilaukan. Giana menatap menu tanpa minat, bahkan setelah melirik sekilas, lembaran menu itu langsung digunakannya untuk mengipasi dirinya yang gerah. Sangat berbeda dengan Noah dan Clara yang menekuri menu dengan sepenuh hati.

"Awas jatuh cinta sama tuh menu," celutuknya santai membuat Bayu tertegun lantaran ini adalah pertama kalinya ia melihat Giana melawak.

"Gi, lo ngelawak, 'kan? Kok muka lo datar gitu?" komentar Bayu yang segera saja disambut tumpukan tisu dari Giana dan kekehan dari Noah dan Clara.

"Kamu udah tau mau pesan apa, Bay?" Noah bersiap mencatat dengan pena di tangan kanannya.

Mata Bayu menekuri kembali lembaran menu tersebut. "Mie goreng seafood sama milkshake strawberry." Kemudian, ia menyodorkan menunta pada Noah yang sedang mencatat pesanannya.

"Kamu, Cla?" Bayu mengalihkan pandangannya pada Clara yang duduk di kirinya.

"Risol goreng, nasi bakar, tahu balik, sama kentang goreng. Minumnya aku mau ice choco," balas Clara kalem.

Bayu sedikit terkejut saat mendengar pesanan Clara. Ia tak menyangka gadis bertubuh kurus itu makannya sangat banyak.

Noah mencatat seluruh pesanan Clara, lalu mencatat pesanannya juga. Setelah itu, ia segera bangkit dan menyerahkan kertas pesanannya pada pelayan.

"Punyaku, No? Masa aku gak dikasih pesan?" protes Giana karena Noah belum bertanya apa pesanannya.

Noah hanya mengangkat bahu tak acuh hingga membuat Giana mencibir kesal. "Jahat banget sih kamu! Nyebelin banget tau gak?" semburnya galak.

"Mau ke mana?" tanya Noah saat melihat Giana beranjak dari duduknya.

Giana melotot galak. "Ya, mau pesan makan lah! Emang kamu kira aku mau ngapain? Bikin kue?!"

Clara segera mendorong Giana agar duduk kembali. "Pesanan kamu udah ditulis sama Noah pertama tadi. Nasi goreng seafood sama ice lemon tea, 'kan?"

Giana meringis malu sembari mengangguk kecil. "Sorry," ucapnya merasa bersalah.

Noah berdecih pelan. "Makanya, tanya dulu. Jangan langsung marah-marah!"

Giana melempar tisu yang sudah diremasnya pada Noah. "Kamu tuh! Bilang kek dari tadi. Ini malah diam aja. Kan orang gak tau."

"Bawel!" Noah melempar kembali tisu yang tadi mendarat di wajahnya kepada Giana.

"Jadi kenapa kamu gak mau naik roller coaster?"

Giana terdiam sejenak akibat pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan oleh Noah. Ia menatap Noah tak jengkel dan menjawab, "Ya, karna gak mau aja."

"Alasannya? Masa gak ada alasannya?" tuntut Noah tak mau menyerah. Ia yakin sekali pasti ada alasannya apalagi melihat Giana begitu gigih tak mau menjawab.

"Gak ada! Gak mau aja! Kamu tuh kenapa, sih?! Kepo banget, deh!" Tanpa sadar Giana menaikkan suara.

Clara yang melihat situasi mulai memanas segera menengahi. "Masa kamu gak tau, sih, No? Kamu udah lupa?"

Noah terdiam. Keningnya terlipat dan tangannya diletakkannya di dagu. Baru saja ia mulai mengorek ingatannya, seorang pramusaji datang mengantarkan pesanan mereka.

Keempatnya mengucapkan terima kasih secara kompak, lalu makan dalam diam. Hingga tiba-tiba, Noah menggebrak meja dengan keras membuat ketiga temannya-atau seisi food court-terkaget akibat ulahnya.

"Masa karna itu sih, Gi?" tanyanya sambil menatap Giana antusias.

"Iya! Diam aja kamu! Dasar bawel!" omel Giana sambil menyeruput minumannya.

Bayu tidak mengerti. Dan ia ingin tahu. Ia pun mencondongkan badannya ke depan dan bertanya pelan, "Kenapa? Ada apa?



--------------------------------
1210.10062020
Malam semua..
Gimana hari kalian?
Kuharap menyenangkan ya..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro