Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

O 4


Seandainya Kou terlambat keluar sebentar saja, mungkin situasinya akan semakin gawat.

Dia menemukan Teru di bagian hutan yang agak dalam. Tapi sayangnya, Teru tidak sendirian. Ada sesosok supernatural besar yang terlihat seperti binatang buas tengah memojokkannya.

"Nii-san!"

Teru tersentak akibat panggilan itu. Tampaknya dia ingin mengatakan sesuatu, tapi supernatural itu keburu menerjangnya. Hampir saja makhluk itu mengenai Teru jika dia tidak fokus.

Kou tahu, kakaknya pasti akan marah jika dia melibatkan diri. Tapi Teru terlihat kewalahan menghadapi supernatural itu, Kou tidak mungkin mengabaikannya.

Kou menyerang supernatural itu dengan petir dari tongkatnya. Tidak begitu kuat, tapi cukup untuk mengalihkan perhatian makhluk itu. Teru menggunakan kesempatan itu untuk menghampiri adiknya.

"Dasar bodoh! Kenapa kau kemari, Kou!?" cerca Teru. Dia bergidik ketika supernatural itu mengaum waktu menyadari lawannya bertambah.

Kou berusaha tidak tampak gugup. "Itu karena Nii-san tidak kunjung masuk ke tenda, aku khawatir!" serunya.

Mereka tidak bisa terus mengobrol sementara supernatural itu mengamuk. Makhluk itu mengibaskan sesuatu yang tampak seperti ekor ke segala arah, hampir saja Kou terkena serangannya.

Teru menebas kaki depan makhluk itu. Tadinya dia pikir serangan itu berhasil, tapi makhluk itu hanya tampak sedikit terganggu. Sekarang dia malah semakin marah.

Ditengah terjangan ekor dan raungan, Teru bersinggungan lagi dengan Kou. "Apa boleh buat, tidak ada yang bisa kita lakukan sebelum mengatasi makhluk itu. Bantu aku, tapi jangan gegabah, Kou." Dia memperingatkan.

Kou mengangguk setuju, mengesampingkan omelan apapun yang akan dia terima dari Teru setelah ini. Ada hal lain yang harus dibereskan. Kedua saudara itu menyerang dari berbagai sisi. Seketika tempat itu penuh sambaran petir.

Teru yang memimpin pertarungan. Dia berhadapan langsung dengan si supernatural sementara Kou berperan sebagai pengalih perhatian. Itu strategi yang bagus, sebab mereka dapat melihat si supernatural yang perlahan mulai melemah. Tapi begitu juga dengan Kou dan Teru.

Telapak tangan Kou mulai lecet akibat terus-menerus melancarkan serangan. Dia sempat bertemu pandang dengan Teru, yang pasti paham jika Kou sudah hampir mencapai batasnya. Tapi jika dia berhenti menyerang, tidak akan ada halangan bagi makhluk itu untuk menyerang Teru.

Seandainya saja mereka kedatangan bala bantuan ....

Baru saja Kou berpikir begitu, tiba-tiba petir menyambar dari suatu tempat, langsung mengenai si supernatural. Yang ini jauh lebih besar, dan pastinya bukan berasal dari dua bersaudara itu.

Setelah asap menipis, Kou bisa melihat sesosok bayangan mungil berdiri tidak jauh dari mereka. Dia terpana ketika melihat siapa yang barusan melancarkan petir besar itu.

"Jangan ganggu Nii-san!" Tiara berdiri di sana, menggeram. Di bawah kakinya ada Mokke, mungkin dia yang menunjukkan jalan pada gadis kecil itu.

Suara geraman terdengar dari balik asap. Kou langsung memasang kuda-kuda, bersiap kalau supernatural itu masih sanggup menyerang.

Tapi nampaknya itu tidak perlu. Makhluk itu seketika ambruk, lalu lenyap dan hanya menyisakan asap hitam.

Baik Kou maupun Teru tidak ada yang bereaksi. Semuanya terjadi terlalu cepat. Yang terdengar hanya langkah kaki Tiara yang tergesa-gesa menghambur ke pelukan Teru.

"Teru-nii nggak apa-apa, 'kan? Yang tadi itu seram sekali, huwaaaa ...." Tiara membenamkan wajahnya ke bahu sang kakak, membuat yang dipeluk seketika sadar dari lamunan.

"Ah ... tapi, kenapa Tuan Putri sampai kemari?" balas Teru seraya mengelus kepala Tiara.

"Itu karena Teru-nii tidak kunjung masuk ke tenda." Kou menghampiri keduanya. "Lalu, karena aku yang keluar untuk memeriksa juga tak kunjung kembali, Tiara pasti juga keluar untuk mencari kita, bukan?"

Tiara mengangguk kuat-kuat. "Teru-nii pasti memaksakan diri lagi, jadi Tiara juga keluar untuk membantu!"

Teru terpana. Entah apa yang akan terjadi jika kedua adiknya tidak muncul. Tadinya dia ingin memarahi Kou karena seenaknya keluar dari tenda. Namun, melihat kedua adiknya yang amat mengkhawatirkan dirinya ... mungkin akan dia simpan rasa marah itu untuk nanti.

"Lain kali jangan seenaknya begitu, ya," desah Teru sambil mengusap kepala Kou dan Tiara. "Tapi, terima kasih. Berkat kalian, aku baik-baik saja."

Tiara tergelak. "Ehehe ... sekarang kita semua bisa tidur bersama di tenda, ya?"

Teru ikut tertawa. "Yah, baiklah. Aku juga lelah. Jadi ayo kita tidur agar besok bisa bangun pagi."

Ketika mereka berjalan kembali ke tenda, Kou menyenggol bahu kakaknya. "Sekarang, Nii-san tidak akan menyembunyikan sesuatu dari kami lagi, 'kan?" tuntutnya.

Teru membalas dengan senyum misterius. "Entahlah. Kita lihat saja nanti."

Tamat

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro