Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

0.01 - Ancient Book

Klek. Suara pintu dibuka, menampakkan sosok wanita paruh baya dengan surai putih panjang yang diikat tinggi layaknya ponytail. Raut lelahnya menatap sang anak.

Keith, kenapa belum tidur?

Sang pemilik nama tersentak, menghentikan kegiatannya. Lalu menoleh, menatap sang Ibu dengan raut wajah takut.

Lihat, sudah jam berapa sekarang?

I-ibu, itu ...” Keith kecil memainkan jari, menunduk. “Keith tidak bisa tidur.

Menghela napas, sang Ibu mendekati anak kesayangannya. Mengambil sebuah buku usang dari rak kecil di atas tempat tidur.

Ibu akan bacakan cerita, tapi kau harus tidur setelah itu. Mengerti?

Kepala Keith terangkat. Matanya berbinar-binar, mengangguk antusias. Melihatnya, sang Ibu hanya tersenyum. Membuka lembar demi lembar, mulai membaca.

Alkisah, disebuah negeri yang sangat jauh. Berdirilah sebuah kerajaan yang sangat megah, bernama Clover Regnum. Clover Regnum dipimpin oleh Raja yang sangat bijaksana dan adil. Semua kehidupan wilayah kerajaan sangat makmur dan damai. Hingga, suatu hari, Penyihir gelap mempunyai dendam terhadap sang Raja. Dia bertekad untuk menghancurkan Clover Regnum dan membunuh sang Raja. Tibalah sang Penyihir mendeklarasikan perang, Clover Regnum hancur, para warga ketakutan, sang Raja diambang kekalahan. Raja mengorbankan diri demi para rakyat agar dibebaskan sang Penyihir. Namun, setelah Raja tewas Penyihir tetap menyandera dan memperbudak rakyat Clover Regnum. Keajaiban pun tiba, tujuh cahaya tersebar di negeri itu, melahirkan tujuh kesatria yang ditakdirkan untuk membebaskan Clover Regnum dari sang Penyihir gelap. Pertarungan keduanya begitu sengit, namun para kesatria berhasil menyegel sang Penyihir. Para rakyat Clover Regnum bersorak gembira. Awan gelap yang dulu menyelimuti Clover Regnum berganti dengan tujuh cahaya pelangi para kesatria.

Suara dengkuran halus terdengar, manik merah darahnya menatap gadis kecil yang tertidur pulas. Bibirnya mengulas senyum tipis. Menaruh buku di atas nakas, tangannya naik menyelimuti sang anak dengan hati-hati. Tidak lupa memberikan kecupan selamat malam.

Selamat malam, mimpi yang indah, Keith.

---

"... -ith!"

"Keith!"

Matanya terbuka perlahan, menatap sekitar. Seorang gadis bersurai coklat sedang menatap kesal.

"Kamu ini, betah sekali tidur siang di perpustakaan, ya?"

"Sorry, Hayden. Berapa lama aku tidur?"

Pemilik nama bersedekap, mengerucutkan bibir. "Hampir dua jam! Entah kenapa aku harus terjebak dengan kalian di perpustakaan!"

"Jangan ngambek begitu, kau kalah suara Hayden," celetuk seorang gadis bersurai putih.

"Itu tidak adil! Emily! Kalian suka membaca, sedangkan aku? Tidak!"

"Oh ya? Lalu, apa itu?" Keith yang menguap menunjuk setumpuk buku fiksi di samping Hayden.

"Fufu~ apakah itu yang disebut 'tidak suka membaca'?"

Mengalihkan wajah, Hayden merona tipis. "Se-sebenarnya kita ngapain sih ke sini?"

"Ah itu," wajah Emily berubah serius. "Aku ingin tanya, apa diantara kalian tahu legenda tentang 'Dua Dunia'?"

"Dua dunia? Tidak tuh! Memangnya ada, ya?" tanya Hayden antusias, sedangkan Keith mendengarkan.

Tangan Emily merogoh sesuatu di dalam tasnya, sebuah buku kuno usang bersampul hijau emerald terlihat. Keith dan Hayden berbinar-binar melihatnya.

"Aku menemukan ini di perpustakaan beberapa hari lalu, yang bisa aku tangkap hanya legenda 'Dua Dunia' dan selebihnya bahasa yang tidak aku ketahui."

Tangan Hayden merebut buku itu, membuka lembar demi lembar. Rautnya terlihat bingung. Segera memberikan buku tersebut pada Keith.

Emily dan Hayden mendekat antusias, berharap sang genius Keith bisa menafsirkan terjemahan bahasa asing tersebut. Namun, Keith menggeleng pelan. Sontak keduanya mendesah kecewa.

"Aku ... belum pernah melihat bahasa seperti ini," tukas Keith. "Apa kau sudah mencoba mencari di aplikasi pendeteksi bahasa?"

Emily mengangguk cepat. "Sudah. Tapi, tidak ada satu kata pun yang bisa diterjemahkan!"

"Ah! Apa mungkin itu bahasa alien?"

"Hayden, alien tidak ada. Mereka fiksi."

"Bisa saja kan?!"

Keith menggeleng pelan, menatap kembali tulisan di buku. "Besar kemungkinan ini bahasa kuno. Bahasa yang sudah tidak dipakai di zaman sekarang."

"Bagaimana kau tahu?"

"Cuma menebaknya," Keith mengangkat bahu. "Bagaimana kau tahu kalau buku ini berisi legenda 'Dua Dunia'?"

"Aku bertanya pada ibuku, dia hanya paham arti judul buku itu."

"Begitu ya," Tangan Keith membalikkan halaman buku ke sampul.

"Memangnya selain dunia ini ada dunia lain?" Ucapan Hayden menarik perhatian keduanya. "Maksudku, kalau dunia lain itu berupa dunia sihir aku mau pergi ke sana!"

"Dunia sihir? Sepertinya menarik!!" seru Emily.

"Kalian ini sudah besar tahu, kenapa masih percaya fiksi, sih." Keith hanya menatap datar.

"Hei, hei! Bagaimana kalau kita coba cari legenda itu di internet?"

"Bagus juga usulan mu, Hayden. Aku makin penasaran dengan legenda itu!" Emily segera mengambil ponsel, begitu juga Hayden.

Waktu berlalu, helaan nafas panjang terdengar. Menarik atensi Keith yang fokus membaca buku. Meja yang mereka tempati kini sudah di penuhi buku berserakan.

"Sial, sial, sial! Tidak ada satupun artikel tentang legenda 'Dua Dunia'!" Hayden mengacak-acak rambut frustasi.

"Atau mungkin legenda itu memang tidak ada?"

Keith melirik buku tadi, masuk ke dalam pikirannya sendiri. "Emily, boleh aku bawa pulang buku itu?"

Emily menghentikan percakapan, menatap Keith lamat. Setelahnya dia tersenyum, mengangguk setuju.

"Bawa saja. Sekalian, pecahkan bahasa aneh itu ya!"

Keith berdecak. Memutar bola matanya malas.

"Besok kita ada kerja kelompok 'kan? Bagaimana kalau di rumah Keith saja?"

"Kenapa aku?"

"Karena aku mau!" jawab Hayden sekenanya membuat Keith jengkel.

"Terserah kalian saja," Keith mengambil tumpukan buku, menaruh kembali ke tempatnya semula.

"Huhu, ini rekor baru dalam hidupku! Berada di perpustakaan dari tengah hari sampai senja!" Hayden menangis sendu, tentu saja itu bohong.

"So dramatic," Keith memutar bola mata jengah.

"Hayden! Kalau kau jadi aktor, mungkin sudah sekelas papan atas!"

"Shut your mouth, Emily!" Sang empunya hanya terkikik. Ketiganya membereskan perpustakaan, lalu pergi ke rumah masing-masing.

---

"Mom, I'm home!"

Tak ada sahutan. Alis Keith bertaut. Menaruh sepatu, langkahnya perlahan menuju ruang tamu. Sepi, tidak ada siapapun di sana.

"Ibu belum pulang?"

Keith beralih ke dapur. Di kulkas terdapat sebuah note kecil di sana. 'Ibu akan pulang terlambat, ada fruit sandwich dan susu di kulkas. Jangan lupa di makan, ya! :)' itu yang tertulis di sana.

Tersenyum tipis, Keith berlalu ke arah kamarnya. Merebahkan diri di kasur, matanya terpejam beberapa saat.

"Dua dunia, ya?" Matanya terbuka, melirik sebuah buku usang di atas nakas. Tangannya terulur mengambil buku itu.

"Clover Regnum ..." Tersenyum kecil, tangannya membuka buku. Sesaat kemudian dia terbelalak kaget.

"Mungkinkah ..."

Kring! Kring!

Melirik ke arah layar, sebuah telepon masuk datang. Nama kontak 'Mom' tertera di sana. Dengan segera menggeser ikon ponsel untuk menerima panggilan.

"Hey, Mom. What's up?"

[Hello, Darling. Have you reached home?]

"Yeah, I'm at home now."

[Good. Don't forget to have dinner, okay? If you are still hungry there are instant noodles in the kitchen cupboard.]

"Got it, Mom."

[Maaf Ibu pulang larut malam ini, kau jadi makan malam sendirian.]

"Tidak apa. Ibu pasti banyak pekerjaan di kantor. Jangan lupa makan malam, Ibu."

[Tentu, Sayang. Jaga dirimu selagi Ibu tidak di rumah, promise?]

"Promise!"

[Sudah dulu, ya. See ya, Honey.]

"See ya, Mom."

Tut! Panggilan berakhir. Menghela napas, matanya kembali tertuju pada buku usang yang menjadi dongeng pengantar tidur saat Keith masih kecil.

"Dua dunia, ya? Apa Ibu tahu tentang itu?"

______________________________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro