Shots - 15
Update lagi nih😘😘😘 maaciw udah komen gaes😭😭❤️
Yuk, komen yang buanyak lagi😍😍😍
Kira-kira lagu apa yang cocok gambarin hubungan Milky sama Belva?😍
•
•
Mata yang terpejam mendadak terbuka lebar saat sinar matahari menusuk wajah sampai terasa panas. Milky mengucek mata seraya mengubah posisinya menjadi duduk. Milky menaikkan tangannya ke udara hendak menutupi sinar terang yang masuk lewat jendela. Hal ini disebabkan tirai tidak menutupi jendela.
Begitu mata mulai terbuka sepenuhnya, Milky membelalak. Dia melihat ada banyak tanda kissmark dan gigitan di lengannya. Milky langsung menoleh ke samping, mendapati Belva tidur di sampingnya bertelanjang dada hanya ditutupi selimut. Melihat Belva tidur seperti anak kecil, wajahnya imut-imut.
Milky menepuk keningnya. Pantas bangun-bangun pinggangnya sakit dan pegal. Semalam dia bercinta dengan Belva. Berulang kali sampai mereka kelelahan sendiri. Dia pikir ucapan Belva cuma sebatas candaan, ternyata memang tidak menahan diri. Bahas soal seks brutal mereka semalam, itu benar-benar luar biasa. Belva mungkin kelihatan kalem dan tenang di luar, tapi kalau sudah di ranjang, bisa dibuat megap-megap dan kesakitan. Astaga! Milky memukul pipinya berulang kali guna mengusir bayangan mesum mereka. Ini gara-gara dia terus memancing sampai lupa daratan.
Sebelum Belva bangun, Milky memilih turun dari tempat tidur. Sialnya, pakaian yang dia pakai tidak ada di kamar. Hanya tersisa celana bahannya saja. Milky memakai celana bahan tanpa celana dalam, yang juga hilang entah ke mana. Selesai mengenakan celana, dia berlari mendekati lemari dengan tubuh telanjang. Dia membuka lemari Belva dan menemukan pakaian laki-laki itu.
"Ah, elah. Dia nggak punya baju sepupu perempuan apa?" gerutunya kesal.
Milky pikir Belva seperti Cloud yang hobi menyimpan pakaian sepupu perempuan yang dititip atau pakaian perempuan-perempuan yang dipacari. Rupanya tidak ada jejak semacam itu.
"Ah, udahlah. Gue ambil kemeja. Bodo kegedean juga," ucapnya akhirnya.
Milky mengambil kemeja berwarna dasar merah dengan gambar abstrak dari jejeran kemeja lengan panjang. Meski kebesaran, Milky tidak peduli.
Sambil berkaca di depan lemari, Milky memperhatikan tanda kissmark dan gigitan yang ditinggalkan. Belva benar-benar ganas dan tidak memberi ruang sedikit pun di kulitnya. Dari leher, dada, perut, bahkan sampai lengan. Semua penuh dengan keganasan Belva. Dari pantulan cermin, dia bisa melihat Belva masih terlelap.
"Dasar, tuh, laki. Diem-diem ganas, diem-diem jago, diem-diem memabukkan," gumam Milky––geleng kepala kemudian. "Udah, ah. Mending gue cabut."
Sebelum keluar kamar, dia melihat kumpulan botol parfum di atas meja. Milky mengambil parfum Tom Ford Tuscan Leather dan membuk penutup botolnya.
"Pak Belva minta parfumnya, ya. Biar nggak ada yang tahu saya belum mandi." Tanpa malu Milky menyemprot parfum ke bagian depan dan belakang pakaiannya. "Iya, iya, pakai aja, Bu. Lagian parfum untuk dipakai, bukan dianggurin," ucapnya lagi seakan-akan menjadi Belva dalam sekejap.
Selesai menyemprot parfum seperti merampok, Milky buru-buru meninggalkan kamar untuk mencari tasnya–sampai dia lupa menutup parfumnya.
Berjalan keluar dengan langkah pelan, Milky menyambangi setiap tempat dan berakhir di dekat pintu masuk. Dia melihat tasnya tergeletak di lantai. Milky baru ingat, semalam setelah pintu terbuka, dia menjatuhkan tasnya dan sibuk berciuman panas dengan Belva. Padahal sebelum masuk ke apartemen Belva, mereka sudah bercinta lebih dulu di mobil. Ampun, deh, Milky kapok goda-goda orang. Sekali seumur hidup saja dia berkelakuan seperti jalang.
Sesudah memungut tasnya, Milky meninggalkan apartemen Belva tanpa pamit. Menyisakan aroma tubuh yang perlahan mulai menghilang setelah pintu tertutup rapat.
☕️☕️☕️
Di dalam ruangan, Partikel berulang kali menyipitkan mata saat berhadapan dengan Milky. Dia sedang menunggu Milky memberi tahu mana kontrak yang perlu direvisi.
"Bu?"
"Saya belum selesai periksa," sahut Milky jutek.
"Belva punya kemeja seperti yang dipakai Bu Milky. Kalau nggak salah kemeja ini limited edition. Satu negara cuma ada satu kemeja. Belva belinya di Paris dan itu perlu perjuangan ekstra. Bu Milky beli di mana? Kenapa beli baju laki-laki, Bu?"
Milky terbatuk-batuk tersedak kenyataan kalau dia memakai baju Belva. Dia tidak sempat pulang dan mandi di kantor dengan peralatan mandi seadanya. Milky cuma beli celana dalam baru dan bra. Sisanya pakai yang kemarin. Pas jam makan siang, dia mau beli baju. Sialnya, Partikel pemerhati sejati. Untung Milky mengancingi seluruh kancing sampai atas dan melilitkan scarf di lehernya. Kalau tidak, bisa terlihat bekas tanda gemas dan gigitan yang ditinggalkan Belva di setiap jengkal tubuhnya.
"Jangan kepo, deh," ujar Milky.
"Maaf, Bu." Partikel membungkam mulutnya rapat-rapat. "Omong-omong, Bu ... semalam mamanya Belva telepon saya. Beliau nanyain nomornya Bu Milky. Saya kasih nomornya nggak apa-apa, kan, Bu?"
"Nggak apa-apa."
Partikel bernapas lega. Selamat dari maut.
"Tolong kamu revisi pasal 8 bagian royalti. Mbak Nina minta royaltinya sebelas persen. Udah gitu dia mau pegang hak digitalnya. Jadi kita cuma urus hak cetak aja." Milky memberi tahu bagian-bagian yang perlu direvisi. "Kalau udah selesai, kamu periksa lagi dan kasih tahu Casya. Nanti biar dia periksa soalnya nanti saya mau ketemu sama supplier kertas."
"Baik, Bu."
Milky menyerahkan berkas kontrak kepada Partikel. Setelah selesai Partikel keluar dari ruangan seiring pamitnya.
Dia menyandarkan tubuhnya di punggung kursi. Dia memejamkan mata untuk tidur sebentar. Baru juga terpejam sebentar, ponselnya bunyi. Mau tidak mau Milky menjawab panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Takutnya supplier kertas. Kadang supplier kertasnya gonta-ganti nomor sebanyak beli baju.
"Halo." Milky menyapa lebih dulu.
"Halo, Milky. Ini Tante Jihan, mamanya Belva. Maaf ganggu, ya. Maaf juga telepon tiba-tiba," ucap Jihan di seberang sana.
"Ah, nggak apa-apa, Tante. Kebetulan lagi senggang, kok." Milky mengubah intonasinya supaya terdengar lebih ramah.
"Duh, baiknya. Senang dengar calon mantu sebaik ini." Jihan terdengar terkekeh. "Siang ini, Milky sibuk nggak? Tante mau ajak makan siang bareng. Soalnya tante sendirian, suami lagi pulang ke Jepang. Tante baru nyusul nanti malam."
Milky hendak menjawab, tapi dia melihat lebih dulu pesan masuk. Sang supplier kertas mengundur jadwal pertemuan mereka menjadi esok dikarenakan ada hal yang tidak bisa dijelaskan. Untung cepat mendapat kabar. Jika tidak Milky sudah menolak.
"Milk? Masih di sana, kan? Suara tante kedengeran, kan?"
"Kedengeran, Tante. Maaf, tadi ambil pulpen jatuh. Bisa, kok, Tante. Nanti mau ketemu di mana?"
"Tante jemput aja, ya, di kantornya Milky. Boleh nggak? Soalnya masih bingung mau makan di mana. Kita nggak usah ajak Belva, berduaan aja."
"Boleh, Tante, boleh. Kalau gitu nanti saya kirimin alamatnya, ya, Tante."
"Makasih banyak, Nak. Sampai ketemu nanti, Milky!"
Sambungan berakhir setelah Jihan menyudahi lebih dahulu. Milky menghela napas. Dia menekan nomor Heaven dan meminta sepupunya mengirimkan baju. Jangan sampai ibunya Belva tahu kalau dia memakai baju anaknya. Bisa ketahuan dia menginap di temptnya Belva.
☕️☕️☕️
Belva mendengarkan curhatan dari Kissy. Sudah lima belas menit berlalu. Bukan tanpa sebab Belva dijuluki pendengar baik. Hal itu terbukti dari setiap curhatan yang sampai di telinga Belva dengarkan tanpa menyela.
"Jadi gue harus gimana, dong, Bel?" Kissy menyudahi curhatannya, mengganti topik dengan pertanyaan.
"Ikutin aja maunya Hotelio, Kiss. Kalau dia bilang maunya lo diam di rumah sementara waktu ini, ikutin aja. Dia takut lo kenapa-kenapa soalnya lagi hamil."
"Tapi gue bete, Bel. Gue pengin ketemu lo sama Mimi. Kangen tahu!" Suara dengkusan sebal Kissy mendengung sangat jelas.
"Nanti gue sama Ann mampir, deh, biar lo nggak bete. Dengerin Hotelio, dia suami lo. Oke?"
"Kesel! Kenapa, sih, dia nggak bisa jagain gue aja gitu kayak lo? Kenapa juga nggak pernah dengerin gue kayak lo? Dia maunya didengerin terus. Bikin emosi aja," cerocos Kissy.
Setiap kali Belva mendengar Kissy bicara ini, sering Belva berpikir; kenapa tidak pilih dia saja dari dulu? Kenapa harus berharap pada orang yang belum tentu akan melakukan hal sama sepertinya? Namun, Belva tidak mau memusingkan lagi. Mungkin Kissy butuh waktu untuk bisa memahami Hotelio setelah berpisah lama sebelum menikah.
"Udah, udah, jangan ngamuk mulu, Kiss. Nanti anak lo emosian, lho. Mau emosian mirip Ann?" canda Belva berusaha menghibur.
"Ih ... jangan, deh. Oke, gue ikutin saran lo. Gue mau coba turutin Hotelio. Lo sama Ann harus sering mampir, ya. Awas lo bohong!"
Belva tertawa kecil. "Iya, Kiss. Tenang aja. Gue ajak Ann, malah gue ajak satu kompleks lo buat mampir jadi bisa tahu rumahnya personel boyband beken."
"Jangan lah. Gile juga lo. Terlalu ramai bikin pusing tahu!"
"Iya, Kiss, iya. Pokoknya don't worry. Gue sama Ann pasti main ke rumah lo." Belva berjalan keluar kedai kopi supaya lebih leluasa berbincang. Di dalam sedang ramai, sedangkan ruangannya lagi terasa sumpek. "Nah, sekarang mending lo makan dan minum vitamin. Udah jamnya, kan?"
"Iya." Kissy menghela napas. "Gila, ya, lo lebih inget daripada Hotelio. Sekali pun dia nggak pernah ingetin gue. Kadang gue suka lupa buat minum vitamin, tapi keingetan mulu soalnya lo rajin ingetin."
"Hotelio sibuk cari nafkah buat lo dan anak kalian, Kiss. Mikir positif aja. Gue sebagai sahabat lo cuma bisa ingetin itu aja, kok. Kalau hal-hal lainnya, kan, Hotelio inget."
Kissy berdecak pelan. "Belva, Belva. Lo selalu berpikir positif, ya. Hebat amat. Gue nggak bisa. Pantes Mimi betah banget di pelukan lo dulu. Memang lo sesabar ini, sih."
Belva tertawa geli. "Berlebihan, ah. Udah mending...." Kata-kata Belva tertahan setelah melihat Milky. "Eh, Kiss. Nanti gue telepon lagi, ya. Jangan lupa vitamin. Gue ada perlu mendadak, nih. Bye." Lantas, dia mematikan sambungan setelah Kissy mengiakan.
Tanpa pikir panjang Belva memanggil sosok yang kabur pagi ini. "Bu Milky!"
Belva melambaikan tangan dan tersenyum setelah Milky menoleh. Boro-boro ditanggapi, Milky melengos. Belva tercengang. Apa Milky baru saja mengabaikannya?
"Buset ... Bu Direktur udah ganti baju aja."
Celetukan tiba-tiba dari samping berhasil mengalihkan pandangan Belva. Dia menemukan sepupunya.
"Memangnya tadi Bu Milky pakai baju apa?" tanya Belva ingin tahu.
"Dia pakai kemeja yang sama kayak kemeja lengan panjang kesayangan lo. Yang lo beli di Paris dan limited edition itu," jawab Partikel.
Belva tahu kemeja yang dimaksud. Pantas saja dia cari tidak ketemu, ternyata Milky memakai kemeja kesayangannya. Wajar saja baju Milky ada di kamar mandi masih tergeletak di lantai tadi pagi. Itu berarti Milky tidak masuk kamar mandi saat pergi.
"Oh, kemeja itu."
"Btw, ya ... Bu Milky mau pergi ke mana, tuh? Rapi amat. Tadi bilang sama gue mau ketemu supplier kertas. Nggak jadi? Apa mau ketemu mantan?"
"Mantan?" ulang Belva.
"Sunday, lho. Gue dengar mereka masih kontakan. Udah gitu katanya Bu Milky masih cinta cuma gengsi. Ah, tahu, deh. Bos gue memang agak lain." Partikel mengambil ponsel dari dalam saku celananya, membalas satu pesan yang masuk. "Dulu, kan, santer banget gosip Bu Milky playgirl. Senang gonta-ganti gebetan cuma nggak pernah dipacarin. Makanya waktu pacaran sama Sunday, orang-orang kaget. Lebih kagum sama Sunday soalnya bisa memikat Bu Milky yang arogan dan hatinya sekuat baja. Ya ... gitulah pokoknya. Mereka dijuluki pasangan paling cocok."
Sebelum-sebelumnya Belva sempat mendengar cerita Milky soal Sunday. Kenapa dia mendadak melupakan hal itu? Apa gara-gara mulai nyaman, dia mengabaikan fakta bahwa perasaan Milky masih sejelas itu untuk Sunday?
Belva menghela napas. Sepertinya sudah menjadi kutukan kalau dia dekat sama perempuan yang punya keterikatan kuat sama masa lalu. Dia tidak boleh berharap apa-apa seperti dulu dekat dengan Kissy. Biarlah mengalir seperti air meski tidak tahu akan turun ke mana tujuan mereka.
"Makan, yuk, Bel," ajak Partikel.
"Ayo."
"Eh, kok ... wangi parfum Bu Milky sama kayak wangi parfum lo, ya. Kalian nggak diem-diem beli parfum couple, kan?"
Soalnya dia pakai parfum gue. Namun, Belva tidak mungkin menjawab begitu. Bisa-bisa Partikel macam burung beo tidak berhenti ngomong. Dia tahu Milky pakai parfumnya karena tidak ditutup lagi setelah dipakai. Belva orang yang teratur dan tertata jadi bisa langsung tahu kalau ada parfumnya yang tidak ditutup.
"Perasaan lo aja kali," sanggah Belva.
Partikel manggut-manggut. "Iya, kali, ya."
☕️☕️☕️
Jangan lupa vote dan komentar kalian🤗❤
Follow IG: anothermissjo
Ihiw! Belva orangnya fleksibel, Gaes. Tergantung ceweknya ya. Kalo ceweknya nakal, dia bisa nakal. Kalo ceweknya gak nakal, ya dia gak nakal🤣🤣 waktu sama Miawly, dia masuknya nggak nakal🤣🤣
Apakah nanti ada adegan nananinu dijabarin? Tunggu saja🤣🫶🏻
-
Cerita ini merupakan project kolaborasi dengan genre Komedi Romantis. Nama serinya: #BadassLove yang digawangi 3 wanita super badass, namun berhati baik. Berikut judul dan penulisnya:
#1 Lose The Plot oleh sephturnus
#2 Round The Bend oleh azizahazeha
#3 Call The Shots oleh anothermissjo
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro