Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8. Him

"KENAPA KALIAN SECEROBOH ITU?!"

Kepala cantik Sena tertoleh bingung menatap ruang kerja Jonathan di ujung sana. Nyawanya belum terkumpul sempurna ketika berjalan menuju dapur untuk mengambil minum, setelah terbangun karena mimpi buruk— bunga tidur yang sama seperti setahun belakangan ini.

Sena kenal suara bariton itu, milik sang atasan yang beberapa hari ini tak terlihat.

Langkah Sena bergerak mendekat. Ia tau lebih baik berlagak bodoh saja demi keamaan diri, tetapi jiwa ingin taunya lebih mendominasi ketika melihat pintu ruangan yang tak tertutup sempurna. Dari sanalah suara berat penuh intimidasi milik Jonathan dapat terdengar membentak marah.

"Bagaimana bisa kalian lengah?!"

"Ma—maaf, Tuan. Saat itu—"

"Kau pikir aku peduli dengan alasanmu?" desis Jonathan tak memberi kesempatan. "Kedua anak itu nyaris celaka!"

"Maaf, Tuan. Se—sekali lagi kami mohon ampun."

"Ampun, katamu?"

Tubuh Sena merapat ke dinding, bersembunyi dari balik guci besar dekat pintu masuk kerja. Ia butuh informasi mengenai dalang yang hampir melukai si kembar.

"Ma—maafkan kami, Tuan. Ma—maaf."

"Lalu siapa?"

Kedua orang berbaju pelayan yang berlutut di atas lantai itu saling berpandangan.

"SIAPA?!" bentak Jonathan murka. "Siapa yang menyuruh kalian?!"

"Tu—tuan, kami—kami tidak meng—akh!"

Cengkraman sadis Jonathan menghentikan ucapan salah satu pelayan.

Bulu kuduk Sena sempat merinding tanpa sebab ketika melihat seringai buas Jonathan yang kemudian terkekeh remeh setelah melepaskan tangannya.

"Kurasa kalian sudah bosan hidup." Jonathan memainkan pistol di tangan lain.

"Ampun Tuan! Sungguh! Kami hanya disuruh Bi Asih menyuruh untuk masuk lebih dulu."

Senyum lebar Jonathan berganti cepat menjadi serius, mata elangnya kini menyorot tajam. Perubahan ekspresi yang sempat membuat Sena termenung.

"Persetan dengan itu! Kalian ku bayar sebagai pelayan yang menyamar untuk menjaga si kembar!"

Mulut Sena menganga sempurna.

Tak salah ia merasa aneh dengan beberapa maid di sini. Wajah mereka terlalu sangar sebagai ART dan kebanyakan kaum lelaki.

Pupil mata Sena membulat sempurna ketika tangan kokoh Jonathan mengarahkan pistol khusus tanpa suara ke kepala kedua pelayan dan menarik pelatuk tanpa ragu.

"Ini yang akan kalian dapatkan jika berbuat kesalahan lagi." Jonathan menatap dingin anak buahnya di sisi belakang yang gemetar ketakutan. "Bereskan mereka segera, sebelum aku menghabisi kalian juga."

Cepat-cepat Sena menyembunyikan diri ketika dua orang lelaki bertubuh besar keluar dengan tergesa mengotong sesuatu di dalam kantong plastik hitam yang diyakini berisi mayat. Wanita itu termenung membayangkan betapa kejam perilaku Jonathan jika sampai identitas Sena terbongkar, bisa jadi ia akan berada di dalam kantong yang sama.

Sena sedikit terlonjak kaget mendengar pintu kerja tertutup kencang dari dalam.

Memindai situasi telah aman, ia mengambil langkah seribu menuju dapur. Tenggorokannya butuh air untuk menenangkan diri.

Walau bukan yang pertama melihat adegan penembakan secara langsung, entah mengapa kali ini hati Sena cukup gelisah.

"Gimana kalau aku tertangkap dan mati? Lalu Siera?" kepala Sena menggeleng keras menampik skenario buruk dalam bising kepalanya.

Jonathan benar-benar tidak mentolerir sebuah kesalahan. Ada nyawa yang harus dibayar sebagai pengganti.

Tangan Sena agak bergetar kala mencoba meraih gelas di rak atas, keseimbangan wanita itu nyaris tumbang jika saja sebuah tangan tak cekatan menahan pinggangnya.

"Jika tidak sampai, kau bisa gunakan kursi dari ruang makan."

Suara itu. Tubuh Sena menengang, ia sadar baru saja membuat kesalahan. Teringat kalau di luar ruang kerja Jonathan terdapat cctv tersembunyi, bisa jadi lelaki itu memergokinya ketika berlari ke arah dapur tadi.

Sena berdeham, mengatur mimik wajah setenang mungkin. Tangannya hendak meraih gelas dari kuasa Jonathan, kalau saja lelaki itu tidak tiba-tiba mensejajarkan wajahnya dengan Sena.

"Kau tau apa yang paling ku benci, Sena?" Jonathan bertanya lembut.

Jari-jari panjang lelaki itu bermain pada anak rambut Sena dan menyelipkannya ke belakang telinga. Jonathan mencondongkan tubuh besarnya, berbisik halus tepat di telinga sang pengasuh.

"Tukang intip sepertimu, Miss. Kau bisa saja dalam bahaya, mengerti?"

🌶🌶🌶

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Update setiap malam minggu. Kalau terlanjur penasaran kalian bisa baca versi panjangnya di karyakarsa (kumbangmerah) 👋

https://karyakarsa.com/kumbangmerah/call-me-baby-vol7

D—daddy Jo

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro