Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Drama's begin

Kelopak mata Basen terbuka, sengatan pusing menjalari kepalanya. Basen tidak bisa melihat dengan benar hingga dia merasakan tangannya menggenggam sesuatu. Pupil Basen mengikuti tangannya yang menggenggam tangan seseorang, yap itu adalah milik Cale.

"Basen? Dik apa kamu baik baik saja?" Baru kali ini Basen melihat tatapan khawatir Cale setelah sekian tahun mereka hidup di tanah yang sama.

"Hyu-hyung... A-aku-"

"Diam, kembalilah berbaring, sepertinya kamu sedikit demam" Cale mendorong kembali bahu sang adik, sinyal untuk menyuruhnya istirahat.

"..." Basen hanya diam, terkejut dengan perlakuan lembut Cale padanya.

"Apa aku harus memanggil ayah? Atau Countess-nim?" Cale bertanya sembari mengompres dahi Basen dengan kain yang dihangatkan air hangat.

"Tidak perlu" Entah mengapa Basen terdengar tegas.

"Begitu" Jawab Cale datar.

"..."

"..."

Hening... Mereka tidak melanjutkan percakapan. Basen bingung apa yang harus ia tanyakan lebih dulu saking banyaknya hal yang perlu dipertanyakan sementara kepalanya panas sekarang. Dilain sisi Cale ketakutan setengah modar, takut jika adik tirinya atau Hans akan melaporkan ketiga bayinya pada Count.

Buk!

Tiba tiba suara benda terjatuh? Terdengar nyaring, Cale langsung berdiri, takut sesuatu terjadi dengan ketiga bayi yang ia pindahkan ke kamarnya tadi.

Dan benar saja...

"Huaaaaaaaaaaa yayaaaa"

"Cale Hyung! Kepala Aron terjeduk tempat tidurnya!"

"Apa?!"

Tanpa mengatakan apapun lagi, Cale berlari sekencang mungkin sampai tak sadar ia telah menabrak Hans yang tengah berjalan membawa obat demam yang diminta Cale untuk adiknya.

Bang!

Lock yang berusaha menenangkan Aeon segera menyerahkan bayi itu pada pelukan ayahnya. Choi han dan Rosalyn berdiri disebelahnya, mereka mundur secara teratur membiarkan pria merah menangani anaknya yang menangis. Rosalyn tampak canggung dengan tuan muda yang terlihat akan ikut menangis.

"Aron! Astaga nak... Kamu ngapain sih sayang" Cale segera memeriksa seluruh tubuhnya putranya lantas bernafas lega kala tidak menemukan luka yang serius selain benjolan kecil dikening putra tengahnya.

Cale sedikit menyesal sudah mengelilingi tempat tidurnya dengan kayu pembatas agar ketiga anaknya tidak jatuh konyol dengan menggelinding saat tidur karena mereka semua sudah bisa berguling sekarang.

"Mmph! Ugh uuh yayaa" Aron merengek tak nyaman, Dia kesakitan. Jari jari gemuk bayi itu meremas leher ayahnya, meminta elusan atau apapun yang membuatnya merasa lebih baik.

"Aduh sayangku, lihat betapa merahnya kamu, sayang sayang..." Cale menggoyangkan tubuhnya sambil mengusap kening Aron lalu menciumnya. Untungnya itu bisa selesai dengan cepat karena Aron bukanlah anak yang banyak mengeluh.

Dia berhenti menangis namun menolak keras saat hendak diturunkan dari gendongan sang ayah. Cale akhirnya mengikat Aron dengan kain sutra dipunggungnya, dia tidak bisa melakukan aktifitas lain jika tangannya penuh dengan Aron.

Rosalyn melihat kejadian yang Ada didepan matanya dengan ekspresi sulit dijelaskan. Semuanya terasa salah, Bukankah pemuda yang kini memberi makan putrinya yang terbangun karena lapar sambil menggendong putranya ini adalah seorang sampah! Ho! Bagaimana bisa ia bisa percaya!.

Cale secara sadar tau dengan pengamatan Rosalyn yang tajam namun tidak mengatakan apa apa. Dilain sisi Choi han tengah berperang  dengan dirinya sendiri. Semua informasi mendadak ini membuat otaknya sedikit kewalahan.

Seorang sampah yang menertawakan kematian keluarganya, berkata bahwa hidup mereka tidak lebih berharga  dari sebotol wine yang ia genggam, wajah berekspresi kosong dan cengiran remeh yang pemuda ini keluarkan hari itu masih membekas sejelas cermin di ingatan Choi han.

Dan lihatlah apa yang terjadi hari ini... Pemuda liar pecandu alkohol yang gemar melempar botol kaca pada gangster ikut meneteskan air mata kala putra tengahnya menangis, sakit karena terjeduk pinggiran tempat tidur. Isakan pelannya masih terdengar meski kedua tangannya tengah sibuk menggendong putrinya yang terbangun karena berisik dan lapar.

Sulit... Sungguh, namun entah mengapa hati Choi han terasa lebih baik dari biasanya. Choi han memang tidak bisa sepenuhnya melupakan apa yang telah dilakukan yang lebih muda di masa lalu, namun setidaknya ia setuju kalau ayah muda dihadapannya adalah seorang ayah yang baik. Dia benar benar tulus dengan anak anaknya, memberikan yang terbaik semampunya untuk ketiganya.

Pria berambut hitam itu menyenggol Rosalyn, memberi isyarat agar mereka keluar dan memberi sedikit privasi pada tuan muda merah. Rosalyn cepat tanggap, wanita cantik itu menarik lengan Lock menjauh dan Lock menurutinya dengan baik. Mereka bertiga secara perlahan keluar dari ruangan yang merupakan kamar Cale itu.

Rosalyn menatap dengan tatapan penasaran punggung Choi han yang entah mengapa terasa sedikit lebih santai dari yang pernah ia lihat. Hasratnya terasa penuh ingin memuntahkan banyak pertanyaan tentang tuan rumah mansion yang mereka tinggali hari ini.

'Aku tidak bisa bertanya begitu saja'

"Rosalyn, aku ingin bicara denganmu" Rosalyn sedikit tersentak dengan nada serius rekannya. Tiba tiba Rosalyn terpikirkan rumah kaca yang indah didepan mansion, tempat itu adalah lokasi yang cocok untuk membicarakan hal berat karena sepi.

"Tentu, kita bisa bicara di rumah kaca-"

"Tidak, sampah itu tidak akan mengizinkan kita menduduki rumah kaca itu" Rosalyn terkejut, apakah area penuh bunga itu tempat yang penting bagi seorang Cale?.

"Kenapa?"

"Entahlah, tapi yang pasti dia melindungi tempat itu dengan semua yang ia miliki" Choi han terdengar pasti, ini tidak mungkin kebohongan. Aneh rasanya melihat sendiri bahwa Cale bertindak opposite dari citra yang ia bangun selama bertahun tahun.

"..."

"Kalau begitu, ruang makan?" Rosalyn menyerah, ruang makan terdengar lumayan.

"Ide bagus, Lock" Tanpa melihat kesamping, Choi han memanggil serigala muda itu.

"Ya Hyung?" Lock menjawab cepat.

"Mari kita bicara juga" Nada Choi han melembut, entah mengapa Lock merasa sesuatu yang cukup besar akan terjadi...

"Oke..." Jawabnya lesu.

Mereka akhirnya turun, duduk saling berhadapan dengan Rosalyn disebelah Lock dengan Choi han duduk didepan mereka. Sunyi, canggung, senyap adalah tiga kata yang tepat untuk menggambarkan situasi mereka kali ini. Sepuluh menit berlalu dalam keheningan mencekam.

Sulit melihat Choi han terdiam seperti ini, meskipun... Yah setelah kematian seluruh penghuni Desa Harris selain dirinya membuat Choi han jadi pendiam... Tapi dia tidak pernah sedingin ini dengan mereka. Tatapannya menusuk jiwa, raut wajahnya sulit, aura yang ia keluarkan juga cukup menyesakkan.

'Sebenarnya ada apa dengan orang ini' Batin Rosalyn juga Lock tersambung seperti benang merah.

"Rosalyn" Choi han memulai lebih dulu, punggung Rosalyn menegang alami mendengar suara dinginnya.

"Ya Choi han?" Rosalyn mencoba keras untuk bersikap setenang mungkin.

"Menurutmu, apakah sampah itu adalah orangtua yang baik?" Nah ini mengejutkan, tidak terpikirkan oleh siapapun kalau Choi han akan melontarkan pertanyaan seperti ini.

"Permisi? Kamu mengatakan apa?" Rosalyn dapat mendengar suara akalnya yang pecah mendengar pertanyaan absurd Choi han yang diajukan dengan wajah serius yang justru terlihat aneh.

"Kubilang apakah menurutmu bajingan itu orang yang tua baik?" Choi han kembali mengulang pertanyaannya

"...Ah... Benar, Tuan muda Cale ya... Sejujurnya aku bingung harus menjawab apa"

"Yah itu bisa dimengerti"

"Tapi... Pria itu benar benar memenuhi anak anaknya dengan kasih sayang, kamu tidak tau betapa terkejutnya aku melihatnya"

Rosalyn terkekeh anggun kala kedua tangannya bergerak menggenggam kedua tangan kapalan Choi han lalu meremas keduanya dengan lembut. Penyihir cemerlang itu ingin menyalurkan kehangatan yang menenangkan saraf sang pendekar pedang meski hanya sedikit.

"Tapi tahukah kamu Choi han? Kami para penyihir lebih mempercayai apa yang kami lihat dibanding apa yang orang orang katakan, sebagai penyihir, aku dapat memberitau kalau Cale Henituse adalah pria yang tulus, Setidaknya untuk anak anak"

Choi han terdiam, benar benar merenung. Masih sulit untuk percaya dengan fakta mendadak ini, namun Choi han benar benar sangat mempercayai Rosalyn, Dia tidak setega itu untuk menyangkal pendapat rekannya yang baik.

"Itu benar Hyung, kurasa tindakannya sebagai sampah perlu dipertanyakan" Lock mengumumkan pendapatnya tentang Hyung berkepala merah.

"Maksudmu Lock?" Rosalyn menyambar.

"Maksudku... Umm begini, tadi saat Noona dan Hyung bertemu dibawah, Cale Hyung berkata 'Lagipula aku yakin baik Basen, Hans maupun temanmu pasti enggan melihat wajah seorang sampah' begitu"

"..." Rosalyn and Choi han sama sama tercengang.

"Ini mengejutkan" Ucap Choi han masih linglung.

"Ini Seperti dia sengaja berbuat seperti itu atau semacamnya..." Perkataan Rosalyn semakin membuat Choi han bungkam.

"Ehem! Choi han, apa hanya itu yang ingin kamu tanyakan? Atau Ada sesuatu yang lain?" Rosalyn yang cerdas memecahkan suasana hening.

"Benar... Lock, sebenarnya aku ingin kamu tinggal disini" Terkadang sikap blak blakan Choi han tidak aman  untuk jantung semua orang. Lock menganga sementara Rosalyn menjatuhkan tongkat sihir yang ia mainkan sejak tadi.

"..."

"???" Choi han memasang tulisan 'Kenapa?' yang jelas tertempel dijidatnya.

'Bagaimana bisa bajingan ini bingung dengan reaksi kami' Pikir Rosalyn cukup kesal.

"Choi han hyung, apa aku merepotkanmu? Maafkan aku jika aku membebanimu" Lock sadar, Dia tidak lebih dari beban yang memberatkan punggung Hyung dan Noona nya.

"Ah tidak! Lock, Jangan salah paham!" Rosalyn menatap datar Choi han yang panik.

'Bagaimana mungkin Lock tidak salah paham dengan perkataanmu' Rosalyn menggelengkan kepala, ikut pusing dengan kepadatan rekannya.

"Ini hanya spekulasiku saja, tapi kurasa kamu akan jauh lebih aman jika berada disini, bersama sampah itu, jika kamu tidak keberatan" Nah, Entah apa yang menabrak kepala Choi han selama perjalanan, tapi ide ini cukup gila. Memangnya Cale ingin menerima anak lain dirumahnya! Seenaknya saja.

Kali ini Rosalyn ikut menganga meski sedikit, enak sekali pria kepala hitam ini mengatakan 'kamu tinggal disini aja' tanpa sepengetahuan atau persetujuan tuan rumah! Memangnya mansion ini rumah neneknya atau bagaimana!. Tanpa sadar Rosalyn sedikit menggeser kursinya agar semakin menjauh dari Choi han.

'Ini akan jadi perbincangan yang panjang...' Rosalyn menatap bosan kedua temannya yang mulai mengadu argumen satu sama lain. Dia berharap sesuatu terjadi, apa saja agar percakapan semi konyol ini berakhir.

Bang!

Suara keras terdengar dari arah kamar Cale. Lock dan Choi han segera mengakhiri adu argumen mereka sementara Rosalyn naik keatas, tertarik dengan apa saja drama yang ditampilkan disana.

"Kenapa kamu keras kepala Hyung! ayah dan ibu harus mengetahui mereka! Mereka berhak menggunakan nama Henituse!" Rosalyn melihat Basen yang berteriak frustasi sebagai pembuka. Choi han dan Lock menyusul sesudahnya, terkejut dengan nada tenang Cale yang membalas teriakan adiknya.

"Basen, harus kuulang berapa kali lagi perkataanku tadi, anak anakku adalah tanggungjawabku, ayah atau Countess-nim tidak perlu ikut andil dalam hal ini" Basen terlihat sangat tertekan melihat betapa tenang sang hyung dalam menghadapi kata katanya.

"Hyung! Hyung tidak bisa melakukan tindakan egois ini, keponakan keponakanku berhak mendapat perhatian dari kakek neneknya!" Rosalyn mulai menyesali tindakannya yang berlari kemari, begitu juga Choi han, Dia bahkan menutup kedua telinga Lock agar anak itu tidak semakin stress dengan ini.

"Oh ya? Sepertinya kamu mulai melantur" Nada Cale menurun, Basen tersentak kala tatapan dingin diarahkan padanya.

"Hyun-"

"Perhatian katamu? Hah! Jangan membuatku tertawa! Count bahkan tidak datang saat aku sekarat, aku membesarkan ketiga bayiku disini mulai lima bulan yang lalu, jika kalian memang perduli, tak mungkin Count dan pasangannya tidak tau apapun mengenai hal ini" Cale meluapkan emosinya lalu tersentak, merasa dia sudah berlebihan. Basen tidak harus menerima kesalahan orangtuanya.

Basen terbungkam, tidak menyangka ternyata kakaknya berjuang sendirian. Ahli waris County Henituse itu dapat merasakan beratnya kekecewaan Cale dari nada bicara dan cara Cale memanggil Deruth dengan gelar resmi, bukan 'ayah' lagi.

Rosalyn, Lock, terutama Choi han tersentak. Nah, pria ahli pedang ini selalu berpikir sang Count tidak pantas memiliki anak seperti Cale yang bisanya menyusahkan saja. Sepertinya mereka mendapat pelajaran untuk tidak menilai orang begitu cepat.

"Atau aku bisa keluar dari wilayah ini jika aku ingin, itu bisa membuat pengeluaran bulanan kediaman berkurang" Cale berucap ringan seakan itu bukan apa apa.

"Tidak, bukan begitu! Hyung-" Basen mencoba meluruskan permasalahan yang sudah bengkok sejak awal.

"Basen, terimalah, aku tidak marah padamu, maaf sudah membentakmu" Cale mengelus kepala Basen seakan dia tidak berteriak sebelumnya.

"Haha, konyol, untuk apa aku marah padamu orang yang tidak bersalah, mungkin aku cukup stress akhir akhir ini"

"Aku akan menelpon Count-nim atau Countess-nim, tunggulah sebentar" Cale beranjak keluar dari kamarnya, meninggalkan Basen yang termagu. Ayah muda itu melarikan diri tanpa melihat ke belakang lagi. Diam diam mengutuk emosi nya yang tidak stabil.

Kalian pasti penasaran dengan awalan drama ini bukan? Mari kita kembali ke 15 menit sebelumnya....

"Tuan muda" Hans masuk, segera berlari guna mendukung Basen yang beranjak duduk.

"Hans" Panggil Basen lemah. Rupanya shock masih mempengaruhi dirinya.

"Dimana hyung? Aku mendengar suara bayi menangis tadi, bayi siapa itu? Apakah itu orang yang butuh bantuan?" Basen mengerutkan kening kala Hans menggeliat mencurigakan.

"Ah, itu-anda lihat... Umm itu..."

"Bicara yang jelas Hans"

"Tuan muda Cale tengah memberi makan putrinya" Creak... Terdengar suara kepingan akal Basen berterbangan melewati jendela, terbang bebas keluar sana.

"Huh??" Adalah satu satunya kata yang mampu Basen ungkapkan.

"Sekali lagi, Tuan muda Cale tengah memberi putrinya makan, bayi yang tadi menangis adalah putra Tuan muda Cale, Tuan muda Basen" Hans merasa lidahnya pahit, dia pantas mendapat cupcake setelah ini. Ya, Hans berencana akan membeli satu nanti.

"Kamu pasti bercanda" Reaksi Basen dapat dikategorikan normal. Untung bukan bisikan nista seperti 'Dia pasti menghamili seseorang diluar sana!' atau 'Bajingan sampah ini pantas mati' dan semacamnya.

"Tidak sedikitpun, Tuan muda" Hans sedikit menutup, berusaha menghalangi pandangannya dari tatapan irasional dari Basen.

"Antar aku" Gumam Basen. Ya, Dia harus mendapat konfirmasi dari Hyung-nya tentang ini.

"Tuan muda?"

"Antar aku ke tempat Hyung sekarang!" Jarang jarang melihat Tuan muda Basen berteriak seperti ini, Hans yang malang sangat terkejut.

"Baik Tuan" Meski sedikit ngeri, Hans tetap menjalankan tugasnya dengan rapi.

Hans menopang tubuh Basen, membantunya berjalan lurus. Langkah Basen sedikit terseok, tenaganya terkuras memikirkan kakaknya yang tidak pernah mengunjungi bangunan utama selama 6 bulan terakhir ternyata tengah membesarkan lebih dari satu anak.

Gumpalan gumpalan emosi berkumpul dihati Basen. Senang, sedih, sesak dan marah berfluktuasi membentuk monster emosi yang tidak bisa ia kendalikan lagi. Perasaan campur aduk membuat kepalanya semakin panas. Basen merasa ingin meninju apapun saat ini juga, namun tampaknya tubuh lemahnya berkata lain.

Jarak yang ditempuh tidak lebih dari tiga puluh langkah, namun Basen merasa dia berjalan diatas gurun tak berujung. Setelah dua menit berjalan pelan, akhirnya Hans berhasil membawa Basen ke depan sebuah ruangan yang tidak terkunci. Basen segera memberi arahan lewat tangannya agar Hans membawanya masuk.

Hans pun menelan ludah, menganggap ini mirip seperti uji nyali atau semacamnya, hanya saja yang satu ini tidak ada setannya. Begitu kakinya sedikit melangkah masuk, amarah Basen terhempas terbawa angin sejuk yang merembet masuk melalui jendela kamar yang tidak ditutup. Angin santai itu berhembus lembut seakan membelai rambut merah Cale, sinar mentari mendukungnya dengan membuat wajah tampan itu semakin bersinar.

Basen juga Hans terdiam Di pintu. Mereka tidak berani masuk lebih dalam, takut merusak momen terbaik Cale yang tidak pernah mereka lihat seumur hidup mereka.

Tampilan ini menakjubkan, memukau serta berpotensi membuat mata wanita single dari beragam lapisan usia kepanasan. Basen belum pernah melihat wajah hyung nya begitu... Damai, penuh kelembutan dan kasih sayang. Jari jari lentiknya mengusap pipi bayi dengan warna senada dengannya, menghapus kerutan tak nyaman pada bayi itu.

Sekali lagi, ini terlalu mempesona. Basen rasa tidak ada seorangpun yang mempercayainya jika ia menceritakan penampakan ini pada mereka. Bahkan ayahnya pun pasti akan ragu jika mendengar putra sulungnya yang tidak ramah tertawa lembut sambil mengayunkan bayi, mencoba membuatnya tenang dari rengekan kecil yang terdengar.

Tunggu... Apa itu yang terbedong dipunggung Cale, sesuatu itu bergerak pelan seperti mencari kehangatan dari orang yang menggendongnya.

'Tidak mungkin...'

Basen berusaha keras mengintip apapun yang ada didalam bedongan itu, mencoba menolak apa yang ia pikirkan. Basen kehilangan keseimbangannya kala sesuatu itu menimbulkan kepala bulatnya yang penuh dengan helaian rambut hitam.

'Bayi lain?!' Hans menggigit bagian bawah bibirnya, belum siap dengan kejutan kejutan yang dilepaskan tuan muda pertama mereka ini.

Tak sampai disitu, Ada rengekan lain terdengar. Kali ini berasal dari tempat tidur besar itu. Nampaknya Cale  benar benar tidak memiliki tempat tidur khusus bayi, justru dia menidurkan semua anak anaknya dengan kasur yang sama dengan dirinya. Rengekan itu semakin kuat sehingga Cale akhirnya menggendongnya juga. Seluruh tubuh Cale sangat penuh dengan dua bayi ditangannya dan satu dipunggungnya.

'Bayi lagi!' Basen yang malang, kakinya sempurna lemas melihat pemandangan indah yang ironis itu. Sementara itu Cale mengecek keadaan popok dua bayinya dengan mengendusnya. Dia kemudian terkekeh geli kala hidungnya menangkap bebauan yang terlalu akrab.

"Hmm Atha sama Aiden buang air nih, bentar ayah ambil popok dulu-"

Buk...

Cale menoleh untuk mendapat pemandangan adiknya terduduk dengan Hans yang panik disebelahnya. Astaga... Wajah Basen terlihat mengerikan, seperti dia melihat hantu atau semacamnya.

"Basen?!" Cale berseru, menarik perhatian ketiga bayinya yang seketika berhenti merengek.

"uuh??" Gumam mereka bertiga serentak.

"Sebentar ya sayang... Ayah bantuin Basen dulu"

Cale segera menurunkan ketiga nya keatas kasur, Aron bahkan berhenti meminta digendong lagi. Terkadang Cale heran dengan tingkah bayi bayinya yang terlalu penurut. Bukankah bayi biasanya adalah pemberontak kecil? Dia ingat dengan bayi Lily yang terus menerus menampar wajah ayahnya karena tidak diizinkan mengunyah pulpen.

Cale benar benar berharap ketiganya tumbuh dengan baik baik saja, ayah amatir ini takut ada yang salah dengan metode parentingnya. Namun sepertinya ketiga anaknya hanya berusaha untuk menjadi anak baik, ya anggap saja begitu...

Cale berjalan pasti menuju adiknya, membantu Hans menopang tubuh Basen lalu membimbingnya duduk diatas kursi kayu yang biasa Cale gunakan untuk belajar atau menulis. Cale tampak murni mengkhawatirkan Basen, pemuda ini bahkan lupa dengan ketakutannya akan ketahuan tadi.

"Basen, kamu baik baik saja? Kurasa aku perlu memanggil Ayah kemari" Cale hendak melangkah keluar, namun tangan lemah Basen mencengkram kuat kuat baju yang ia kenakan. Menahan Cale pergi menghilang dari pandangannya.

"Hyung" Nada serius Basen membuat Cale sedikit terhuyung, jantungnya berdetak cepat, Dia takut hal yang ia bayangkan jadi kenyataan.

"Ya?" Cale mencoba sangat keras untuk mengabaikan tatapan nyalang Basen pada anak anaknya. Lucunya, kembar tiga kesayangannya ikut menatap polos paman terbaru mereka, mereka berempat mulai melakukan kontes 'tatap mata saya' hingga waktu yang belum ditentukan.

"Apa mereka... Keponakanku?" Akhirnya! Nanya juga ni anak.

"..."

"...Benar.." Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya Cale angkat bicara.

"Astaga, hyung..." Basen nampak frustasi, remaja itu mengusap rambutnya kebelakang.

"..."

"Kenapa?" Cale agak tersinggung dengan satu kata itu, ini seperti dia menyembunyikan dokumen rahasia kekaisaran atau semacamnya.

"Kenapa bagaimana maksudmu, jangan khawatir, aku tidak akan menyusahkan keluarga ini lagi, anak anakku adalah tanggungjawabku sepenuhnya" Cale berkata jujur, Dia bahkan tidak keberatan meninggalkan wilayah Henituse jika keberadaannya menjadi beban.

"Hyung, mereka bisa mendapat banyak hal yang bagus di rumah utama, mereka dapat akses yang akan menguntungkan dimasa depan dan-" Cale cepat cepat memotong ucapan adiknya sebelum terlalu jauh. Dia perlu meluruskan perasaannya disini.

"Dan mendapat keluhan tidak adil dari berbagai kalangan karena mereka adalah anak dari seorang sampah?" Cale bertanya sarkas.

"..." Hah Basen bahkan tidak bisa menjawabnya.

"Basen, dengar, aku tidak ingin mereka diancam atau dicela karena tindakan bodohku dimasa lalu, mereka berhak mendapat kehidupan yang normal tanpa gangguan" Cale akhirnya mengungkapkan keinginannya yang asli dengan penekanan pada setiap kata yang ia ucapkan.

"Tapi Hyung, kamu bisa melakukan apapun yang kalian inginkan jika mendapat izin dari penguasa tanah ini, tidak akan ada yang berani mengganggu mereka disini"

Basen tampak putus asa, pedih bagi Cale untuk melihat adiknya seperti ini, namun Basen perlu ditegaskan atau dia akan terus keras kepala. Ini mengingatkannya pada ibundanya yang ceria, ah sial, emosi Cale semakin tercampur karenanya.

"Lalu? Mereka mungkin tidak mendapat perlakuan kasar di kota, tapi apakah daerah lain akan berpikiran sama? Dan satu lagi Basen, kekerasan tidak hanya berupa fisik, namun juga kata kata" Nada bicara Cale agak sengak, berharap ini akan mengakhiri perdebatan dengan cepat.

"Aku sangat sadar dan meminta maaf setulus yang kubisa atas kelakuan tolol yang aku lakukan dimasa lalu, meski egois namun aku tidak ingin anak anakku terganggu dengan reputasi menyedihkan ayah mereka, aku ingin mereka bahagia" Cale sudah mengeluarkan segalanya sialan! Dia sudah menahan air matanya sejak tadi! Jangan buat dirinya emosional lebih dari ini atau dia akan meledak.

"Tapi Hyung-"

"Cukup sampai disana dik, Hans" Cale sedikit terhibur dengan sentakan jelas dari pelayan setia yang mendukung penuh adiknya ini.

"Y-ya!" Hans tergagap, tidak menyangka akan dipanggil.

"Bawa Basen kembali ke kamarnya tadi"

"...Baik"

Saat Hans hendak membopong Basen...

Bang!

Basen memukul meja belajar Cale sekuat tenaga hingga suaranya menganggetkan ketiga bayi Cale yang diam menonton. Benar juga, ketiga anak Cale terlalu diam seakan tidak ingin mengganggu perdebatan mereka.

"Hyung! Hyung tidak bisa melakukan tindakan egois ini, keponakan keponakanku berhak mendapat perhatian dari kakek neneknya!"

Apa? Anak anaknya memang berhak mendapat perhatian dari kakek neneknya, tapi apakah itu mungkin? Cale tidak ingin berekspetasi terlalu tinggi, itu menyakiti dirinya lebih dari yang ia kira dan dia tidak ingin kembali menelan pahitnya rasa kecewa, Apalagi menyangkut anak anaknya yang lucu.

Cale tertawa kecil, Nadanya terdengar sangat meremehkan. Dia bisa merasakan aliran darahnya bekerja keras dengan memompa jantungnya lebih cepat dari kecepatan normal. Hanya satu hal yang bisa membuatnya seperti ini, kemarahan. Ya! Cale merasa marah mendengar omong kosong tai kotok barusan.

Cale berusaha mati matian untuk mendapat 'perhatian' ayahnya. Namun pria yang dia panggil 'ayah' justru bertindak seolah Cale bukanlah putranya, penguasa ramah pada rakyat itu hanya mengganti kerusakan apapun yang ditimbulkan Cale dengan setumpuk uang.

Sejak hari kematian Jour mereka tidak pernah bicara, Cale tidak pernah dipeluk atau diberikan kasih sayang berarti selain berbotol botol alkohol yang ia pinta atau tumpukan koin emas untuk menambal kekacauan yang ia buat.

Jika ia saja gagal meraih perhatian dari ayahnya, apakah anak anaknya bisa? Belum tentu, Cale tidak ingin mengambil resiko dibenci rakyat karena pemimpin mereka memberi banyak uang pada tiga bayi yang tidak jelas siapa ibunya. Cale juga enggan menerima kasih sayang yang ditujukan karena keterpaksaan, itu terlalu menyakitkan untuk anak anak kesayangannya.

Tatapannya menjadi dingin, Cale akhirnya meledak. Pria muda ini melepaskan beberapa hal yang ia pendam selama ini. Cale bahkan berkata kalau dia akan pergi jika ia ingin, perkataan spontan ini langsung membuat Basen panik. Usai meledak, Cale berakhir keluar untuk menelpon ayah yang tidak pernah mengajaknya bicara lebih dulu.

Cale menjadi sangat emosional sehingga ia tidak menyadari tatapan tatapan kasihan dari seorang mage dan anak serigala atau tatapan rumit dari pendekar pedang. Cale juga tidak tau kalau Basen mulai menangis tersedu sedu, sedih karena dia tidak bisa jadi saudara yang baik untuk jadi tempat bersandar sang kakak. Ah, Cale juga melupakan popok Aiden dan Atha yang perlu diganti.

Bahkan Hans tidak kuasa menahan tangis melihat betapa ruwetnya permasalahan keluarga yang ia berikan kesetiannya.

Dengan dua orang besar menangis dalam ruangan yang sama, ketiga bayi Cale justru sangat diam, bahkan Athalia kembali tertidur dengan damai bersama Aiden juga Aron yang memeluknya karena mencari kenyamanan. Jangan Salahkan Atha, pelukan dari kedua kakaknya selalu berhasil membuatnya kembali mengantuk.

.....................................................................

Pecah rekor ges! 3,638 kata cuy! Salut jempol sendiri awokawok 😗 semoga nanti chapternya bisa lebih panjang lagi...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro