⊱┊20. Pengembara
Perasaan buruk yang Charlotte rasakan selama ayahnya di istana ternyata memang berujung pada kejadian yang tidak diinginkannya. Sebuah perintah keluar dari mulut ayahnya dan Charlotte amat tidak ingin mematuhinya.
Saat itu makan malam dengan suasana super tegang tengah berlangsung. Tanpa aba-aba, ayahnya mengucapkan hal yang begitu ringan. Hal yang tak pernah ia pikirkan akibatnya.
"Seminggu lagi kita akan kembali ke benua barat. Urusan kita di sini sudah selesai. Kontrak perjanjian telah habis. Kau tidak jadi dibuang di sini. Kau akan ikut kembali bersamaku karena aku berencana menjodohkanmu dengan bangsawan di sana."
Rentetan kalimat tersebut sontak saja membuat Charlotte berdiri sambil menggebrak meja. Seluruh perasaannya terpusat menjadi satu di kepalan tangannya. Keputusan yang amat sangat tidak disetujui oleh Charlotte. Ditambah itu merupakan keputusan sepihak.
Maka sebagai perlawanan, Charlotte berteriak sambil membanting piring. Kemudian ia pun lari meninggalkan ruang makan. Mengabaikan ayahnya yang murka atas kelakuan tidak sopannya.
Masa bodoh
Pria brengsek itu telah merenggut kebebasannya. Pria keparat itu telah mengambil kesempatannya untuk lari. Dibuang ke Benua Timur merupakan pelarian terbaik baginya. Ia bisa terbebas dari kelakuan-kelakuan busuk saudara-saudara tiri dan ibunya.
Kembali lagi ke Benua Barat? TIDAK!
Charlotte tidak ingin pulang. Ia tidak ingin bertemu lagi dengan saudara-saudara tirinya. Ia tidak ingin bertemu lagi dengan mereka. Dengan cemoohan mereka. Dengan umpatan yang ditujukan padanya. Dengan ujaran benci dari orang-orang.
Ia tidak ingin kembali ke neraka.
Ia ingin bebas? Tapi bagaimana? Kenapa ia tidak dikehendaki untuk bebas? Keinginan Charlotte tidak melanggar hukum dunia, tapi mengapa hidupnya dipenuhi ketidakadilan?
Hidupnya yang tak pernah dipenuhi kebahagiaan. Hidupnya yang tidak jauh dari penderitaan. Charlotte hanya ingin bahagia walau statusnya tidak diinginkan. Bahkan ia merasa tak masalah dibuang ke sini.
Tapi, dijodohkan? Siapa yang mau dijodohkan dengannya? Calonnya akan seperti apa? Baik kah atau malah seperti babi yang tak lelah menghinanya?
Tidak, tidak, Charlotte tidak ingin menikah. Ia tidak ingin kembali. Ia ingin menetap di sini. Maka dari itu, ia harus kabur. Ya, harus kabur sebelum keberangkatan ke Benua Barat.
Tapi, mau kabur ke mana? Selama ini ia hanya hidup di pelabuhan. Ke kota sesekali itu pun tidak hafal jalan. Ke mana? Ia akan ke mana? Perlukah ia meminta bantuan pelayan? Tidak, jangan. Charlotte tidak ingin mereka kehilangan pekerjaan. Mereka bisa dihukum jika ketahuan membantunya. Ia harus merencanakannya sendiri. Tapi, tunggu ...
Bagaimana dengan Fushiguro nanti? Ia harus melakukan sesuatu untuk menghambatnya saat ia kabur nanti. Tapi, bagaimana? Charlotte belum pernah melihat Fushiguro memperlihatkan kemampuannya secara keseluruhan. Tapi, pemuda itu cerdas dan Charlotte harus hati-hati dalam menyusun rencana. Satu hal yang paling penting, jangan sampai ia keceplosan soal rencana kaburnya saat berbincang dengan Fushiguro. Kebiasaannya yang selalu berceloteh apa saja harus ia kendalikan mulai hari ini.
Baiklah, saatnya menyusun rencana untuk kabur.
**********
Semenjak kejadian makan malam, sudah beberapa hari ini Fushiguro belum berbincang lagi dengan Charlotte. Majikannya itu selalu mengurung diri di kamar. Pelayan-pelayan yang akrab dengannya pun tidak ada yang berani mendekati. Charlotte benar-benar dalam tahap butuh waktu sendiri.
Mengetahui fakta bahwa Charlotte akan kembali ke tempat asalnya dan dijodohkan membuat Fushiguro semakin berempati pada majikannya itu. Semenjak ia tahu latar belakang Charlotte yang dibilang menyedihkan, di dalam Fushiguro tumbuh perasaan asing terhadap majikannya itu. Perasaan seperti ingin melindungi.
Charlotte telah melewati berbagai hal pahit dalam hidupnya. Namun, gadis itu tetap bisa tersenyum dan tertawa. Bertingkah seolah tak pernah terjadi kejadian buruk padanya. Selama hidup beriringan dengan Charlotte di sini, Fushiguro semakin tahu bahwa topeng Charlotte itu tebal.
Dari lubuk hati yang paling dalam, Fushiguro ingin meretakkan topeng tersebut. Charlotte berhak mendapatkan kebebasan. Ia ingin Charlotte bebas. Tapi, ia bisa apa? Ia sendiri hanyalah pengawal pribadi yang bergerak di bawah perintah. Diri sendirinya pun tidak bebas. Bagaimana ia bisa membebaskan Charlotte?
Dan tidak disangka jika pertanyaan yang selalu muncul dibenaknya itu sudah ia dapatkan jawabannya beberapa hari kemudian. Charlotte berencana kabur. Hal ini diketahui Fushiguro lantaran ia melihat Charlotte sedang mengamati jendela kamarnya yang menghadap taman. Awalnya hanyalah sebuah spekulasi liar. Namun, Fushiguro semakin yakin jika Charlotte akan berencana kabur karena dirinya Charlotte.
Maka dari itu, Fushiguro akan membantunya.
**********
Hari yang telah ditunggu telah tiba. Hari Charlotte akan lari dari semuanya. Setelah menyusun rencana beberapa hari ini dan mengamati pergerakan prajurit istana, Charlotte pun memutuskan untuk melancarkan aksinya malam ini. Tepat tiga hari sebelum keberangkatan. Hari yang dipenuhi kesibukan tentunya akan semakin lengah dalam penjagaan. Juga ayahnya itu pasti tidak mengira jika ia akan kabur. Toh, pria tua itu tidak pernah peduli padanya dan tidak tahu menahu soal dirinya.
Tengah malam saat semuanya sedang istirahat, Charlotte keluar dari kamarnya melalu jendela yang jarang dilewati prajurit. Ia membawa sebuntal kain berisi pakaian-pakaian asli Benua Timur sebagai langkah lanjutan jika ia berhasil kabur juga berkantong-kantong uang. Beberapa kali Charlotte sembunyi dari prajurit yang berpatroli dan untungnya tidak ketahuan.
Tujuannya saat ini ialah ke kandang kuda yang ada di belakang istana. Tantangan terbesarnya nanti ialah mengeluarkan kuda miliknya dari kandang tanpa suara. Jika kudanya bersuara, maka rencananya akan gagal.
Sejauh ini semua berjalan lancar. Charlotte berharap kemungkinan-kemungkinan terburuk tidak datang. Namun, harapannya pupus saat ia tiba di pintu belakang istana yang tembus ke kandang kuda. Fushiguro menunggunya di sana. Langkah Charlotte terhenti beberapa meter di depan Fushiguro. Saat ini ia panik sepanik-paniknya. Kepalanya tidak bisa berpikir untuk rencana lanjutan.
Namun, Fushiguro yang menarik tangannya dalam diam lalu berjalan menuju gerbang belakang dengan dua kuda yang sedang menunggu membuat Charlotte bertanya-tanya. Ditambah kuda yang Charlotte kenal sebagai kuda milik Fushiguro menggantung tas kain juga.
"Beberapa hari yang lalu Anda bertanya, apakah saya bersedia menemani Anda jika Anda tinggal di sini selamanya? Jawabannya iya, Nona Charlotte."
Sesak. Semua emosi yang Charlotte pendam selama ini rasanya ingin tumpah. Charlotte tak mampu menahan air matanya yang berkumpul di pelupuk. Ia menatap Fushiguro dengan tulus sambil tersenyum.
"Terima kasih, Fushiguro," ujarnya dengan suara bergetar. Fushiguro hanya tersenyum kemudian menuntun Charlotte untuk menaiki kuda miliknya disusul dirinya.
Mereka pergi merobek keheningan malam untuk mencari kebebasan.
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro