Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

⊱┊17. Lepas

Sukuna tercenung cukup lama dengan kertas kosong dan tinta di hadapannya. Isi kepalanya tak membayangkan apa-apa. Hanya kehampaan dan kebingungan yang menyesakkan.

Ia ingin membalas surat dari Eri tapi tidak tahu bagaimana memulainya. Menanyakan kabar? Apa kesibukannya? Oh, bodoh, tentunya istrinya sekarang sibuk menjahit gara-gara dirinya dipenjara. Bertanya soal pelanggan? Kesulitan-kesulitan yang dialami? Tidak, hal itu seharusnya tidak perlu dipertanyakan lagi. Eri pasti sudah mengalami berbagai kesulitan. Bodoh, pertanyaan retorik.

Pada akhirnya Sukuna hanya membiarkan lembaran kertas dan tinta itu tak tersentuh di atas meja nakas dekat ranjangnya. Pria itu pun berbaring di atas kasur dengan pikiran yang menjelajah ke waktu-waktu acak. Lebih tepatnya ia hanya memutar ulang memorinya selama ini. Entahlah, semenjak terkurung di ruang terbatas nan gelap seperti ini, Sukuna jadi lebih suka beraktivitas dengan otaknya. Memikirkan hal-hal yang belum pernah terlintas dalam benaknya sebelumnya. Termasuk tentang Eri.

Wanita yang sama sekali tak bisa ia pahami sampai sekarang.

Sukuna sudah memikirkannya baik-baik sesungguhnya. Tentang nasibnya setelah keluar dari penjara. Ya, berkat Kaisar yang menekan calon menantunya untuk membantu dalam penyelidikan kasusnya, semakin terlihat bahwa ia dijadikan kambing hitam. Ada seseorang yang menyalahgunakan nama Ryomen di luar sana. Hari ini katanya calon menantu kaisar serta prajurit lain akan menangkap orang tersebut.

Sukuna sebenarnya sudah tidak peduli. Walaupun ia dinyatakan tidak bersalah, tetap saja statusnya pernah dipenjara akan tetap menjadi bahan gunjingan masyarakat. Ia tetap akan dicap buruk. Juga bisnis yang dibangun klan Ryomen sudah runtuh selama kurang lebih dua bulan ini. Ia harus memulai dari awal dan itu pasti akan sangat menyusahkan. Kecuali jika Eri berhasil mengembalikan nama klan Ryomen perlahan.

Eri

Sukuna belum menemukan penyelesaian yang tepat untuk hubungannya dengan Eri. Mereka memulai dengan tidak baik lalu berjalan penuh rumit. Kini hubungan mereka tampak sulit untuk menemukan titik yang melegakan hati.
Perasaan itu terus menimbulkan tanda tanya. Sebenarnya Eri itu apa baginya? Ia harus bersikap bagaimana ketika bertemu Eri nanti? Berubah menjadi suami yang baik? Setelah semua yang ia lakukan?

Tidak tahu. Buntu. Sukuna terjebak dalam ruang penuh pintu yang tak tentu. Ia tak bisa memutuskan secara tepat. Belum bisa.

Danna-sama

Bukan. Bukan seperti itu. Bukan Sukuna yang belum bisa memutuskannya dengan tepat. Ia sudah memutuskannya. Ia sudah membuat ketetapan. Tapi, Sukuna mengelak. Ada rasa tak rela, ada titik keraguan, ada rasa tak terima akan keputusan. Akan tetapi, jika mengingat lagi surat-surat dari Eri, isi-isinya, dan tindak-tanduk wanita itu, Sukuna merasa tidak pantas.

Eri terlalu luar biasa untuk dirinya yang penuh titik kerumpangan. Ia tidak seharusnya menerima Eri. Walaupun, Sukuna ingin mengelak dari kenyataan tersebut, tapi fakta itu terus berteriak keras di dalam kepalanya.

Sukuna harus melepas Eri

Sejak awal, klan Ryomen yang disematkan pada namanya hanyalah paksaan penuh tipuan karena demi memenuhi kewajiban. Eri tidak seharusnya menerima kewajiban ini. Eri tidak seharusnya menerima nasib seperti ini.

Eri harus bebas

Memang berat hati, namun Sukuna sudah menetapkan. Ia akan melepas Eri.

.
.
.
.
.
.

"Inumaki-kun, tolong antarkan jahitan ini ke Nao-san, ya! Momo-chan, bisa bantu aku menambahkan manik-manik nya?"

Sibuk

Inilah kehidupan Eri selama kurang lebih dua bulan ini. Sibuk berkutat dengan kain-kain, jarum, benang, manik-manik, baju-baju, dan sebagainya. Berkat bantuan Uraume, perlahan usaha Eri menjadi stabil. Celaan masih ada, namun tak separah saat awal-awal. Kedatangan Uraume memperbaiki semuanya.

"Aku membawakan makanan untuk kalian. Awas saja kalau kalian tak beristirahat!" peringat Uraume yang ditanggapi senyuman dan tawa oleh Eri, Inumaki, Momo, dan Kokichi.

"Terima kasih Uraume-sama."

"Sama-sama. Kalau begitu aku pergi dahulu. Selamat bekerja!"

Setelah kedatangan Uraume yang sebentar, keempatnya pun menjadi sibuk lagi. Namun, kesibukan mereka kembali diinterupsi oleh ketukan pintu yang cukup keras. Inumaki yang hendak mengantarkan jahitan pun yang membukanya. Yang lain pun kembali fokus karena mengira itu adalah tamu biasa atau mungkin pelanggan. Namun, Inumaki yang kembali masuk dengan terburu-buru sambil membawa surat lalu memberikannya pada Eri sambil mengatakan sesuatu dengan bahasa isyarat membuat yang lain bertanya-tanya. Inumaki tak bisa berbicara sehingga menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Hanya Momo di sini yang paham bahasa isyarat.

"Itu surat dikirim oleh prajurit kerajaan. Katanya surat dari Ryomen-sama untuk Anda."

Eri tercekat. Ini pertama kalinya suaminya itu membalas suratnya setelah sekian lama. Eri pun menerimanya dengan hati-hati. Seketika ia merasa dilematis. Harus ia baca sekarang atau setelah pekerjaan selesai?

Tidak, ia akan baca setelah pekerjaannya selesai. Maka dari itu, ia pun menyimpan surat tersebut di lemari kamarnya. Walaupun penasaran dengan isinya, Eri harus menahan diri. Masih ada kewajiban yang harus diselesaikan.

******







Malam temaram dengan langit kosong dengan awan berarak. Tiada bintang maupun bulan yang bersandar di lazuardi sana. Eri baru saja selesai membaca surat dari Sukuna di beranda kamarnya yang berhadapan taman mansion. Eri tercenung sambil memegang selembar kertas tersebut.

Tatapannya hampa dan dadanya penuh sesak. Kepala Eri kini bingung bagaimana ia mau memutuskan.




───────────────────────────

Eri,

Pihak kerajaan akan membebaskanku karena aku terbukti tidak bersalah. Tapi, aku tidak tahu kapan aku akan dibebaskan karena masalahku belum selesai sepenuhnya. Oleh karena itu, jangan menungguku. Pergilah, kau tak perlu memperkenalkan dirimu dengan nama Ryomen lagi. Hanya Eri saja.

Semoga bahagia, Eri. Terima kasih.

Ryomen Sukuna

────────────────────────────





Bersambung ...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro