🤍2 : Berusaha.
سْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
{اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ}
"Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad."
Sebelum memulai membaca cerita ini mari kita kita awali dengan membaca sholawat bersama🥰
.
.
.
.
.
Masih dalam suasana lebaran, Surti berjalan masuk kedalam ruang rawat inap Helena membawa sesautu yang telah diminta oleh sang majikan. Di atas kasur terlihat sang majikan tengah memandangi sebuah bingkai foto kecil, foto yang didapatkan beberapa bulan lalu. Kenang-kenangan kehamilan sebelum putranya lahir.
"Nak lihatlah saat kamu masih berusia 5 bulan di kandungan Mama, Kamu terlihat sehat dan tidak ada masalah. Kamu pasti sudah tidak sabar untuk bertemu Mama yah makannya baru berusia 6 bulan sudah lahir." terdiam Helena menyeka air matanya pelan.
"Sekarang kan kamu sudah sempat melihat Mama walau hanya sebentar, namun jika kondisi ini membuatmu tersiksa Mama ikhlas pergilan dengan tenang ya Nak, terimakasih banyak telah mampir ke rahim Mama walau hanya sebentar, kau adalah putra yang paling berharga bagi Mama," gumamnya pelan.
Suaranya serak walau mulutnya mengatakan ikhlas sang buah hati untuk pergi, namun hatinya berdenyut sakit. Tidak ada seorang ibu yang rela kehilangan anak mereka, terlebih anak itu sudah dinanti selama 5 tahun pernikahan. Anak istimewa yang didapatkan dengan perjuangan panjang.
"N-nyonya," panggil Surti pelan.
Melihat pelayan pribadinya datang Helena menyeka air mata, mengulas senyuman dan memanggil Surti untuk mendekat.
"Kamu sudah bawa barang yang saya minta?" tanya Helena.
Mengangguk Surti menyerahkan amplop coklat itu pada Helena, tanganya gemetaran merasa tidak ikhlas dengan keputusan Helena yang ingin mencarikan jodoh untuk Edward. Sungguh besar hati majikannya ini rela membagi suami bahkan mencarikan calon istri langsung untuk suaminya.
Membuka amplop coklat dia melihat banyak sekali foto perempuan muda hebat yang ada di dalam sana, mereka berasal dari keluarga-keluarga hebat.
"Bagus sekali saya akan kasih tau Honey nanti," ucap Helena.
Menarik kursi Surti duduk tepat di samping tempat tidur Helena, memperhatikan sang majikan yang tampak begitu ikhlas mengenggam erat foto-foto calon istri Edward.
"N-nyonya," panggilnya.
Menoleh Helena tersenyum, "Iya ada apa?" tanya Helena.
Melihat senyuman sang majikan Surti menahan pertanyaan yang hendak dia utarakan. Helena sudah sangat ikhlas begitu, bagaimana mungkin dia bertanya apakah Helena yakin mau mencarikan jodoh untuk Edward.
"Em Nyonya saya hanya berfikir kan sudah 2 hari Pangeran muda lahir, kita belum kasih dia nama, kira-kira Nyonya punya nama ga buat dia?" tanya Surti.
Berfikir Helena menatap wajah Surti sesaat walau tidak punya harapan hidup, setidaknya di batu nisan mungil itu tertulis nama yang bagus kan.
"Ah kau benar Surti, bagaimana jika Keenan, dalam bahasa Irlandia nama ini berarti keturunan yang setia dan dalam bahasa Arab nama ini diartikan tertutup atau tempat anak panah dari beberapa sumber yang pernah saya baca bisa diartikan sebagai kesejateraan." terdiam Helena mengulas senyuman.
"Tempat anak panah bisa menjadi arti sebagai pelindung bagi keluarga dan orang yang ada di sekitarnya, saya berharap dia menjadi seorang laki-laki yang penuh tanggung jawab melindungi dan penuh kasih sayang," ucap Helena.
Anak itu mungkin tidak akan bisa bertahan lama, namun dengan nama ini juga dia bisa berharap Keenan menjadi pelindung baginya. Jika nanti Edward menikah lagi dia tidak tahu bagaimana watak perempuan itu, kekuasaaan dapat merubah cacing imut menjadi ular berbisa, dia yang mencari cacing itu dia juga yang harus berhati-hati jika suatu saat cacing yang dia tangkap ternyata adalah anak ular kobra.
"Wah itu nama yang indah sekali sayang, saya akan panggil dia Keen, bukankah itu terdengar sangat mengemaskan?" tanya Edward seraya berjalan mendekat.
Entah sudah seberapa lama suaminya berada di sana, Helena lantas membenarkan posisi agar lebih nyaman saat berbicara dengan Edward.
"Eh Honey sejak kapan ada di sana?" tanya Helena.
Tersenyum Edward mengelus lembut puncak kepala istrinya, " Baru saja ketika kamu memberikan nama untuk putra kita, nama itu bagus sekali Prince Keenan Almert, Papa yakin ketika orang-orang menyebut namanya akan merasa kagum, selain memiliki arti yang bagus juga terdengar sangat indah ketika diucapkan," puji Edward.
Terdiam Helena menundukan wajahnya, apa gunanya nama yang indah jika hanya digunakan untuk menghias permukaan batu nisan?
"Lena sayang, maksud kedatangan saya kesini adalah untuk memberikan hadiah ini buat kamu, coba buka lihat apa isinya," ucap Edward memyerahkan amplop coklat kecil untuk Helena.
Membuka dengan penasaran selembar foto kecil ada di dalam sana, menarik perlahan air matanya jatuh. Rasa rindu itu sudah terobati, dia mengelus lembut selembaran foto itu.
"Honey dapatkan foto ini di mana? D-dia anak kita?" tanya Helena dengan suara serak.
Mengangguk Edward mengelus lembut puncak kepala istrinya, dia tahu bagaimana rindunya Helena dengan bayi yang baru saja dilahirkan. Untuk sekarang Helena dilarang bertemu dengan bayi kecilnya karena kondisi yang masih kritis. Untuk mengobati rindu dia meminta perawat untuk memberikan foto putra kecilnya untuk diberikan pada Helena.
"Iya dia anak kita, lihat bukankah dia sangat mengemaskan? Perawat yang ambil fotonya," terang Edward.
Mengangguk Helena memandangi putranya lama, bayi mungil itu terlihat sangat kecil dengan berat badan lahir 280 gram. Mata mungilnya terpejam dengan berbagai alat terpasang di badannya. Mengelus foto lembut saat melihat kondisi Keenan kecilnya yang sangat memprihatinkan, membuatnya semakin ikhlas untuk kehilangan anak itu.
"Nak dengarkan Mama, pulanglah dengan tenang yah. Mama tidak sanggup melihatmu tersiksa seperti ini," batinnya.
Air mata mengalir keluar, senyuman tipis terukir di wajahnya seolah mengatakan dia benar-benar sudah mengikhlaskan Keenan kecil itu untuk sewaktu-waktu dipanggil yang maha kuasa.
Menyeka air mata yang jatuh di wajah sang istri, Edward menatap istrinya lembut. Untuk sekarang dukungan dan penguatan sangat dibutuhkan oleh Helena sebagai seorang suami dia tidak akan pernah meninggalkan Helena.
"Mama sayang tidak boleh menangis, putra kita pasti akan baik-baik saja, Papa sudah bicara dengan dokter Erwin Papa akan pastikan secepatnya putra kita bisa berada dalam pelukan Mama," ucap Edward.
Mengangguk Helena memeluk erat foto kecil yang ada di tanganya, menaruh di dada seolah mengatakan jika bayi kecil itu akan selalu ada dalam hatinya.
"Honey kenapa dari tadi kita manggil Papa, Mama?" tanya Helena.
Tertawa, "Kan Papa Mamanya Keenan, bukankah dahulu kita pernah berjanji, jika kita mempunyai anak kita akan saling memanggil Papa dan Mama hm? Mama lupa?" tanya Edward.
Terdiam Helena mencoba untuk mengingat kapan janji itu dibuat. Kejadian 3 tahun lalu ketika dia dan Edward masih berjuang untuk mendapatkan seorang anak, di sebuah taman menikmati matahari terbenan janji itu dibuat.
"Ah iya Lena mengingatnya, oh iya Pah lihat ini Lena punya sesuatu buat Papa," Helena menyerahkan amplop coklat yang sudah dia siapkan pada Edward.
Merasa penasaran Edward membuka amplop yang diberikan sang istri, keningnya mengerut merasa bingung ketika melihat banyak foto perempuan muda di dalam sana.
"Mah apa ini?" tanya Edward bingung.
"Pilih satu untuk Papa jadikan istri kedua, di belakang Mama sudah tuliskan nama dan nomer hpnya Papa bisa hubungi gadis yang Papa kira cocok untuk di jadikan istri kedua, nanti Mama bantu untuk kencan," terang Helena.
Terdiam Edward meletakan amplop itu ke atas meja, melirik sang istri dia menghela napas lalu berpamitan pergi. Keluar dari ruangan ucapakan sang istri yang berputar di telinganya, dari kemarin Helena terus mendesak dirinya untuk menikah entah apa yang ada di pikiran ibu muda itu.
"Sayang kenapa kamu terus mengatakan ini? Sampai kapanpun saya tidak akan menikah kembali, meski saya harus menduda selamanya." ucap Edward.
Berjalan menelusuri koridor bayang-bayang Helena masih terngiang di kepalanya, untuk mencegah Helena menjodohkan dirinya dengan orang lain. Dia harus berusaha untuk mempertahankan Keenan, anak itu harus tumbuh dengan sehat, dia harus selamat agar Helena tidak terus dihantui oleh rasa bersalah.
"Keen Papa sayang, maafin Papamu ini yah Papa akan memaksamu untuk tetap bertahan agar Mama bahagia, kau harus kuat Nak."
Ruangan dokter Erwin, Edward mengetuk pintu dan mendorongnya untuk masuk kedalam. Ada hal yang ingin dia bicarakan soal Keenan, dokter Erwin harus membantunya.
"Tuan selamat datang," sapa dokter Erwin ramah.
Edward adalah seorang dokter sekaligus pemilik rumah sakit, semua orang menghormatinya. Selain karena posisi juga karena kehebatan Edward dan bagaimana profesionalnya dia dalam bekerja, tidak pernah memandang rendah pasien atau rekan kerja walau rumah sakit ini adalah miliknya.
"Dok kemarin hanya dokter yang yakin jika putraku masih ada harapan hidup kan?" tanya Edward.
Mengangguk dokter Erwin mempersilahkan Edward untuk duduk di sofa sudut ruang prakteknya.
"Iya benar walaupun para dokter dan ahli lainnya mengatakan Pangeran muda sudah tidak ada harapan, namun saya yakin kita mesti harus berusaha, kita tidak boleh menyerah semoga saja dengan usaha ini Allah berikan keajaiban untuk kita Tuan," ucap dokter Erwin.
Mengangguk Edward menghela napasnya pelan, walau pemikiran dokter Erwin mengatakan Keenan masih ada harapan namun dengan kalimat barusan dia menyadari dokter Erwin pun menyimpan keraguan.
"Sebenarnya saya ikhlas jika dia harus pergi meninggalkan kami, namun ketika saya melihat istri saya yang begitu terpukul dan merasa bersalah karena tidak bisa memberikan saya keturunan, saya berharap anak itu bisa selamat," terang Edward.
Suaranya pelan nyaris tidak terdengar, memaksakan sesautu yang nyaris tak ada harapan seperti ini seolah menghitung pasir di pantai, tidak ada gunanya dan hanya membuang waktu tenaga serta uang.
"Dokter bisakah dokter bantu saya, carikan para ahli kita lakukan pemeriksaan dan penelitian pada putra saya, saya ingin mendapatkan titik terang dari kondisinya," ucap Edward.
"Baik Tuan, saya akan berusaha sebaik mungkin saya sangat berharap Pangeran muda bisa selamat," ucap dokter Erwin.
Jika pemeriksaan dan penelitian ini berhasil dan mendapat titik terang tentang kondisi Keenan, dia siap menerima apapun keputusan itu. Apakah benar putranya tidak bisa bertahan atau masih ada harapan, dia tidak bisa hanya pasrah saja dan menunggu kematian seperti ini.
🤍🤍🤍🤍🤍
Hay-hay bagaimana kabarnya hari ini? Saya harap kalian sehat selalu🙏🥰
Wah kira-kira gimana nasip Keenan yah, apakah penelitian ini akan berhasil dan menemukan titik terang?
Bertahan atau menyerah, semua itu akan terjawab jika pemeriksaan dan penelitian sudah berhasil.
Sampai jumpa di bab selanjutnya, Salam sehatnya semuanya🙏🥰
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro