Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian III

Tubuhnya masih terguncang-guncang di atas tumpukan karung-karung berisi sayuran dalam sebuah truk ekspedisi yang membawanya kencang ke arah Barat. Ia duduk, seraya angin menampar-nampar kulit tubuhnya. Pepohonan di kanan dan kiri jalan mengejarnya, berlari kencang mengikutinya. Dengus knalpot truk yang membawanya meraung-raung membelah jalanan beraspal hitam legam itu.

"Apa arti mimpiku itu?" gumamnya sendiri.

Bedhor menegadahkan muka ke langit, matahari tepat di atas ubun-ubunnya. Ya, memang ini waktunya salat dhuhur. Di kanan dan kiri jalan tidak terdengar azan berkumandang. Nampaknya truk yang ia susupi belum juga hendak beristirahat untuk makan atau salat atau saat istirahat tadi ia masih pulas tertidur di atas tumpukan karung-karung itu?

Ingatan Bedhor kembali ke mimpi yang aneh itu. Seorang penyeru azan yang sudah sepuh meninggal di saat ia belum menyelesaikan seruannya, di sebuah surau yang kumuh. Ruh penyeru itu di bawa Izrail ke Lauhul Mahfudz dengan memanggulnya di pundak sang malaikat. Penyeru Azan itu berusaha bernegosiasi agar ia di kembalikan kepada jasadnya yang ia tinggalkan tergeletak di dekat mimbar. Sayang, upaya itu gagal. Malaikat Izrail tetap membawa ruh penyeru azan itu ke kerajaan langit.

Bedhor menggigil ketika ingat jasad penyeru azan itu memancarkan cahaya kemilau putih, menerangi seisi ruangan suarau. Bedhor menangis ketika ingat ia tidak mendapatkan bantuan, terhadap niatnya mengurus jasad penyeru itu. Bedhor masih segugukan ketika truk yang ia tumpangi mengurangi kecepatanya. Decit bunyi rem menguasai dimensi ruang. Bau kanvas rem menyeruak menghardik hidung Bedhor. Truk berbelok arah ke sebuah rumah makan "Goyang Lidah."

Sopirnya yang tambun keluar dari kabin di susul sang kenek yang bertubuh kerempeng. Sopir tambun itu berjalan mengangkang diikuti kenek yang berjalan melayang menuju rumah makan yang sangat sederhana. Bangunannya hanya berdinding lembaran papan dan beratap geting kurapan. Di halaman ada beberapa truk yang sudah terpakir lebih dahulu. Di jalan raya kendaraan masih lalu lalang tak nampak lelah dan payah.

Bedhor melompat turun dari tumpukan karung di atas bak truk dengan membawa buntalan pakaiannya. Ia menyusuri jalanan yang ramai itu mencari tempat untuk melaksanakan Salat Dhuhur. Ia melihat sebuah surau kecil nampak tidak terurus. Bedhor mendekati suaru itu, tapi ia terkejut ketika mendapati seekor sapi ada di dalam suaru kecil itu. Namapaknya surau itu sudah beralih fungsi menjadi kandang sapi. Bedhor dengan langkah gontai terus ke arah Barat, hingga akhirnya ia mendapati masjid yang megah.

Masjid itu besar sekali, tapi nampak lengang. Hanya burung sriti dan burung gereja yang bersenda gurau di kubah masjid. Kotoranya berceceran di ubin yang berdebu, padahal ubin itu terbuat dari batu marmer berkelas.   Bedhor bergegas ke tempat wudhu untuk membasuh hadas kecilnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro