Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Their Wedding

Lieve bergegas masuk ke dalam mobil.

Ia duduk di posisi kemudi.

"Aku yang nyetir. Perutku kenyang, harus melakukan sesuatu. Kalau duduk diam saja, aku bisa-bisa muntah!" terangnya.

Edgar mengangguk dan tersenyum.

"Sama seperti dulu," timpalnya.

Lieve tersenyum jahil, "Perlu mampir ke toko baju?"

"Ah. Kau masih ingat saja rupanya," sahut Edgar mencubit hidung istrinya.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Melewati jalanan yang membangkitkan kenangan.

Ada rasa haru sekaligus getir.

Haru karena pada akhirnya cinta mereka bersatu, getir sebab banyak yang sudah terjadi dan dikorbankan beberapa tahun silam.

Dua tahun lalu, kedua insan itu menyiapkan pernikahan sederhana mereka. Tak mengundang tetangga, keluarga besar, atau pun kolega. Hanya orangtua dan saudara kandung.

Dibanding pernikahan mereka, pengurusan dokumennya yang malahan lebih rumit.

Bagi sang istri yang berkewarnegaraan Indonesia, ia harus menyiapkan fotocopy surat tanda penduduk, kartu keluarga, akta kelahiran, mengisi dokumen N1 dan N3, pass foto background biru dengan segala macam ukuran - masing-masing 6 lembar.

Untuk Edgar sendiri, ia hanya butuh dua persyaratan, yaitu, sertifikat agama dan surat keterangan diperbolehkan menikah atau Certificate of Legal Capacity to Marry. Tidak ketinggalan pass foto dengan background biru.

Mengurus Certificate of Legal Capacity to Marry adalah tahapan yang cukup rumit. Ada beberapa dokumen yang harus dilegalisasi, seperti surat single, domisili, dan akta lahir.

Dokumen-dokumen tersebut di- translate ke dalam bahasa Inggris dan dilegalisasi di Ministry of Foreign Affairs dan Kedubes Belanda yang berada di Jakarta.

Jika sudah, semua persyaratan dikirimkan ke Belanda dan menunggu beberapa minggu.

Setelah semua sudah siap, semua dokumen disatukan dan bisa segera mendaftarkan pernikahan di KUA.

Pernikahan mereka berdua dilangsungkan di Indonesia. Bertempat di kediaman mempelai wanita. Acara sakral yang hanya dihadiri kurang dari sepuluh orang saja.

Setiap wanita pasti mengidamkan pesta pernikahan bak negeri dongeng.

Lokasi yang sempurna, penuh dengan bunga segar wangi. Lampu-lampu gantung kristal menjuntai gemerlapan. Kue lima tingkat yang dibuat oleh Patissier terkenal. Musik lembut mengalun dari band lokal. Yang terakhir, gaun pengantin mempelai wanita yang khusus dirancang spesial untuknya karena ia adalah ratu semalam.

Namun, pernikahan mereka kala itu jauh dari semua perwujudan imajinasi para wanita pada umumnya.

Edgar berkemeja putih rapi, sementara istrinya mengenakan sheath dress dipadankan sepatu sneakers. Setelah prosesi ijab kabul dan sah sebagai suami istri, di rumah Lieve, kedua pengantin baru menikmati makanan cepat saji yang dipesan melalui ojek online. Begitu simple.

Meskipun jauh dari kata mewah, namun mereka berdua sangat bahagia. Perjuangan cinta Edgar dan istrinya tidaklah mudah. Terlalu rumit, penuh drama, dan intrik. Berbalut rahasia.

Penyatuan keduanya sebagai suami dan istri adalah anugerah yang begitu disyukuri, hingga bagi mereka, pesta mewah tidaklah penting.

"Apa kau bahagia, Lieve?" tanya Edgar membuyarkan lamunan.

Mata istrinya fokus menatap ke arah jalanan.

"Maksudmu?"

Edgar memandangi lamat-lamat wajah sang istri, kembali mengulang pertanyaan, "Apa kau bahagia?"

"Denganmu?" Lieve berbalik tanya.

"Semuanya. Denganku, kehidupan kita, pernikahan kita," jelas Edgar.

"Kenapa tiba-tiba tanya gitu?"

Edgar mengulum senyum. Istrinya adalah wanita yang menarik, ia tak akan langsung menjawab pertanyaan yang diberikan, melainkan menyelidiki maksud dari pertanyaan itu terlebih dahulu.

"Aku hanya merasa aku tak pernah memberikanmu apa pun. Berbeda denganmu, yang memberikanku begitu banyak. Pernikahan kita juga tidak dirayakan. Semua demi pertimbangan privasi atas skandal masa laluku dulu," Edgar mengenang.

Lieve berdecak, "Aku bahagia, Ed. Kehidupan yang kita jalani berdua itu liar dan luar biasa!" kekehnya.

Edgar terdiam.

Dalam hatinya, ia masih merasa bersalah.

"Setelah menikah, kita juga harus mencari rumah yang jauh dari pemukimanmu dulu. Aku benar-benar minta maaf," lanjut Edgar.

"Baby! Ada apa ini? Kita sedang liburan, kok kamu malah sesi maaf-maafan, sih? Lebaran masih lama!"

Edgar menoleh ke samping dan mengelus pipi istrinya.

"Kamu terlalu baik, Lieverd. Thank you," ucapnya.

"Terima kasih saja tidak cukup. Nanti sampai di pantai kau harus memanjakanku. Kau tau maksudku, kaaan?" ia mengerlingkan mata.

***

Bohong kalau istri Edgar tidak memiliki pesta pernikahan impian.

Ia ingin gaun putih dengan ekor panjang menjuntai. Buket bunga yang terangkai dari bunga mawar putih dan soft-pink, tipe hand tied, dilengkapi bunga kecil-kecil, seperti baby's breath, atau tanaman daun, seperti eukaliptus.

Untuk tema pernikahan, istri Edgar mengangankan pernikahan rustic. Acara digelar outdoor, unsur kayu akan mendominasi, dipermanis dengan sentuhan alam, misal, alang-alang, aneka macam bunga, atau akar-akar pohon sintesis.

Lampu-lampu kecil dan lentera menggantung di sudut venue untuk memberikan kesan hangat. Tidak lupa, renda-renda atau simpul pita disematkan di belakang kursi untuk para tamu. Suasana yang manis.

Ia tak ingin duduk diam bersalaman dengan para tamu di pelaminan, melainkan mingle¹ yang bebas berjalan lalu menghampiri tamu undangan.

Suasana lebih santai dan tidak terikat pakem tradisi atau adat istiadat.

Kemudian yang terakhir, 'first dance' sebagai pasangan suami dan istri juga ada di dalam agenda Lieve. Ia dan Edgar tak memiliki lagu spesial berdua. Namun, wanita itu terobsesi dengan tembang lawas El Mondo yang dinyanyikan oleh Jimmi Fontana setelah menonton film About Time. Ia membayangkan berdansa dengam Edgar diiringi oleh lagu tersebut. Pasti romantis dan keren, batinnya.

Namun begitulah hidup.

Impian terkadang tak sesuai kenyataan. Lieve hanya bisa membenam pernikahan impiannya dalam angan-angan. Tidak berani menceritakan imajinasinya kepada Edgar, khawatir suaminya merasa bersalah atau memikirkan hal tersebut sampai sakit kepala.

Toh, pernikahan mereka sudah berlalu.

Tidak mungkin terulang.

Baginya sekarang adalah bagaimana cara mempertahankan rumah tangga mereka hingga ajal memisahkan. Selalu bahagia tanpa merasa jenuh satu sama lain. Selama-lamanya.

"Apa kita harus cari penginapan?" tanya Edgar.

"Menurutmu?"

"Kurasa sebaiknya kita menginap sehari di sini. Bagaimana, kau mau?" tawar Edgar.

"Boleh saja. Besok aku masih libur."

"Kau mau menginap di mana? Di dekar sini atau di kotanya saja?" tanya Edgar lagi.

"Terserah. Asal jangan menginap di tempat kita dulu," sahut Lieve.

Edgar tertegun, kenangan lama berkelindan.

"Kenapa? Kau tak suka kebersamaan kita dulu?"

"Aku suka kebersamaan kita, Ed. Bahkan, di sanalah ciuman pertama kita. Ya 'kan?" Lieve tersenyum malu, "tapi, di sana juga tempat kita berpisah."

Edgar tersenyum getir.

"Kau benar. Kita harus mencari tempat baru. Membuat memori baru yang indah, agar kenangan buruk di masa lalu bisa tergantikan dengan ingatan baik," ujarnya.

Si istri mengangguk.

Ia lalu mengamati jalanan di hadapannya, "Sebentar lagi sampai," terangnya.

----

¹ mingle : konsep pernikahan mingle adalah pengantin berbaur dengan para undangan. Menghampiri tamu dan tidak hanya duduk diam di pelaminan.

----

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro