Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[ 7 ] Take Care

"Sudah 3 hari [Lastname] tidak masuk sekolah."

"Ku dengar dia terkena demam. Apa sebegitu parah, ya?"

"Entahlah, aku merasa kasihan karena tidak ada yang merawatnya."

Bersyukur Akaashi Keiji disitu untuk menguping percakapan itu, dan tentu saja pria itu lekas pergi ke kelasnya dengan sebuah inisiatif besar.

"Aku benar-benar minta maaf , Bokuto-san. Hari ini aku tidak bisa membantumu latihan." Permintaan izin itu disambut dengan Bokuto mem-pout kan bibirnya dengan gerutu. Akaashi menatap Bokuto sambil sweatdrop.

"Hmph! Aku jadi penasaran bagaimana penampilan gadis yang kau suka , Akaashe!" Gerutu Bokuto sambil menghentak-hentakkan kaki nya ke lantai. Sungguh kekanak-kanakan.

"Sudah kubilang , Bokuto-san. Aku tidak menyukainya.., belum." ujar Akaashi , dengan menggumamkan kata mungkin di akhir.

Bokuto semakin menggembungkan pipinya. Merasa sebal dengan Akaashi yang semakin hari semakin menghilangkan prioritas padanya. Bahkan sudah hampir 1 bulan Bokuto tidak menerima compliment dari Akaashi dan hal itu tentu saja mengurangi semangatnya dalam latihan. Tunggu, memangnya selama ini Bokuto itu prioritas Akaashi?

"ARGHKAASHEE! KUMOHON PADAMU TEMANI AKU LATIH-"

"Kou, bukannya hari ini kau harus menyelesaikan tugas tambahan dari Guru Biologi?" celetuk gadis berambut merah kecoklatan , Shirofuku Yukie. Gadis itu terlihat membawa tumpukan buku paket matematika dan sebuah kotak bekal berisi onigiri. "Kau tidak boleh mengikuti latihan sampai tugas tambahanmu selesai."

Bokuto memasang ekspresi syok. Kemudian pundung sambil misuh-misuh mendekati teman sekelas sekaligus manajer tim nya. "Hmph, mengganggu saja!

Setelah Bokuto berjalan melewatinya, Shirofuku menoleh ke Akaashi. "Tumben tidak latihan lebih lama. Ada sesuatu ?"

"Temanku sakit. Tidak ada yang menjenguknya, jadi aku ingin melihatnya hari ini."

"Oh, maksudmu si [Full Name] itu,ya? Suzumeda bilang kalian pacaran lalu kenapa kau bilang dia temanmu?" Tanya Shirofuku sambil cekikikan. Akaashi langsung merona,

"Tidak, kami hanya teman..." ujar Akaashi sambil menarik nafasnya, "..untuk saat ini." Shirofuku membulatkan mulutnya.

"Kalau begitu, semoga sukses. Traktir aku barbeque saat kalian sudah jadian,ya." Shirofuku melambai dan menjauh sambil menyeret Bokuto yang sudah masuk mode emonya.

Akaashi menghela nafas kemudian membungkuk mengucapkan terima kasih pada Shirofuku, karena gadis itu telah membawa pergi 'sesuatu yang bisa membuat kepalanya error'. Di sisi lain sempat berfikir, apa mungkin Akaashi dan [Name] bisa menjalin hubungan? Akaashi saja masih malu mengakui perasaannya.

Tapi , tentu saja hatinya menginginkan sesuatu yang lebih dari sebuah pertemanan.

---

"Selamat datang di cafe HQ." Seorang pelayan menghampiri Akaashi yang baru saja masuk ke cafe. "Ara ? Temannya [Nickname] ya? Hari ini , [Nickname] belum masuk. Dia masih sakit."

"Ya, dan aku ingin memesan untuk dibawa pulang. Dimana si.. Siapa ya, namanya..." 

"Ada apa? Aku yakin kau mencariku." Orang yang dimaksud Akaashi dengan santai memunculkan batang hidungnya secara tiba-tiba. Akaashi memasang wajah datar.

"Apa makanan yang disukai [Lastname]?" tanya Akaashi singkat.

"Oho, menu favoritnya disini itu Taiyaki Coklat dan Sup Miso. Karena aku tidak yakin dia boleh makan coklat saat demam , jadi kusarankan kau untuk membeli miso saja." Jelas Arisu sambil melipat tangannya didada.

Akaashi mengangguk, "Kalau begitu aku mau Sup Miso 2 porsi." Pelayan tadi langsung mencatat pesanan Akaashi kemudian pamit untuk pergi ke dapur.

"Ada sesuatu yang aku ingin kau lakukan.." jelas Arisu.

Singkat cerita, Akaashi sampai di rumah [Name] dengan 2 porsi Miso dalam plastik. Pria itu cukup lelah karena berlari secepatnya ke rumah [Name] setelah mendengar pesan dari Arisu.

"Semalam aku tidak ke rumahnya. Dia tidak menghubungiku. Terakhir kali aku ke rumahnya panasnya cukup tinggi , sekitar 39,7. Hari ini aku juga tidak bisa ke rumahnya. Jadi... kau tau harus apa,kan?"

Akaashi menghela nafas kasar. Ia menyeka keringat yang mengucur dipelipis dan mengatur nafas nya yang kacau akibat berlari. Barulah Akaashi mengetuk pintu rumah [Name].

"[Lastname], ini Akaashi, Keiji Akaashi." Ia mengetuk pintu  dan bersuara. Siapa tahu [Name] sedang tidur. Tidak ada respon, Akaashi kembali mengetuknya , kali ini agak kuat dan suaranya agak keras.

"[Lastname], ini Ak-", Belum selesai Akaashi memanggil, pintu rumah [Name]  perlahan terbuka. Menampakkan sosok gadis dengan surai [h/c] berantakan, iris [e/c] yang sayu dan berkantung , sebuah sweater tersampir dibahu dan termometer manual menempel di mulut kecilnya. Akaashi terbelalak.

"[L-Lastname]..?" Gadis itu tersenyum tipis , kelihatannya dia lemas sekali.

"Eh, Akaashi-kun datang. Silahkan masuk..." ucap [Name] pelan, suaranya terdengar parau. Kemudian gadis itu membuka lebar pintu mempersilahkan Akaashi masuk.

"Maaf mengganggu.."

Akaashi menatap sekeliling. Ternyata rumah ini memang cantik luar dalam, pikir Akaashi. Interior rumah tersusun rapi , perabotan juga kelihatan bersih. Benar-benar gadis multitalenta.

"Ada apa, Akaashi-kun? Tumben sekali kau berkunjung." [Name] berjalan perlahan ke arah dinding kemudian menyandarkan punggungnya.

"Ini.." Akaashi menyerahkan sebuah plastik berisi 2 bungkus sup miso. Iris [e/c] berbinar.

"Hari ini, aku akan merawatmu. Arisu tidak bisa datang jadi aku yang menjagamu." Ujar Akaashi singkat namun membuat dirinya sendiri merona , [Name] kaget sambil menyentuh pipinya.

"Aku bisa sendirian kok .." gumam nya. Akaashi melirik [Name] , kemudian meraih termometer manual yang masih menempel di bibirnya.

"Maaf nona, tapi aku tidak bisa meninggalkan gadis yang suhu badannya mencapai 39 C." Balas Akaashi. "Dan aku ingin melihatmu kembali istirahat ke kamar mu sekarang juga."

Nada ancaman tersisip dalam ucapan Akaashi, [Name] bergidik. Lebih baik kau istirahat daripada harus menerima tatapan tajam dari tuan burung hantu itu , [Full Name]. Akhirnya gadis itu berjalan dengan sigap ke kamarnya.

Akaashi memulai kegiatannya merawat [Name] seperti yang dipesankan Arisu. Pemuda itu dengan cekatan mulai memanaskan nasi di dandang, kemudian menuang sup miso ke mangkuk berukuran sedang. Setelah nasi panas, ia memindahkan nasi ke mangkuk yang cukup besar. Tak lupa ia membuatkan segelas teh hangat dan meletakkan beberapa butir obat di nampan. Akhirnya acara menyiapkan makanan untuk [Name] selesai. Sungguh , Akaashi benar-benar pantas menyandang status sebagai seorang Mom. Tapi, daripada dibilang Mom, lebih cocok menyandang status boyfriend material ,bukan?

Akaashi sendiri sempat berpikir, kenapa ia mau menuruti perkataan Arisu untuk datang kemari dan menjaga [Name]? Satu lagi, ia bisa nekat datang ke rumah seorang teman satu sekolah yang baru dikenalnya secara kebetulan di cafe.

Yah , perubahan memang merubah segalanya, termasuk perasaan. Benar begitu kan, Keiji?

"[Lastname].." Akaashi berdiri didepan pintu kamar gadis itu kemudian mengetuknya pelan. "Aku membawa obatmu. Boleh aku masuk?" 

"Ah, iya. Masuk saja, Akaashi-kun. Pintu nya tidak dikunci kok." Terdengar suara sahutan dari dalam , Akaashi membuka pintu dengan senampan makanan yang ia siapkan.

"Maaf kalau kamarnya berantakan, kepalaku rasanya berat jadi tidak bisa berkegiatan terlalu banyak." ujar [Name] mengusap hidungnya.

Akaashi celingukan. Tidak ada yang berantakan, semua tersusun rapi. Buku penuh warna tersusun rapi di rak , wardrobe pink transparan menunjukkan pakaian yang tersusun rapi, meja belajar tertata dan kasur yang memang sedikit berantakan karena ditempati. Apa nya yang berantakan, pikir Akaashi.

"Kau orang yang perapi ya?" Celetuk Akaashi, pemuda itu meletakkan nampan di atas meja kasur [Name].

"Bukannya memang harus begitu,ya? Rumah rapi menunjukkan pribadi yang disiplin." Akaashi membulatkan mulutnya kemudian mengangguk setuju. Pemuda itu mengambil kursi bulat kemudian duduk menghadap kasur [Name].

"Bagaimana keadaanmu? Sudah merasa lebih baik?" Tanya Akaashi.

"Em.. lumayan. Dibanding hari pertama. Tapi entah kenapa badanku tetap terasa panas. Tubuhku tak enak.." jawab [Name]>

"Sudah minum obat?"

"Sudah."

"Makanmu teratur,kan?"

"Uhm.. begitulah."

"Istirahat?"

"Aku terus istirahat selama 3 hari ini, Akaashi-kun." Jawab [Name], kemudian gadis itu berhenti bicara karena batuk dan meminum air hangat.

"Hah, kau ini." Akaashi mengambil mangkuk nasi, menuangkan sedikit sup miso lalu mengambil sesuap.

"Kau harus makan." Tegas Akaashi, kemudian menyodorkannya ke mulut [Name], gadis itu langsung merona dan reflek memundurkan tubuhnya.

"Ta-tapi.."

"Apa?" Tanya Akaashi, tersisip nada sadis dari bicaranya. [Name] hanya meneguk ludah.

"Aku akan makan sendiri, Akaashi-kun.." pinta [Name] dengan suara pelan.

"Kau lemas ,kan? Biarkan aku menyuapimu. Lagipula aku kesini untuk merawatmu, jadi jangan membantah." Tambah Akaashi lagi. Gadis itu memalingkan wajahnya.

"Ba-baik.."

[Name] pasrah, kemudian dengan gugup membuka mulutnya. Menerima suapan makanan hangat yang disiapkan Akaashi. Pemuda itu menyunggingkan senyum tipis, tangannya dengan pelan terus menyuapi sup ke mulut [Name].

'Manis sekali.. bahkan saat sakit.' batinnya. Sesekali keduanya saling bercanda mengenai kegiatan sekolah dan pekerjaan. Bagaimana Bokuto masuk mode emo dan membuat Akaashi bingung, tentang Arisu yang terus menggoda [Name] karena sering diganggu pelanggan laki-laki. Akaashi sempat sebal ketika mendengar yang satu itu, tapi ia lekas menepisnya dengan membelokkan percakapan.

"Hei, [Lastname].." Akaashi menghentikan mulutnya untuk beberapa detik, menarik nafas lalu membuangnya. "Apa .. ada seseorang yang kau sukai saat ini?"

[Name] speechless. Pertanyaan mengenai perasaan baru saja dilontarkan oleh Akaashi,

'Apa aku tidak salah dengar?' [Name] menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menatap Akaashi.

"Em, untuk sekarang .. Ada yang menarik perhatian ku." [Name] tersenyum. "Tapi aku tidak yakin dia akan me-notice ku, jadi aku akan tetap bersikap apa adanya dan membiarkan semua berjalan dengan damai."

Akaashi menghela nafas, ia mengelus puncak kepala [Name] secara mendadak. Membuat gadis itu merona secara reflek karena kontak verbal yang mendadak.

"Berjuanglah." Ujar Akaashi, [Name] mengangguk.

"Aku tidak mau melihatmu sakit lagi, ingat itu." Akaashi kembali menyuapi [Name], sampai akhirnya mangkuk berisi nasi dan sup itu kosong. "Entahlah, perasaanku sakit dan sedikit gelisah memikirkannya."

Perasaanmu gelisah? Tentu saja karena kau mengkhawatirkan [Name] , Akaashi. Kenapa kau khawatir? Tentu saja karena kau menyukai dan mulai mencintai sosok dihadapanmu.

"Akaashi-kun.. memikirkanku?" [Name] menatap Akaashi dengan mata berkaca-kaca.

"... Ya, aku memikirkan mu. Hampir setiap malam." Aku Akaashi. Pemuda itu mengalihkan pandangannya, [Name] tersenyum lebar.

"Kupikir hanya aku .. Ternyata Akaashi-kun juga ya?" Ujarnya. "Aku juga memikirkanmu."

Keduanya bertatapan, pipi juga memerah secara bersamaan. Kemudian keduanya mengalihkan wajah. [Name] diam, sampai beberapa detik..

"Akaashi-kun.."

Akaashi bangkit dari duduknya, sedikit mendekat lalu mencoba menatap intens mata gadis didepannya.

"Aku tidak suka kau sakit. Aku jadi tidak bisa melihat sisi ceriamu. Jadi aku minta jaga kesehatan. Mengerti?"

[Name] mengangguk, lalu Akaashi mundur. Ia duduk kembali di kursinya.

"Baiklah.. sudah saatnya." Akaashi mengambil obat di meja kemudian menyodorkannya ke arah [Name].

"He- tunggu-! Kenapa aku harus minum itu lagi?" Mendadak [Name] mundur.

"Kau tau? Dia bersikeras tidak mau meminum antibiotik, padahal itu yang paling penting. Bisa kau membujuknya?"

"Kalau kau tidak minum antibiotik, sama saja panasmu tidak akan turun." Ujar Akaashi. [Name] bergidik melihat pil putih besar yang disodorkan Akaashi.

"Tidak .. Aku tidak mau."

"[Full Name]."

"Ba-baik!"

Seorang Akaashi lebih cocok menjadi penjinak daripada seorang kekasih bukan?

---

[Name] mengucek matanya. Selesai meminum obat, Akaashi langsung menyuruh [Name] untuk tidur dan istirahat. Beberapa saat berlalu, jam menunjukkan pukul 17.30.

'Aku tertidur selama itu .. Efek samping antiobiotik memang mengerikan.' Gadis itu bangkit dari tidurnya, namun langsung menghentikan pergerakan nya saat sesuatu yang hangat berada ditangannya.

Akaashi tertidur di samping lengannya. Jemari Akaashi yang tertaut dengan tangannya. Akaashi menggenggam tangannya.

[Name] terdiam, namun akhirnya tersenyum. Tangan kanannya terulur mengelus surai berantakan itu dengan lembut ,

'Manis sekali, bahkan saat tertidur.' batin [Name] kemudian ia merasakan tubuhnya yang kian memanas saat Akaashi semakin mengeratkan genggamannya.

'Apa benar aku demam karena cuaca?'

Done with Chapter 7!
Hallo, I'm back ! Thanks sudah mau menunggu kelanjutan story ini :3 . Sesuai dengan yang aku bilang kemarin, bakal ada sekuel story' chapter sebelumnya. Awalnya sempat bingung mau dibikin tersisih sendiri, tapi akhirnya nyangkut ide buat nyatuin sekuel dengan ide tambahan yang ada. Terima kasih sudah membaca! See you next chapter!

OWARI OF 07

-ハイキュー-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro