Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[ 10 ] Memo Board

"Selamat datang , Tuan. Butuh kursi untuk berapa orang?" Gadis cantik berjalan dengan anggun dengan nampan di peluk di dada. Kemudian dengan langkah gemulai ia menunjukkan kursi pada tamu berseragam sekolah itu.

"Silakan, mau kopi, teh, parfait?"

"Kau saja bagaimana?"

Si gadis merona sambil memainkan celemeknya. Kemudian melirik-lirik ke arah pelanggan itu dengan malu-malu.

"Maaf Tuan T-tapi.. Aku bukan minuman."

"Tidak apa-apa." Ia menggenggam tangan sang gadis dengan lembut kemudian menciumnya lembut.

"Tapi baumu enak seperti kopi."

====

"Matikan film dewasa mu, Suzumeda-san." Akaashi menyingkirkan tablet putih itu dari pandangannya. Suzumeda cekikikan kemudian mem-pause film romansa itu.

"Ini film terbaik bulan ini lho. Ceritanya tentang pelanggan yang jatuh cinta pada seorang pelayan cantik karena secangkir kopi. Manis sekali ya." Goda Suzumeda dengan lirikan dan seringai dibibirnya.

"Ini film yang harusnya kau tonton sendirian di rumah , Suzumeda-san." Keluh Akaashi sambil menyeka keringat yang mengucur di pelipisnya

Kini gym sedang sunyi. Hanya ada Akaashi , Konoha dan Suzumeda disana. Ini memang belum jam latihan, jadi wajar saja gym yang dominan dengan teriakan Bokuto kelihatan damai saat ini. Akaashi yang baru menyelesaikan latihannya dengan Konoha bergabung dengan Suzumeda yang asik di bench.

Dan berakhir melihat film tak pantas.

"Padahal ini film yang menggambarkan kejadian nyata untukmu."

Akaashi terdiam sambil tetap menyeka keringatnya.

Setelah semua yang ia lewati bersama [Full Name], Akaashi merasakan debaran yang makin diluar ritme. Pemuda itu gelisah sepanjang malam dan akhirnya Akaashi memutuskan untuk mengakui perasaannya sebagai emosi yang disebut

'Cinta'

Setelah mengakuinya memang tidak terasa begitu berat. Malah perasaan ini menimbulkan kehangatan dan rasa bersemangat pada Akaashi tiap kali ia memikirkan [Name].

Cinta memang mengubah segalanya. Benar begitu, kan?

"Lempar kemari!"

"Nice cover!"

"Akaashi , kuserahkan padamu."

"Bokuto-san!"

Iris biru tua menangkap bayangan bola dengan cepat, Akaashi menerima bola lalu mengumpan ke arah Bokuto yang tepat berada dibelakangnya. Sangat akurat sampai membuat tembakan lurus berhasil mendarat di sisi dalam lapangan.

"Kupikir itu akan gagal-"

"Keren! Keren!" Suara tepuk tangan dan kekaguman mengalir dari pinggir lapangan. [Name] menatap Akaashi dengan iris bersinar sambil tersenyum manis.

"AKU MEMANG KEREN , HEY HEY HEY!" Bokuto besar kepala, padahal itu bukan pujian untuknya.

"Dia sedang memuji Akaashi! Kurangi kepedeanmu itu, Kou!"

"HEH JANGAN RUSAK KEBAHAGIAAN ORANG!"

Akaashi menoleh ke arah [Name]. Gadis itu mengacungkan jempolnya. Si penerima hanya merona sambil tersenyum tipis, memberi sinyal 'Aku akan berikan yang lebih baik' kemudian permainan dilanjutkan.

"Sekali lagi, nice serve!"

Konoha melakukan serve dan langsung diterima oleh Kuroo , pemuda itu melirik ke Akaashi dengan seringai jahatnya.

'Ho, jadi itu alasan Akaashi cukup bersemangat hari ini?' Kuroo membatin dengan kejam.

Setelah mengoper ia langsung menuju ke depan kemudian bersiap menghentikan Akaashi yang akan men-toss bola

"Tidak akan ku biarkan kau mencolok didepan gadismu."

Akaashi yang mendengarnya langsung ter-bait. Namun ia tetap tenang sambil tetap konsentrasi ke pertandingan.

'Aku tidak akan mengacau, aku sudah berjanji. Aku yang akan ...'

Bola yang harus nya di toss berubah menjadi dump, dan langsung mendarat di sisi net sebelah.

'Mengacaukan mereka.'

"Terima kasih karena sudah menyemangatiku , Kuroo-san."

"Sialan, hari ini kau lebih menjengkelkan daripada si burung hantu." gerutu Kuroo yang gagal menangkap bola, bahkan Yaku saja dibuat terkecoh dengan tipuan Akaashi.

Pemuda itu kembali melihat [Name] , yang kini sedang menatapnya kagum. Kemudian pemuda itu melempar senyum tipis ke arah [Name]. Membuat gadis itu berdebar dengan rona tebal dipipi. [Name] memegang erat bajunya.

Set 1 selesai dengan skor 26-24 dengan Fukurodani sebagai pemenang . Pemain berkumpul di tepi lapangan, Shirofuku dan [Name] langsung membagikan minuman dan handuk ke pemain.

"Ini , silahkan." [Name] menyodorkan botol minum ke Bokuto dan Sarukui.

"Terima kasih , [Lastname]-san."

"[Lastname]-chan disini memberi aura positif sekali ya!" Bokuto bersemangat sambil meminum airnya.

"A-aku hanya menggantikan Kaori-chan kok." ujar [Name] sambil malu-malu.

Akaashi melirik [Name], gadis itu jadi terlihat mencolok karena pertama kali berada di gym. Rasanya sedikit aneh melihat [Name] dikerumuni anggota lain tanpa rasa gugup yang berlebihan. Akaashi mendengus, ia ingin [Name] bersifat apa adanya didepannya seperti itu.

"Akaashi-kun.."

Nada lembut itu menyentak lamunannya, [Name] tersenyum sambil mengulurkan minuman ion untuk sang setter. Akaashi kembali berdetak dengan kacau kemudian menerima minuman.

"Terima kasih."

"Nee.. Akaashi-kun."

Suara halus itu kembali memanggil namanya. Akaashi menoleh.

"Kau keren sekali.. Aku suka. Semangat ya."

[Name] mengakhiri konversasi nya dengan sepoles rona, kemudian gadis itu membungkuk dan kembali ke Shirofuku yang tengah menatapnya gemas.

"Hoo , lihat siapa yang baru dipuji." -Kuroo

"HEY HEY HEY! Akaashi kau harus lebih bersemangat hari ini!" -Bokuto

"Aku jadi ingin punya pacar yang imut seperti itu." -Konoha

Akaashi membatu beberapa saat dan kemudian sadar karena sorakan dari pemain setim dan pemain sebelah. Pemuda itu mengusap wajahnya, kemudian tersenyum.

'Suka ya...'

'Aku juga.. suka dengan segala apa yang ada dalam dirimu.'

Dan tentu saja, kemenangan telak didapatkan oleh Fukurodani berkat sebuah kalimat dari seorang [Full Name] pada Akaashi.

.

.

.

.

"HEY AKAASHI! KAU MELAMUNKAN [LASTNAME]-CHAN LAGI?!"

Akaashi terbangun dari flashbacknya. Pemuda itu mengedipkan mata berkali-kali sampai akhirnya sadar bahwa gym sudah diisi lengkap dengan anggota voli lainnya. Akaashi mendengus kemudian melirik Bokuto.

"Bisakah kau bicara lebih pelan , Bokuto-san?"

"Seperti tidak tahu kebiasaan si kapten saja." celetuk Suzumeda dari belakang.

"Habisnya [Lastname]-chan itu imut sekali! Aku juga jadi tak tahan!" Ucap Bokuto gemas dengan ekspresi senang.

"Kau tidak boleh menyukainya , Bokuto-san." Akaashi memasang wajah datarnya. Bokuto pundung.

"Jadi kau sudah mengaku kalau kau menyukainya ya, Akaashi?" Bokuto mem-poutkan bibirnya. "Padahal kalau belum, aku ingin segera langsung mengambilnya-"

"Otakmu begitu licik, Bokuto."

"Benar, apa yang akan dikatakan yang lain kalau kau merebut pacar orang?"

"Sungguh kau seperti tidak laku."

"BERHENTI MENGATAIKU! KALIAN BEGITU KEJAM!"

"Ya, aku menyukai [Lastname]."

Akaashi bangkit dari duduknya lalu berbicara dengan tegas. Semua terperangah , bahkan Suzumeda yang harusnya tidak syok menjadi syok mendengar pengakuan dari si setter datar itu.

"A-AKAASHI...."

"Jadi kumohon jangan ganggu dia , Bokuto-san."

"Tapi , Akaashi-"

"Atau aku tidak akan memberimu toss lagi, Bokuto-san."

"HEEEY! BAIKLAH BAIKLAH! AKU AKAN MENJAGA JARAK DENGANNYA!"

Akaashi tersenyum tipis sebagai tanda puas. Kemudian ia kembali duduk sambil meminum airnya.

"Yang tadi itu.. benar-benar Akaashi?"

"Kau ini seperti tidak pernah merasakan cinta."

"Kenapa perkataanmu begitu kejam , Konoha?!"

Setelah beberapa menit akhirnya pelatih Yamiji datang dan latihan akan segera dimulai. Beberapa saat sebelum itu, Suzumeda mendekat ke arah Akaashi dan menyenggol bahunya.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan ?"

"Kurasa kau sudah tau."

Suzumeda menghela nafas sambil tersenyum.

"Kalau kau membuatnya menangis , aku akan menghajarmu."

===

Akaashi menghela nafas. Ini sudah yang ke 12x nya Akaashi menghela nafas selama perjalanannya. Menahan rasa panas dalam dada yang semakin menggebu tepat ketika ia berhenti didepan pintu cafe.

"Bagaimana caraku mengatakannya , ya..." Akaashi menggaruk kepalanya dengan gusar. Meratapi kebodohan yang membuatnya mengatakan 'Aku akan mengungkapkannya pada [Name]' ke Suzumeda, padahal dia belum tau caranya bagaimana.

"Kurasa sekarang... Aku harus tenang dulu."

Akaashi mengatur nafas dan detak jantungnya. Berharap agar momentum detakan kembali normal dan nafas yang menderu kembali stabil. Akaashi melangkah masuk ke dalam cafe.

TING

"Selamat datang!"

Seorang gadis cantik dengan iris [e/c] berkilau, surai [h/c] dengan model yang berbeda dari biasanya membuatnya lebih menarik untuk dipandang , ditambah tubuh yang tertutup seragam maid biru muda-putih yang cukup minim.

"[La-Lastname]?"

Detak jantung yang harusnya kembali normal kembali kencang.

"Akaashi-kun! Sudah lama kau tidak datang." [Name] menebar senyum manis. Akaashi merona , bahkan pengunjung lain yang melihatnya ikut terpana.

"A-ah, maaf. Latihan akhir-akhir ini sedikit berat. Ngomong-ngomong...." Akaashi mengalihkan pandangannya namun melirik [Name] dari bawah keatas. "Hari ini.. pakaianmu berbeda."

[Name] menatap Akaashi, sebenarnya tidak dengar dengan pertanyaan pemuda ini. Namun ketika ingin bertanya kembali,

"Hari ini adalah hari memo board! Pelanggan akan menulis apapun yang menjadi isi hati mereka lalu menempelkannya di sana." Arisu muncul dari belakang sambil memegang kedua pundak [Name].

Akaashi mengerutkan keningnya, "Lalu, apa hubungannya dengan seragam..?"

"[Name]-chan itu yang paling manis diantara yang lain. Jadi hari ini, dia akan menjadi maskot untuk memberi sticky notes pada pelanggan."

Pemuda itu melirik ke arah papan coklat yang tertempel di belakang [Name], tepatnya didekat pintu masuk. Beberapa tulisan sudah tertempel di memo board.

"Hng.. apa ini wajib?" tanya Akaashi, sesekali pemuda itu melirik ke arah [Name] yang sibuk menutupi kakinya.

"Tidak untuk yang lain tapi wajib untukmu." Kemudian Arisu melenggang ke arah dapur sambil terkekeh.

Akaashi mendengus. Sudah cukup ia dipusingkan dengan ungkapan untuk [Name] sekarang ditambah dengan menulis sebuah memo yang harus ditempel di dinding. Awalnya pemuda ini ingin menolak tapi apa daya sang pujaan hati sudah menyodorkan pensil dan kertas ke arahnya. 

Jadi , tidak mungkin pemuda itu akan menolaknya.

"Semangat , Akaashi-kun." [Name] tersenyum , biarpun awalnya sebal karena Arisu mengganggu temannya.

.

.

.

.

Akaashi mendengus, pikiran pemuda itu bercabang.

Sepiring sponge cake coklat dan segelas lemon tea sama sekali tak tersentuh. Jemari besar itu sibuk memutar-mutar bolpoin sambil menopang dagu. Sesekali menghela nafas sambil melihat langit , atau melirik [Name] tersenyum manis ke arah pelanggan sambil memberi atau menerima sticky notes yang sudah ditulisi.

Lucu, pikir Akaashi. Ekspresinya berubah-ubah. Tertawa gemas, tersenyum , merona , menggembungkan pipi.

Hanya saja setiap melihat [Name] , pemuda ini akan frustasi di 3 detik setelahnya.  

'Tuhan, apa yang harus hambamu lakukan..?

Arisu yang baru saja melayani seorang pelanggan melirik Akaashi. Aura frustasinya terasa sekali , batin Arisu.

"Butuh bantuan , Tuan datar?" tanya Arisu sambil menghampiri Akaashi.

Akaashi melirik sekilas, mendengus sebal kemudian kembali berkutat ke sticky notes nya. 

"Kenapa aku harus melakukan ini?"

"Bodoh. Aku mengharuskanmu menulis disini agar [Name] mau menulis juga." Arisu kelihatan gusar. Akaashi menatapnya bingung.

"Apa maksudmu?"

"Ini hari memoboard. Semua orang bisa mengungkapkan perasaannya melalui kertas tanpa harus menulis namanya. [Name] menolak melakukannya jika kau tidak datang dan tidak mau menulisnya." jelas Arisu. "Dan sekarang kau datang, aku mohon padamu untuk menulis pera-"

"Tunggu , tadi kau bilang mengungkapkan tanpa harus menulis nama?" potong Akaashi sambil sedikit menggebrak meja. Arisu melotot.

"Tenanglah , aku memang bilang seperti itu. Memangnya kenapa?"

Akaashi menghela nafas lega, pemuda itu tersenyum tipis kemudian menyeruput es lemonnya. Lalu berkutat dengan bolpoin dan sticky notes miliknya.

"Terima kasih, Arisu-san." 

"Ya ya, pokoknya aku akan minta manisan yang banyak jadi simpan uangmu." Kemudian gadis itu pergi dari meja Akaashi.

Hanya butuh 3 menit untuk Akaashi menyelesaikan tulisan di kertas biru muda itu. Pemuda itu bahkan sudah menghabiskan kue dan minumannya. Jantungnya berdegup cepat, sebutir keringat mengalir di pelipis padahal ia meminum minuman dingin. Akaashi bangkit lalu berjalan ke arah [Name].

"Akaashi-kun.. sudah selesai?" [Name] menoleh ke arah Akaashi. Gadis itu baru saja selesai menempelkan sticky notes di memoboard.

"Hei.. kau harus menuliskan milikmu juga." Akaashi bergumam sambil menunduk. Tangannya bergetar mengulurkan selembar kertas yang sudah ditulis.

[Name] menatap Akaashi bingung, gadis itu menerima kertas dan bolpoin. "Mhm.. aku akan menuliskan milikku."

"Terima kasih, kalau begitu aku pamit duluan. Hati-hati saat kau pulang nanti." Pemuda itu mendongakkan kepalanya sedikit lalu tersenyum, kemudian membungkuk dan langsung pergi. [Name] menatap punggung Akaashi yang mulai menjauh. Kemudian menatap kertas di tangannya.

"Yah, akhirnya jam kerja mu selesai ya. Bagaimana [Name]-"

"Arisu-chan... apa yang kau katakan pada Akaashi-kun tadi?"

"Hah? Sesuai peraturan dan saran mu , tulis apa yang menjadi isi hatimu di kertas ini dan tempelkan di memo board." Arisu yang sepertinya sudah tau apa yang terjadi hanya tersenyum dan menghela nafas.

"Boleh aku mengejarnya?"

"Silahkan saja, dan jangan lupa kertasmu."

[Name] mengangguk , kemudian gadis itu keluar dari cafe dan berjalan dengan cepat menuju halte terdekat.

'Secangkir kopi , sepiring kue , senyumanmu , di tempat ini sudah berhasil membuatku luluh. [Full Name], Aku menyukaimu.'

/sesegukan

Haloo, aku kembali! It's been 7 days aku ga up story ini. Maaf atas keterlambatannya karena aku ada sedikit masalah kesehatan. Terima kasih buat yang masih menunggu kelanjutan story ini!

Oh iya, buku ini mungkin akan selesai di chapter berikutnya. Aku bakal selesaikan secepatnya karena badanku juga belum terlalu pulih hehe:' . Terima kasih sudah membaca! See you next chapter!~


OWARI OF 10.

-ハイキュー-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro