[ 08 ] Bokuto
Cahaya matahari perlahan menampakkan sinarnya setelah tertutup awan tebal. Pagi itu mendung sekali, hujan cukup deras membasahi tanah Kanto. Rasanya cukup merepotkan memulai hari dengan cuaca yang mendukung untuk tetap berada dibalik selimut.
Pukul 12.30. Bel Akademi Fukurodani berdering. Semua siswa langsung mengemasi buku-buku kemudian beranjak dari kelas. Ada yang langsung menuju ruang klub , ada yang bekerja part-time dan ada yang langsung pulang. Namun , Akaashi masih berada di kelasnya. Duduk dibangku , membereskan buku pelan-pelan , membuka aplikasi Line melalui ponsel pintarnya , kemudian membuka salah satu room chat dengan display name "[Full Name]".
TODAY
Keiji
'Hei , Kau Dimana?' 12.35
Tidak butuh waktu lama untuk Akaashi menunggu balasan pesan, 4 menit kemudian ponselnya berbunyi.
[Nickname]
'Perjalanan menuju cafe , Akaashi-kun. Ada apa?' 12.39
Keiji
'Bagaimana keadaanmu?' 12.40
'Sudah baikan ?' 12.40
[Nickname]
'Panasku sudah turun. Batukku juga berangsur hilang.' 12.40
'Terima kasih telah merawatku , Akaashi-kun. Aku senang^^.' 12.41
Akaashi tersenyum tipis, pemuda itu menopang dagu sambil mengetik.
Keiji
'Sama-sama. Jangan paksakan dirimu. Kau baru sembuh, ingat?' 12.41
[Nickname]
'Siap Kapten!' 12.42
Keiji
'Bagus.' 12.42
Akaashi terdiam sesaat , pemuda itu menghela nafas cukup panjang. Jemarinya tergerak untuk mengetik sesuatu yang cukup khusus.
Keiji
'Ada sesuatu yang harus kubicarakan denganmu.' 12.43
'Aku akan menemui mu di sana setelah latihan hari ini selesai.' 12.43
[Nickname]
'Oh, baiklah. Aku akan menunggu^^.' 12.43
Keiji
'Terima kasih, kalau begitu aku latihan dulu.' 12.44
'Aku akan mengabarimu lagi nanti.' 12.44
[Nickname]
'Baiklah, semangat Akaashi-kun!^^' 12.45
Akaashi menutup ponselnya. Pemuda itu menyunggingkan senyuman, sampai akhirnya Bokuto Koutarou datang dengan menyandang tas di rambutnya.
"Akaashee! AYO KITA KE GYM! Hari ini aku bersemangat sekali , HEY HEY HEY!" Teriak Bokuto, Akaashi sweatdrop. Untung saja saat itu kelas sudah kosong.
"Iya , Bokuto-san." Jawab Akaashi tenang. Kemudian keduanya berjalan di lorong ditemani gema suara Bokuto yang langsung menceritakan kejadian-kejadian di kelasnya.
---
DUK!
"Nice serve!"
"Cover! Cover!"
"Komi-yan!"
"Chance Ball!"
Decitan suara sepatu dan hentakan bola dilantai mendominasi ruang gym. Sudah 2 jam mereka berlatih namun semuanya nampak belum lelah. Tentu saja , ini adalah persiapan menuju Turnamen Nasional Musim Semi. Tim harus menyiapkan stamina dan taktik terbaik agar bisa melaju untuk memenangkan turnamen bergengsi itu.
"Berikan padaku , Akaashi!" ucap Bokuto , ia langsung berlari ke sisi depan lapangan untuk menerima toss dari partnernya.
Akaashi dengan cepat menerima bola , men-toss bola ke arah Bokuto, "Bokuto-san!"
Dengan kekuatan penuh Bokuto men-spike bola, dan tentu saja bola berhasil masuk tanpa tersentuh oleh lawan di net sebrang.
"YOSHAA! Aku yang terbaik , HEY HEY HEY!" Bokuto mengepalkan tangannya sambil melompat-lompat. "Akaashi! Kau lihat pukulan ku tadi? Hebat kan?!"
"Iya aku lihat. Itu keren sekali." Si penerima compliment tentu saja langsung berbangga diri karena pujian dari junior kesayangannya.
"Baiklah, berkumpul. Waktunya istirahat dan pendinginan !" Ucap pelatih Yamiji dari pinggir lapangan. Kemudian semua berkumpul ditepi lapangan, menerima handuk dan botol air minum dari kedua manager tim.
"Akaashi, hari ini kau tampak lebih semangat. Teruskan tipe penyerangan yang seperti itu, kalau bisa lebih sering dilatih agar berkembang." puji pelatih.
"Ah, terima kasih , Sensei." Akaashi duduk di bench samping Bokuto lalu meminum airnya.
"Akaashi! Hari ini kau hebat sekali! Toss mu juga terasa lebih enak dipukul!" Bokuto memukul-mukul bahu Akaashi, membuat si empu bahu tersedak dan langsung memberi deathglare ke arah Bokuto. "Biasa saja, Bokuto-san."
Bokuto kelihatan akan pundung , tapi entah apa yang merasuki tubuhnya membuat ia excited kembali.
"Hey Akaashi. Tadi ada apa di ponselmu?"
Akaashi menoleh. Diponselnya ada apa?
"Tidak ada apa-apa, Bokuto-san. Memangnya kenapa?"
Bokuto memasang wajah polosnya, "Tadi saat aku menjemput ke kelasmu , kau tersenyum menghela nafas lalu terlihat senang!" sambungnya dengan suara yang cukup kuat dan dapat didengar semua orang didalam gym.
Akaashi reflek menyemburkan minumannya, membatu dengan aura cukup mencekam Bokuto seakan-akan bicara , "Suaramu kurang kuat , Bokuto-san."
"Wah, Akaashi ternyata-"
"Diam-diam-"
"Sudah jatuh cinta.."
Kalimat terputus-putus itu dilontarkan secara bergilir oleh Konoha, Onaga dan Komi. Sedangkan Shirofuku dan Suzumeda cekikikan disamping mereka sambil meledek Bokuto yang berada dalam keadaan berbahaya.
"Habis , melihat Akaashi tersenyum itu langka sekali!" Bokuto berusaha membela diri. "Jadi aku perhatikan saja ! Lagipula aku merasa Akaashi lebih lembut sekarang!" tambahnya.
"Astaga , Bokuto. Kau benar-benar tidak normal."
"Masa kau suka melihat Akaashi tersenyum? Yang benar saja!"
"HEI! BUKAN BEGITU MAKSUDNYA! Kalian salah mengerti!"
"Makanya cari pacar ,sana! Jangan mengganggu Akaashi terus!"
"Kau bahkan memperhatikan perubahan sifat Akaashi. Jangan-jangan kau sudah belok ya, Kou?"
"KENAPA KALIAN SEMUA JADI MENYUDUTKAN KU!?"
Akaashi memperhatikan kawanan burung hantu yang meributkan tentang dirinya. Apakah perubahan sifatnya sebegitu mencolok? Tapi jika dilihat dari tipe Akaashi, dia bukan orang yang suka mengumbar-umbar kejadian pribadi. Jadi dapat disimpulkan semua ini adalah kesalahan Bokuto. Semua salah Bokuto.
"Aku sudah bilang aku tidak punya pacar. Harus berapa ka-"
"Ya , ya. Kau tidak punya pacar untuk sekarang , tidak tau kedepannya bagaimana." Potong Suzumeda sambil memberi sehelai handuk ke Akaashi.
Akaashi mendengus. Tidak menyangka bahwa para manajer akan ikut 'menyerang'nya. Pemuda itu kemudian bangkit dan berlalu menuju lapangan untuk mengambil bola , mencoba mengabaikan rekan-rekan se tim yang sedang menatapinya dengan ekspresi gemas, kecuali Bokuto yang memasang wajah polos seakan tak punya salah.
Senior Akaashi itu memperhatikan Akaashi. Berpikir apa yang tadi ia ucapkan itu salah atau tidak. Aku kan mengatakan kejadian yang sebenarnya, jadi aku tak salah pikirnya. Namun tetap saja Bokuto tak kunjung berhenti menatap Akaashi.
'Akaashi benar-benar berbeda. Apa efek samping jatuh cinta sebegitu fatal?' batinnya.
'Aku jadi semakin penasaran bagaimana gadis yang dibicarakan itu. Hm, aku harus mencari tau!' Sebuah tekad dibulatkan Bokuto. Selesai dengan urusan lamunannya, mereka kembali menuju lapangan setelah menyelesaikan istirahat.
.
.
.
Sudah 3 jam mereka disibukkan dengan daily practice, akhirnya pelatih Yamiji meniupkan peluit kembali, menandakan latihan sudah berakhir. Akhirnya semua berkumpul di tepi lapangan untuk berterima kasih pada pelatih kemudian melakukan stretching di akhir latihan. Akaashi menyeka keringatnya dengan handuk kemudian ikut melakukan stretching dengan anggota lainnya.
'Ada yang ingin kubicarakan denganmu'
'Sial, aku terlalu cepat mengambil keputusan karena terlalu senang. Ada apa denganku. Harusnya aku tidak mengatakannya tadi. Perasaan ini benar-benar membuatku gelisah.' gerutu Akaashi.
'Benar-benar tidak ada jalan lain selain membicarakannya.' batinnya lagi. Akaashi selesai dengan stretching-nya, pemuda itu langsung berjalan ke bench. Mengambil tas dan memakai jaket , lalu ia pamit duluan pada kedua manajer tim.
"Otsukare , aku pamit duluan. Aku harus menjemput temanku." Akaashi membungkuk ke arah Shirofuku dan Suzumeda.
"Otsukare, hati-hati dijalan."
"Kau harus menjaganya baik-baik , Akaashi." tambah Suzumeda diakhiri kekehan kedua gadis itu. Akaashi memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan rona kemudian ia langsung berjalan menuju luar gym sambil bergumam.
'Tentu saja akan ku jaga. Dia begitu spesial , tau.'
---
Jalanan di sore hari memang cukup macet, semua orang baru saja pulang darii aktivitasnya untuk kembali ke atap bernaung. Mengistirahatkan diri dan merilekskan pikiran agar kegiatan besok bisa lebih lancar. Disitulah si setter, menerobos keramaian hanya untuk menemui seorang [Full Name] untuk membicarakan sesuatu yang sudah dijanjikannya. Berjalan dengan tenang sampai akhirnya kakinya berhenti di sebuah cafe bernuansa klasik yang selalu dikunjunginya saat waktu luang.
"Selamat datang , Akaashi-kun." Tepat saat Akaashi membuka pintu, seorang gadis dengan seragam maid nya menyambut sambil tersenyum manis. Membuat dada Akaashi semakin memanas. Pemuda itu memalingkan wajahnya.
"Hei, bisa kita duduk berdua?"
"Eh?"
"Tidak bisa?"
"Bukan begitu , tap-"
"Jam kerja [Full Name] sudah selesai! Sekarang pergilah pulang atau kencan kemana , gitu.." Tiba-tiba Arisu menyeletuk lalu menampar punggung [Name] membuat gadis itu terbatuk. Dan tentu saja Arisu langsung menerima deathglare dari Tuan Burung Hantu sadis itu.
"Bisa aku minta meja untuk 2 ora-"
"AKAASHEEE! TERNYATA KAU BERHENTI DISINI!"
.
.
.
.
"Bokuto Koutaro-san?"
Akhirnya kursi untuk 3 orang terpesan. Sebuah meja bulat berukuran kecil yang dikelilingi oleh 3 bangku manis telah terisi semua. Bokuto menggaruk-garuk kepalanya, kemudian pria itu menatap Akaashi yang sudah seperempat frustasi dan terserang migrain berat karena kelakuan seniornya yang benar-benar merusak suasana.
"HO! KAU MENGENALKU?!" Seru Bokuto bersemangat.
"Tentu saja semua orang mengenalmu , Bokuto-san. Kau adalah ace terkenal." gumam Akaashi. Membuat telinga Bokuto semakin memanjang.
"ARGGHKASHEE ! AKHIRNYA KAU MENGAKUIKU !" Bokuto menepuk-nepuk bahu Akaashi dengan kekuatan yang terbilang kuat. Akaashi dengan cepat menahan tangan Bokuto yang membuatnya tersedak untuk kedua kalinya.
"Hentikan, Bokuto-san. Lagipula kenapa kau kemari?" tanya Akaashi to the point.
Kehadiran Bokuto tadi memang cukup mengejutkan. Bagaimana tidak? Pemuda bersurai gray-white itu rela menghalau keramaian jalanan sore hanya karena tingkat ke-kepoan yang sudah diluar kendali. Membuat Bokuto rela melakukan apa saja demi mencari tau segala seluk beluk kehidupan Akaashi , khususnya dalam hal asmara seperti ini.
"Y-yah , sebenarnya aku hanya lapar dan ingin sesuatu yang manis. Jadi aku kemari dan kebetulan melihatmu. Jadi reflek berteriak deh, hahaha..." Tawa bernada kebohongan sudah nampak jelas di ucapan Bokuto , Akaashi menghela nafas gusar sambil menggaruk kepalanya. Sedangkan [Name] hanya terkekeh geli menatap kedua partner burung hantu yang sibuk berdebat didepannya.
"Oh berarti kau yang bernama [Full Name]? Temannya Suzumeda , kan?" Bokuto beralih ke [Name] , memulai percakapan ringan.
"Ah,ya. Saya [Full Name] , teman sekelasnya Kaori-san." [Name] menundukkan kepalanya sebagai formalitas dihadapan seniornya.
"Aku Bokuto Koutarou, Kelas 3. Aku ace-nya Fukurodani dan aku adalah ace nasional terbaik no-4 , lho!" ujar Bokuto membanggakan diri sambil berkacak pinggang.
"Wah, keren sekali ya." puji [Name], gadis itu memberikan senyum manis ke arah Bokuto.
"E-EH? BEGITU KAH? Ahahaha, aku jadi malu." ujar Bokuto sambil menggaruk-garuk tengkuknya. [Name] mengangguk , tak menyadari orang disebelah mereka juga terkena efek senyuman [Full Name] , namun bedanya Akaashi langsung menutupi sebagian wajahnya.
"Bagaimana latihan hari ini Bokuto-senpai?" tanya [Name].
"HOO, KAU TAU?! Latihan hari ini benar-benar berbeda! Akaashi lebih bersemangat dari biasanya dan dia memberi toss dengan hebat hari ini. Tentu saja aku lebih bersemangat melakukan spike!" Bokuto menjelaskan dengan antusias. Pemuda itu bahkan mengepalkan tangannya dengan mata burung hantu yang bersinar-sinar. [Name] manggut-manggut. Biarpun tidak mengerti apa itu toss dan spike tapi ia kelihatan senang mendengar cerita Bokuto.
Akaashi menatap kedua orang didepannya. Ia menopang dagu. Sebenarnya Akaashi hanya fokus pada [Name]. Tatapan matanya dan garis senyumnya berbeda ketika sedang bersama Akaashi. Gadis itu banyak merespon ucapan Bokuto tanpa gugup , lain saat bersamanya. Seperti mereka sudah lama saling kenal. Bahkan Bokuto menyentuh bahu [Name] karena gadis itu kadang menunduk dan tidak mau menatapnya.
Akaashi mendecih pelan. Sejujurnya ia cukup senang Bokuto datang, setidaknya perhatian [Name] teralih dari ucapannya tentang membicarakan sesuatu tadi. Namun lama-lama hatinya panas juga melihat Bokuto begitu dekat.
"Pesanan datang." Arisu dengan senampan pesanan yang sebelumnya memang dipesan ketiga orang dimeja datang. Secangkir Cappucino Latte , Strawberry and Cream Milkshake, dan Ice Coffee Bubble.
"Whoa, Lotre ku berbentuk burung hantu!" kagum Bokuto .
"Itu Latte, Bokuto-san." jawab Akaashi sambil sweatdrop. Merasa malu karena Bokuto mengatakan hal yang salah dengan suara nyaring. Arisu dan [Name] terkekeh geli melihat tingkah Bokuto.
"Selamat menikmati." Arisu lalu membungkuk pamit kemudian berlalu.
Bokuto menyeruput cappucino-nya. Sedangkan [Name] meminum milkshake dan Akaashi meneguk Ice Coffeenya. Bokuto dengan mata bersinar mengatakan bahwa cappucino miliknya sangat enak. Dia juga terkesan dengan latte art yang sesuai dengan kesukaannya. [Name] tersenyum.
"Kupikir Bokuto-senpai tidak akan suka, soalnya aku yang minta agar bentuknya seperti itu."
Bokuto berbinar, dengan semangat ia berterimakasih kemudian mengelus puncak [h/c] milik gadis itu dengan lembut. [Name] merona, reflek ia menunduk karena sentuhan verbal yang dilakukan Bokuto. Akhirnya Bokuto melupakan tujuan utamanya kemari dan malah sibuk mengganggu 'calon pacar' orang.
Akaashi ? Jangan tanya. Dia sudah merasa seperti obat nyamuk. Sudah setengah kesal. Belum lagi dadanya terasa makin panas. Pemuda itu melonggarkan kerah kausnya kemudian menggeser kursinya untuk lebih dekat dengan [Name]. Iris biru gelap itu semakin kelihatan gelap karena memberi tatapan 'can you move a bit away from here or no toss for you' pada Bokuto.
Bokuto yang langsung menyadari sinyal kuat yang menggetarkan otaknya reflek bangkit dari duduknya lalu membungkuk pada [Name].
"A-anu, [Lastname]-chan .. Se-sepertinya , aku harus segera pulang. Aku tidak mau ketinggalan kereta karena rumahku cukup jauh dari sini , haha." Ujar Bokuto cepat dengan keringat dingin yang mulai mengucur di tengkuknya. "Aku permisi duluan ya! Sampai jumpa besok Akaashi!" Bokuto langsung berlari dengan kilat menuju pintu keluar.
[Name] terdiam. Kaget karena Bokuto mendadak pergi begitu saja. Baru saja gadis itu ingin bertanya pada Akaashi, tiba-tiba pemuda itu menggenggam erat jemari [Name] sambil menatap iris [e/c] itu.
"A-Akaashi-kun..?" Panggil [Name] pelan. Tangannya sedikit gemetar merasakan genggaman.
"Hei, apa aku tidak menyenangkan?" Tanya Akaashi to the point. [Name] mengedipkan matanya.
"Aku.. tidak mengerti." Ucap [Name].
"Kau nampak bahagia dan lebih terbuka dengan Bokuto-san. Padahal kau baru mengenalnya." Akaashi mulai menjelaskan dengan detail.
"Oh-.. itu, karena Bokuto-senpai kelihatan berapi-api. Aku jadi terbawa suasana.."
"Kalau aku , bagaimana?"
"Heh?"
Akaashi semakin menggenggam erat tangan [Name].
"Aku tidak suka. Aku merasa panas melihat yang tadi.." gumam Akaashi pelan sambil mengalihkan wajahnya. Menutupi rona yang semakin tebal.
[Name] kaget, Akaashi Keiji merasa cemburu pada Bokuto Koutaro?
"Lalu, ba-bagaimana?" [Name] menunduk. Tidak berani menatap Akaashi.
"Tidak." Akaashi menarik nafas lalu membuangnya. "Aku merasa tidak nyaman saja."
[Name] mengangguk. Kemudian memberanikan diri menatap Akaashi, menanyakan hal yang membuatnya penasaran sejak tadi siang.
"Jadi, apa yang ingin Akaashi-kun bicarakan?"
Akaashi terdiam sesaat. Hatinya bimbang. Di situasi seperti ini rasanya tidak enak untuk mengatakan hal itu. Untuk beberapa saat Akaashi menatap keluar jendela cafe, mendongak ke arah langit yang semakin berwarna violet terang. Terasa menenangkan sampai sebuah ide melintas di kepalanya.
"Jangan terlalu dekat dengan Bokuto-san. Aku tidak suka. Kau hanya boleh sedekat itu denganku, kau mengerti?"
Chapter 8 Selesaii.
Maafkan kebiasaanku suka nge up tengah malam:" . Soalnya author ada jadwal kuliah tambahan . Harusnya sih masih libur tapi ternyata ada pengumuman kuliah bersama /curhat dikit/
Aku bakal tetap usahakan update tepat waktu kok. Terima kasih banyak yang sudah stay membaca❤️. Dan ngomong-ngomong aku ada projek baru bikin drabble setelah buku ini selesai. Mohon dukungannya. Terima kasih reader! See you next chapter~
OWARI OF 08.
-ハイキュー-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro