[ 05 ] Coffee
Read this with the audio above (highly recommended) !
Secangkir kopi hangat, sepiring macaron penuh warna ditemani dengan sebuah lantunan piano dari jemari lentik seorang gadis cantik. [Full Name] , dengan masih memakai seragam sekolah , duduk didepan piano cafe yang terletak tak jauh dari meja pelanggan.
Piano itu terlihat berdebu, sepertinya tak pernah dimainkan. Biasanya juga , cafe menggunakan cd piano atau jazz yang dipasang dan disalurkan melalui speaker. Namun hari ini, sepertinya sedikit berbeda. [Name] memutuskan untuk membersihkan piano itu. Duduk didepannya lalu membersihkan debunya. Tuts demi tuts dihilangkan dari debu, seusai membersihkannya , [Name] duduk didepannya kemudian menekan satu per satu tuts untuk mengetes suaranya.
"Kupikir piano ini sudah rusak. Ternyata masih bisa dipakai." Komentar Arisu setelah ia mengantar pesanan milik pelanggan.
"Masih bisa kok, lihat.." [Name] menekan tuts dan timbul nada dari piano.
"Aku baru tau kau tertarik dengan benda instrumen."
"Ya, aku bisa memainkan ini sedikit-sedikit sih.." ujar [Name] sambil terkekeh. Pelanggan sedang sepi, jadi [Name] bisa melakukan kegiatan lain.
"Kalau kau memainkannya didepan Akaashi pasti dia akan semakin terpesona ,deh." Goda Arisu dan hal itu tentu saja dihadiahi umpatan sebal dari [Name].
Semenjak 'date' pertama di taman sakura itu, hubungan Akaashi dan [Name] terlihat semakin menunjukkan tanda-tanda positif(?). Berterimakasih lah pada seorang [Full Name] , karena gadis ini berhasil membuat sisi hangat dan lembut Akaashi Keiji mekar secara perlahan. Dan selamat untuk Akaashi Keiji, berkat perlakuan mu pada [Full Name] di taman kemarin , perasaan yang kau bilang 'rasa tertarik' itu perlahan semakin tumbuh dengan subur di hatinya.
"Kalian manis sekali saat di taman itu. Menggemaskan, padahal aku hanya melihatnya sebentar." Tambah Arisu, kemudian gadis itu pergi menuju meja pelanggan yang baru saja tiba.
[Name] diam dan mencoba mengabaikan ucapan Arisu. Gadis dengan Surai [h/c] itu memutuskan untuk memainkan sebuah lagu dari piano didepannya.
Baby baby, you're a caramel macchiato
Your scent is still sweet on my lips
Baby baby tonight
Baby baby, you were warmer than the scent of a cafe latte
Do you remember that feeling?
Baby baby tonight
Lantunan piano memenuhi ruangan cafe. Pengunjung cafe benar-benar menikmati alunan lembut dari jemari [Name]. Sensasi mendengar CD dengan mendengar langsung memang berbeda. Saat mendengar langsung, rasanya seperti benar-benar tenggelam dalam iringan nada indah yang membuat kita terbawa suasana.
"Kata-kata 'hanya bisa sedikit' mu itu meragukan tau." Gumam Arisu sambil tersenyum tipis , kemudian iris itu menoleh ke arah pintu masuk, dimana setter tampan itu sudah berdiri disitu sejak 3 menit lalu, terhenyak dengan nada-nada yang dengan lembut dimainkan oleh [Full Name].
"Duduklah , Tuan. Aku tau kekasihmu itu memang menghanyutkan, tapi kau menghalangi pintu masuk." Tegur Arisu, membangunkan Akaashi dari rasa kagumnya.
"Maaf, permisi. Aku ingin meja untuk 2 orang." Akaashi membungkuk kemudian meminta Arisu mengantarkannya ke meja pesanannya. "Bisa aku minta, yang disitu?" Kemudian Akaashi menunjuk ke arah meja yang tepat berada didepan piano.
"Ingin mengagumi kekasihmu lebih lama? Silahkan, duduklah tuan." Arisu menurut , kemudian mempersilahkan Akaashi duduk di dekat piano yang dimainkan [Name].
"Hari ini... Aku minum Kopi saja.." Ujar Akaashi sesaat sebelum Arisu memberi buku menu.
"Baiklah, itu saja?" Akaashi mengangguk. Kemudian gadis itu melenggang pergi sambil bergumam.
"Entah kenapa hari ini lagu [Name] dan pesanan Akaashi benar-benar sinkron, saat jadian aku akan minta traktir manisan sepuasnya."
Akaashi terdiam, menopang dagu, menikmati musik yang mengalir dengan indah. Ditambah segaris senyuman saat [Name] memainkan piano. Rasanya sangat menyejukkan hati.
Our first date was sweet like a caramel macchiato
Wherever we went, we wanted to go together
But as time went by
Those feelings went down like dripping down espresso
Uh, my insides ache for no reason, uh we used to be so good
Breaking up was like a bitter americano
My memories still go to that cafe
"Pesananmu , tuan. Segelas kopi dengan gula dan caramel. Silahkan." Hanya 8 menit, tidak terasa, mungkin karena Akaashi terlalu asik menikmati lagu , pesanannya sudah datang.
"Terima kasih.. letakkan saja." Ujar Akaashi tanpa mengalihkan pandangan dari [Name]. Arisu terkekeh.
"Ini pertama kali Akaashi melihat [Name] bermain piano ya?" Tanya Arisu. Akaashi menoleh, kemudian mengangguk.
"Memangnya dia pernah bermain piano sebelumnya?"
"Tidak. Baru kali ini setelah 4 bulan dia bekerja disini. Gadis itu benar-benar multitalenta ya, dia bisa melakukan apapun dengan baik." Puji Arisu. Akaashi mengangguk.
"Dia memang keren.." gumam Akaashi.
"Ini lagu favorit [Name] , katanya , liriknya menceritakan tentang seorang pelanggan cafe yang jatuh cinta pada seseorang yang ia temui di cafe itu. Kau tau, seperti cinta pada pandangan pertama. Lalu mereka menjalin hubungan kemudian membayangkan bagaimana saat mereka berpisah nanti." Jelas Arisu kemudian membawa nampannya. "Maaf, saya dipanggil. Permisi , Akaashi." Arisu membungkuk kemudian pergi dari meja Akaashi.
Akaashi terdiam. Lagu ini, sama dengan kejadian yang sedang dialaminya. Sinkron sekali. Dadanya menghangat , namun beberapa detik kemudian terasa sesak.
'Membicarakan perpisahan? Maksudnya bagaimana?'
Tidak, tidak. Tidak perlu memikirkan hal sejauh itu , Akaashi. Kau dan [Name] baru saja bertemu. Hal itu terlalu cepat, kalian bahkan belum 'berhubungan' dalam artian lebih serius. Namun hal itu tetap saja mengganggu Akaashi.
The days when I used to be
Intoxicated with your scent all day
I remember we chose to break up
After promising our futures together
As I drink this minty coffee that you
Used to like, I think of you, rewind
A lot of time passed and these days
I sometimes miss you, I wonder why?
[Name] menyelesaikan permainannya dengan nada tuts lembut. Ia menatap sekitar, berbagai iris mata menatapnya kagum. Yang ditatap awalnya malu, tapi kemudian memutuskan untuk bangkit dan membungkuk. Tanda ia sudah menyelesaikan permainan piano nya.
"[Last name]..."
[Name] yang mendengar namanya dipanggil langsung menoleh. Kemudian tersenyum lembut dan mendatangi orang itu, siapa lagi kalau bukan Akaashi Keiji.
"Ada yang bisa ku bantu, Akaashi-kun?" Tanya [Name].
"Lagu yang tadi... Indah sekali. Kau hebat.." puji Akaashi, [Name] merona dan tersenyum.
"Terima kasih, tapi itu hanya lagu biasa kok. Tidak terlalu istime-"
"Tapi menurutku itu istimewa.. " potong Akaashi cepat, pria itu memegang lengan [Name] yang masih terbalut blazer sekolah.
[Name] kaget. Tentu saja, ini pertama kalinya tangannya dipegang oleh pria lain selain Ayah nya.
"Aku tau, lagu ini.. untuk seseorang yang saling jatuh cinta disebuah cafe kan?" Tanya Akaashi.
[Name] berdebar. Rasanya seperti 2x lipat lebih cepat dari biasanya. Belum lagi rona merah yang merambat di pipinya saat Akaashi menatap nya intens. Darimana Akaashi tau? Tentu saja dari seorang Arisu yang mengharapkan manisan dari calon kekasih itu.
"Kenapa .. harus memainkan lagu sedih?" Tanya Akaashi lagi. Lagu sedih? Itu jelas bukan lagu sedih. Akaashi merasa itu lagu sedih karena separuh dari lagu itu menceritakan tentang perpisahan. [Name] yang sepertinya sudah mengerti langsung duduk didepan Akaashi.
"Begini , Akaashi-kun.." [Name] tersenyum sambil menatap Akaashi tulus. "Itu bukan lagu sedih.. itu lagu yang bahagia kok.."
Akaashi masih diam. Menunggu penjelasan berikutnya.
"Makna lagu itu, mereka bertemu. Saling berhubungan sebagai seorang kenalan yang saling menyukai, menjadi sepasang kekasih kemudian memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Kau tau, setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan kan? Tidak peduli dengan siapa kau bertemu."
"Karena itu, sebelum waktu itu datang.. mereka saling mengisi momen dengan saling membahagiakan satu sama lain. Mereka menghabiskan waktu bersama dengan rasa cinta , agar suatu saat mereka bisa mengingat hal yang membuat hubungan itu berharga." Jelas [Name] lembut. Akaashi membulatkan matanya. Mulai paham dengan penjelasan gadis seangkatannya itu.
"Lagipula, mereka mengakhiri hubungan karena ingin menjanjikan diri untuk saling membahagiakan di masa depan. Mereka maju ke hubungan yang lebih serius, dan bahagia hingga akhir kelak." Tutup [Name]. Lalu , gadis berambut [h/c] itu memberanikan diri memegang kedua tangan Akaashi sambil tersenyum.
"Waktu memang kejam , kita tidak bisa menghindarinya. Karena itu, kita harus berusaha mengisi kekejaman waktu dengan hal yang membuat kita bahagia.."
Akaashi memegang tangan kecil [Name]. Menggenggam nya lalu menatap iris [e/c] itu tulus.
"Baiklah.. akan kulakukan dengan senang hati."
Hurraay selesai! Update 2 Chapter dalam 1 malam.
Ini beneran ngebut nulisnya di handphone, rasanya agak gimana gitu karena telat update. Kebetulan ide lagi melimpah jadi sekalian di kebut aja biar book ini cepat selesai. Maaf soal word nya yang berantakan. Dan di chapter ini bagian sweet nya cuma sedikit. Thank you for stay reading ! See you next chapter!
OWARI OF 05
- ハイキュー-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro