Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3

Vote lah. Apresiasinya dong. Ketik bintang di pojok kiri bawah. Komen juga biar semangat update! :D

Happy reading!

————————————————————————

Ya Allah, tak pernah terbayangkan dalam pikiranku bahwa aku akan naik bus antar provinsi seperti ini dalam keadaan hamil dan duduk paling belakang pula. Ini musibah. Benar-benar musibah! Astaghfirullah hiks.

Ya rasanya perutku mual sekali tergoncang di sini. Terus kupegang perutku agar Busya kuat menerima gempa yang lebih kencang dari sebelumnya. Ya ampun, Busya Busya. Besar sekali cobaanmu, Nak, tumbuh di rahim Ibu kayak gini. Renungku dalam hati.

Hari makin malam. Aku benar-benar tidak bisa tidur. Ya bagaimana mau tidur, bapak-bapak di sebelahku mendengkur hebat. Sudah begitu badannya sangat bau. Jelas saja hal itu mengganggu indera penciumanku. Apalagi ia sedikit bersandar pada tubuhku yang jauh lebih kecil darinya. Tiap kali kudorong tubuhnya pelan menggunakan jari telunjukku ke lengannya dengan jijik, tetap saja tiap ada goyangan bus pada akhirnya ia kembali menempel padaku.

Huaaaaa Mamaaaa. Ingin rasanya aku menangis kencang. Yang makin membuatku susah tidur adalah pria dengan tindik di sekujur wajahnya itu terus mengigau sambil menggoyangkan jari telunjuk dan tengahnya. Ia seolah bernyanyi dan memeragakan sesuatu. Kalimat yang kuingat adalah ....

Emang lagi manja. Lagi pengen dimanja. Pengen berduaan dengan dirimu saja ....
Emang lagi cantik!

Nah di saat ia memekikkan kata cantik, tangan pria gendut di sampingku secara otomatis memukul kuat mulut pria bertindik itu dan seketika pria itu terdiam. Astaga pemandangan macam apa ini?! Benar-benar absurd sekali.

Sudahlah. Lebih baik kuabaikan dua pria di sebelahku ini dan aku kembali memandang jalanan. Tak ada pemandangan satu pun. Yang ada hanyalah pohon-pohon gelap dan lampu samar serta rumah-rumah kecil yang sepi sekali. Hmmmm seumur hidup, aku tak pernah seperti ini.

Iseng kubuka ponselku. Baterainya tinggal 15%. Dan ya ada pesan di sini dan beberapa missed called. Missed called tersebut berasal dari Marel. Lalu kubuka pesan dan kubaca.

Amarel 22.15 : Usyaaaaaa! Lo di mana???? Sori nggak angkat telpon lo. Gue lagi perjalanan bulan madu. Jadinya nggak tahu. Maaaaaf 😭😭😭

Hatiku langsung mencelos begitu membaca pesan pertama Marel. Hmmm Marel sedang bahagia ternyata sampai bulan madu segala. Terbalik sekali dengan kondisiku sekarang. Kurasa ia berhasil menemukan kebahagiaannya dengan Shagam ....

Amarel 22.30 : Sya, lo marah banget sama gue? Sumpah, Sya! Demi apa pun gue dan Shagam nggak pernah rencanain hal buruk apa pun. Zian itu emang brengsek! Shagam cuma minta jauhin lo dari Ogas bukan nyuruh Zian utk hamilin lo kayak gini. Shagam nggak seburuk yg lo pikir, Sya 😭😭😭

Membaca pesan berikutnya makin membuat perasaanku bercampur aduk. Ya salahku juga sebenarnya menuduh Marel mencelakaiku. Tapi waktu itu kondisiku sedang kalut. Otakku tak bisa berpikir jernih. Aku hanya berpikir dalang semua ini adalah Marel dan Shagam ....

Zian ... nama pria bangsat bapaknya Busya. Cih! Membacanya membuat emosiku membara.

Amarel 22.45 : Telpon dari gue nggak ada yg lo angkat satu pun. Gue cemas, Sya, sama lo. Udah lebih dr dua bulan gue nggak tahu kabar lo. Pas lihat lo sms gue, gue bahagianya minta ampun. Plis, Sya. Call me back 😭😭😭😭 gue kepikiran soal kehamilan lo 😭😭😭

Ah Mareeeel. Jadi sedih kan bacanya. Ternyata sudah lama juga kami berpisah. Pertama kalinya kami marah sampai selama ini. Marel memang paling peduli denganku huaaaa. Genangan air mata di kelopak mataku pada akhirnya tak terbendung lagi dan menetes membasahi pipi.

Amarel 23.00 : Ya Allah, nggak bisa tidur gue asli. Bulan madu gue jadi hambar masa😭😭😭

Membaca bulan madunya itu kok bikin agak kesel ya? Anak ini tak pernah berubah. Selalu mengutarakan apa yang dia rasa tanpa memikirkan apa efek perkataannya itu.

Amarel 23.35 : Sya, keluarga lo nyariin lo. Om Sayid tiap hari nelpon gue nanyain lo. Ogas bahkan sempat ke rumah lo, Sya, nyariin lo. Kalau Zian nggak tahu deh. Sinting tuh orang. Kalau gue ketemu dia, gue getok kepalanya sampai penyok! Sya, balik pliiiiiiiiis. Kangeeeeeeeeeeen😭😭😭

Ya Tuhan ... aku juga amat sangat merindukan Marel. Huaaaaaa. Kali ini air mataku mengalir deras. Dan apa barusan? Ogas mendatangi rumahku demi mencariku? Tak salah bacakah? Aku ingat betul. Ogas bilang kalau dia tak menginginkanku. Astaga, jadi makin sedih deh ingat si Ogas Kampret itu.

Amarel 23.50 : Gue berusaha terus, Sya, nelpon lo. Bodo amat lo nggak angkat. Gue nggak nyangka lo sampai hamil. Kita kan ahli bercinta tanpa hamil. Sya, plisssss. Ah iya gue cuma mau ngasih tahu satu hal. Kakek udah nggak ada di dunia ini, Sya ....

Iya, Rel. Siapa yang menyangka kalau sahabatmu ini eh mantan sahabatmu ini pada akhirnya bisa hamil oleh Perjaka Bodoh Sialan itu. Padahal sudah berapa banyak aku ML, tapi semuanya aman-aman saja tuh. Tapi kenapa mesti Zian sih?! Argh!

Dan seketika air mataku membanjir begitu tahu kalau Kakek sudah tidak ada di dunia ini. Apa artinya kalau Kakek sudah ... meninggal?

Ya ampuuuun, Latusya. Kenapa dirimu tidak ada di akhir hayat hidup Kakek sih? Ya Kakek Marel adalah orangtua terbaik sepanjang masa. Bahkan lebih baik dibanding Papa yang kerjanya hanya marah-marah. Kakek selalu menceramahiku tanpa menyakiti hatiku. Ah Kakeeeek. Jadi kebayang kan wajahnya.

Kuhentikan membaca pesan Marel sejenak dan menangis hebat sambil menutup wajahku agar suara tangisku tak terdengar oleh orang-orang di bis ini. Sungguh menyesakkan. Kakeeek, maafin Usya yang nggak ada di samping Kakek.

Cukup lama aku menangis sampai hatiku benar-benar tenang. Nanti begitu suasanaku sudah membaik, aku akan mengunjungi Kakek. Berarti ada dua hal yang akan aku lakukan nantinya yaitu membalas jasa Ibu Warteg dan ke makam Kakek huhu. Kembali aku baca pesan panjang lebar Marel.

Amarel 24.00 : Mungkin lo bosan yah baca pesan gue. Tapi beneran. Lo satu-satunya harta terbaik gue setelah Kakek dan Shagam. Tapi percayalah, Sya. Shagam juga cemas bgt sama lo. Shagam nggak seburuk dugaan kita. Sya, plis klo hati lo udah tenang. Telpon gue. Gue nggak akan nyerah nyari lo!

Membaca semua pesan Marel membuat hatiku berdenyut tak karuan. Kenapa sesak sekali rasanya? Marel adalah teman gilaku. Kami berdua sudah bagaikan perangko. Tapi kenapa harus ada kejadian seperti ini? Aku dan dia jadi menjauh. Air mataku terus mengalir hebat.

Aku benar-benar butuh seseorang saat ini. Setidaknya yang mau menumpangkan bahunya untuk aku tangisi. Kulirik pria di sebelahku. Ya kali peluk orang gendut. Big no!

Dan pesan Marel pun berakhir. Ya cuma Marel yang meng-sms-ku. Hmmm. Kuhembuskan napasku kasar. Mataku pun berhenti pada pesan terakhir dua bulan yang lalu dari seorang pria ke nomor lamaku.

Ogasa 💏 : Kamu melewati batas, Usya! Ciuman pertama kita, aku masih maklum. Tapi di ciuman kedua kamu udah kelewat batas. Kamu bahkan ngajak lebih dan itu buat aku mau mati, Usya .... Maaf, kamu cuma sekedar perantara bukan wanita yang aku harapkan.

Hahahahaha. Sakit kan bacanya? Ya iyalah! Sakit sekualeeeee. Ya ini pesan terakhir dari Ogas Kampret yang mana semakin membuatku gila dan pergi jauh dari mereka semua. Pesan itu kubaca setelah malam di saat Zian si Perjaka Tolol baru saja menodaiku.

Aku tersenyum getir mengingatnya. Hari itu adalah hari paling menyedihkan dan titik semua masalah ini terjadi. Kemarinnya aku baru saja mengetahui bahwa Ogas ternyata hanya memanfaatkanku demi mendekati keluarga Marel. Padahal aku sudah menaruh hatiku padanya. Lalu kucium paksa bibirnya yang mana aku tak pernah serendah itu.

Selama ini selalu pria-pria yang ngebet minta dicium olehku. Kemudian setelah itu ada lagi adegan berantem di tengah mal akibat perbuatan Ogas dan Zian di tengah mal Grand Indonesia. Duuuh jadi flashback kan ....

"Lepasin, Gas! Buat apa lagi sih kamu ngikutin aku dan narik tangan aku kayak gini?!" pekikku kuat begitu Ogas berhasil menangkap tanganku menuju lift.

Ogas dengan rahang mengerasnya malah memelototiku seram. "Kamu cium aku, Latusya!" bentaknya kuat. Ia terlihat tak peduli pada beberapa pasang mata yang berada di sekitar kami.

Aku dengan air mata yang tak berhenti mengalir melihatnya penuh kebencian. "Terus kenapa? Nggak suka?!"

"Kamu nggak pantas cium aku!" ujarnya kencang lagi.

Kupandangi sebentar layar nomor lift yang masih agak lama ini. Kemudian beralih lagi ke Ogas. "Itu cuma sebagai tanda kalau aku nggak main-main sama kamu! Aku udah naruh perasaan ya buat kamu. Setidaknya aku bisa puas walaupun dengan cara curi ciuman dari kamu!" Ah bodo amatlah kami bicara soal ciuman di tempat umum begini.

"Tapi itu nggak seharusnya terjadi!" Ogas terus berkata dengan nada tinggi.

Kali ini aku terbahak. "Yaudah. Kan udah terjadi tadi. Mau di apain lagi? Lagian cuma kecupan doang helloooooow. Banyak pria yang udah lebih dari cuma kecupan gitu doang sama aku!"

Mata Ogas semakin memerah. Napasnya naik turun. Ia terus menatapku tajam. "Lebih dari kecupan?!" tanyanya terkejut.

"Iya! Udah deh. Itu tadi cuma pelampiasan kesal doang."

"Pelampiasan kesal doang?!" Ia bertanya dengan nada yang lagi-lagi tinggi.

Sampai akhirnya .... Ting! Pintu lift terbuka. Kuhempaskan tanganku agar lepas dari pegangan Ogas dan langsung masuk menyusul beberapa orang. Ogas ternyata mengikutiku. Mau apa coba dia? Di saat pintu ingin tertutup, ada tangan yang menahannya dan itu tangan Zian! Mata kami bertemu dan ia langsung masuk. Kenapa si Zian menatapku seram begitu? Urusan dia dengan Marel sudah selesai?

Selama di lift Ogas bungkam, tapi itu tidak menyembunyikan guratan urat yang tercetak jelas di wajahnya. Kok jadi dia yang marah sih? Air mataku kali ini sudah berhenti mengalir.

Ting! Pintu lift kembali terbuka. Semua orang ke luar termasuk aku dan begitu di luar lift, tiba-tiba Zian menarik tanganku kasar. Aku berusaha meronta sekuat tenaga agar terlepas, tapi tangan Zian benar-benar kuat.

"Zian! Lo kenapa sih?! Gila apa?!" teriakku kuat.

Kami sudah berada di dalam mal. Tentu saja kali ini lebih ramai daripada di atap SKYE tadi. Tapi Zian hanya diam. Ia terus melangkahkan kakinya. Langkahnya terhenti ketika Ogas menarik tanganku satunya. Astaga! Ini kenapa sih?!

"Lepasin!" bentak kuat Ogas. Zian melihat Ogas sinis. Matanya memerah akibat menangis. Zian bergeming. Mata mereka saling berpandangan. "Gue bilang lepasin, Zi!" tegur Ogas lagi.

"Gue nggak akan biarin Usya sama iblis kayak lo, Gas!" ujar Zian tegas.

Ogas tersenyum miring. "Sayangnya Usya mau sama iblis kayak gue."

"Lo gila ya?! Ngapain sih lo bawa-bawa Usya ke masalah keluarga kita?! Dia itu nggak ada sangkut pautnya!"

Aku berasa ditarik tambang. Tanganku dalam posisi merentang karena ditarik oleh kedua kakak beradik ini. Mana mereka berdua sama-sama memegang erat tanganku.

"Karena itu cuma satu-satunya solusi."

Zian mendengkus emosi. Ia gantian menatapku. "Terus lo ngapain cium-cium dia kayak di atas tadi? Hah?!"

Aku menatap Zian bingung. "Gue suka sama Ogas. Nggak rela aja kalau hubungan kami berakhir gitu aja tanpa bersentuhan sedikit pun, Zi!" jawabku jujur.

Zian tertawa keras. "Dasar mesum! Lo pas pembagian otak di belakang ya, Sya? Makanya kinerja otak lo jadi sempit begitu?"

"Apa sih lo!" Aku tak terima.

"Tuh Usya suka sama iblis kayak gue ...."

Kali ini kutarik napasku dalam dan kukeluarkan bersamaan dengan tenaga yang akan kugunakan untuk terlepas dari tangan mereka berdua dan ... berhasil!

"Udahlah. Nggak usah ikut campur, Zi. Masalah ciuman tadi urusan gue dengan Gasa eh Ogas maksudnya."

Alis Zian saling menaut bingung. "Otak lo beneran udah nggak jalan ya kalau udah suka sama orang. Kemarin Om Om beristri. Sekarang cowok sayko. Ogas itu gila, Latusya. Dia itu sinting! Nggak usah lo sama dia!"

Entah kenapa aku jadi makin tak suka pada Zian. Apa haknya melarangku? Suka-suka perasaanku lah. Aku juga tak mengerti mengapa aku menyukai Ogas.

"Apa karena Ogas ada masalah dengan Marel dan Shagam makanya lo juga larang gue suka sama Ogas? Hah?!" pekikku kuat. Emosiku kembali membuncah mengingat kejadian di SKYE tadi.

Zian mengusap wajahnya kasar. "Bukan gitu, Latusyaaaaa. Tapi Ogas itu bahaya. Marel dan Shagam larang lo sama Ogas karena ada alasannya." Nada bicara Zian mulai melunak.

"Kenapa gue harus kena dampak sama masalah lo semua? Gue itu orang lain di sini, Zian! Kenapa sih setiap gue suka sama orang selalu aja kayak dihalang-halangin?!" Aku semakin memberontak tak terima.

"Karena otak lo bodoh. Logika lo nggak jalan kalau udah pakai hati!" Zian tak mau kalah.

Ogas pun menarik tanganku. "Kamu beneran suka aku kan, Sya? Daripada kamu habisin waktu kamu buat ngobrol sama dia mending ikut aku dan kita lanjutkan obrolan kita tadi."

Langsung kusembunyikan tanganku satunya agar Zian tak berhasil meraih tanganku. Kubiarkan Ogas memegang tanganku tanpa penolakan. Aku kesal pada Zian. Kenapa dia segitunya sih?! Ia pun tetap di tempat dan terus memandangiku emosi. Aku melakukan hal yang sama.

Dan lebih baik aku mengikuti kata hatiku kan dengan mengikuti Ogas dan bukan Zian yang tidak jelas itu, bukan?

***

Tanggapan yaaaaa.

Mungkin ada yg nggak ngerti ya sama kisah flashbacknya. Itu ada di C2. He's not NORMAL! Dan kalau mau ngerti harus baca itu hehehe. Sekali lagi itu bisa dipesan di shopee/tokopedia atauuu google book yaaa

Dan yg udah pada baca jadi tahu kan apa yg terjadi ketika Zian nyusul Ogas dan Usya?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro