Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14

"A--aku tidak ngapa-ngapain. Aku tadi hanya menolong Zafrin dari ...."

Kalimatku dipotong Zafrin. "Sudah, Jor. Nggak usah dipermasalahkan. Tadi dia yang bantu gue kabur dari Jema."

Jorda langsung melihat Zafrin penuh amarah. "Lo tuh buat gue cemas tahu nggak sih, Zaf!" seru Jorda sembari meremas rambutnya kesal.

"Lagian lo sama Bunda ngapain sih pakai acara buat kurung-kurung gue segala? Selama ini gue bebas kan ke mana aja. Kenapa sekarang mesti ada yang ngawal gue? Gue nggak suka!"

Jorda memejamkan matanya sejenak. Ia terlihat mengatur napasnya. Sementara aku di sini masih dagdigdug tak mengerti dengan apa yang terjadi. Apalagi begitu mendengar nada Jorda yang tinggi tadi. Itu amat sangat mengagetkan.

Jorda membuka matanya. Ia pun jongkok di hadapan Zafrin. Ditatapnya sendu Zafrin. "Lo tuh buat ulah. Lo ingat kan kesalahan apa yang udah lo buat kemarin? Hampir aja semuanya tahu nggak. Lo pengen cepat-cepat urusan ini selesai kan? Sama halnya dengan gue. Gue cuma minta kerjasama lo doang kok."

"Jor, jangan lo pikir sekarang kondisi gue begini. Hidup gue seenaknya lo atur ya. Gue cuma mau bebas kok. Gue janji nggak akan buat ulah lagi. Percaya sama gue," ujar Zafrin meyakinkan.

Kini Jorda menatapku. "Terus kenapa Mudya bisa di sini? Ini udah jam sebelas malam loh."

"Tadi dia yang bantu gue ke sini. Udah deh. Lo lebay tahu nggak sih. Pakai bentak Mudya lagi."

Jorda pun bangkit. Diliriknya Zafrin kesal. "Ya gue cemas, Zaf. Gue nyariin lo tadi. Untung dugaan gue benar kalau lo di sini."

Zafrin tidak bergerak sama sekali. Jorda masih di hadapannya. "Jema nggak ikutin lo kan? Gue nggak mau ada yang tahu ruangan ini lagi. Cukup Mudya sebagai orang terakhir karena dia yang bantu gue."

Jorda mengembuskan napas. "Iya. Nggak. Tadi gue sendiri kok ke sininya."

Aku bisa melihat tubuh Zafrin dari belakang yang menghela napas lega. "Syukurlah. Lo nggak perlu bentak Mudya kayak tadi, Jor."

Jorda pun menepuk jidatnya. "Ah iya." Jorda pun menghampiriku kemudian didekati bibirnya ke telingaku. Aku masih terpaku di sini. "Mud ... saya nanti perlu bicara sama kamu. Tapi nggak di sini. Kali ini kamu cukup bilang iya-iya aja," bisiknya tegas. Kini wajah Jorda tepat di depanku. "Mud, aku minta maaf karena tadi nada bicara aku tinggi. Tadi aku hanya panik." Kemudian Jorda menyuruhku bilang iya tanpa suara.

Aku menurutinya. "Iya."

"Aku makin panik lagi ketika kamu sedang bersama Zafrin. Aku mendapatkan laporan dari Kiran bahwa kamu menghilang. Maafkan aku ...." Jorda kembali menyuruhku untuk bilang iya.

"Iya," kataku singkat.

Tapi apa barusan? Kiran mengadukanku pada Jorda? Astaga Kiran lebay sekali sih. Aku mampu membayangkan ekspresi panik Kiran.

"Udah ya, Zaf, masalah Mudya. Sekarang, gue tanya. Lo masih mau stay di sini apa gimana? Karena gue harus nyuruh Mudya balik ke kamarnya. Audisi tahap berikutnya akan dilanjutkan besok pagi-pagi. Sekarang sudah malam. Saatnya Mudya tidur."

Zafrin pun memutar kursi rodanya. "Antar gue balik ke kamar. Gue udah cukup puas kok. Mudya, terimakasih ya atas bantuan kamu hari ini. Jujur, aku tidak pernah mengira bahwa kamu menjadi penolong saya malam ini. Semoga di lain waktu kita bertemu. Ingat, jika ada pria mengenakan topeng ultraman itu namanya Zafrin."

Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya diam mematung.

"Mudya, jawab aku ...."

"I--iya. Sama-sama ya."

"Mud, kamu silakan ke luar lebih dulu. Kamu silakan ke kamar kamu. Jangan ke mana-mana lagi. Kiran mencemaskanmu, Mud. Nanti atau mungkin besok kita perlu bicara," ujar Jorda lembut padaku.

Aku mengangguk. Tak ada alasan juga aku menolak permintaan Jorda. Aku pun mulai melangkahkan kakiku. Jorda dan Zafrin menyusul di belakangku dengan Jorda yang mendorong kursi roda Zafrin. Kemudian Zafrin menempelkan tangannya pada jejak tangan dan pintu secara otomatis terbuka.

Sebelum melangkah lebih jauh, kupandangi sejenak seluruh isi ruangan ini. Kupandangi juga mata Jorda yang terus mengawasiku. Aku juga menyempatkan untuk memandang Zafrin yang sedang membelakangiku.

Dan begitu aku sudah benar-benar di luar ruangan. Kubalikkan tubuhku secara otomatis. Dinding ini kembali rata seperti sedia kala. Aku tersenyum kecil. Tak kusangka malam ini, aku punya pengalaman seperti ini. Memasuki sebuah ruangan rahasia bersama pria asing.

Aku pun melanjutkan langkahku lagi. Kutarik napasku dan kuhembuskan perlahan. Sebaiknya aku kembali ke kamar. Pasti Kiran sedang menungguku. Ya ampun, maafkan aku, Kiran ....

***

Keesokan harinya kami berada di aula. Proses audisi masih berlanjut. Seperti biasa aku bersama Kiran. Semalam Kiran langsung memelukku begitu aku tiba di kamar. Ia benar-benar cemas sekali padaku. Aku bersyukur sekali ada Kiran di audisi ini. Tak terbayangkan misalkan hanya ada Tayana. Pasti aku akan makin terpojokkan. Tapi anehnya semalam Tayana hanya diam menyaksikan kedatanganku. Ia tidak bereaksi apa-apa.

Anehnya juga pagi ini kami disuruh beres-beres barang kami semuanya dan disuruh untuk meninggalkannya di kamar. Lagi-lagi kerja kami hanya menuruti perintah. Saat ini aku mengenakan kaos polo jingga dan celana jeans. Sedangkan Kiran mengenakan dress merah muda selutut. Di depan sudah ada Jorda dan Dodo. Jorda seperti biasa tampil tampan dengan kemeja abu-abu dan celana panjang hitam.

"Oke. Selamat buat kalian yang lolos. Karena peserta yang semakin sedikit saya memutuskan untuk menyediakan kamar masing-masing buat kalian. Untuk kamarnya sudah saya tentukan. Jarak antara kamar satu dengan kamar yang lain juga berjauhan. Saya melakukan hal ini karena saya perlu meneliti kalian satu per satu dan tentunya penilaian saya bersifat rahasia. Jadi, tidak ada penolakan untuk hal ini. Dan barang-barang yang saya minta tadi pagi untuk kalian bereskan sudah dibawa ke kamar kalian masing-masing."

Aku dan Kiran saling bertatapan syok. Ini benar-benar di luar sangkaan kami. Padahal aku sudah nyaman satu kamar dengan Kiran. Tapi sekali lagi kami tak bisa berbuat apa-apa karena keputusan ada di tangan mereka. Aku dan Kiran menghela napas bersamaan. Suasana audisi ini pasti akan semakin ketat dan mencekam.

"Tahap audisi kali ini tentunya akan lebih ketat dan proses pengeliminasian akan lebih cepat dari yang kalian duga. Selanjutnya untuk ujian kali ini akan dilanjutkan Dodo."

Dodo pun tersenyum pada Jorda. Kini Dodo berdiri di tengah-tengah. "Ya kali ini kita akan mengadakan audisi memasak."

"Hah? Masak?!" seru Sheira.

"Iya," jawab Dodo singkat.

"Gue nggak bisa masak, Do," tambah Sheira.

"Sama. Gue juga," timpal anak-anak yang lain.

"Tenang. Kali ini kami hanya mau melihat saja bagaimana kemampuan kalian. Ini bukan penilaian utama untuk lolos kok, tapi bisa menjadi nilai plus. Tapi maaf jika masakan kalian tidak enak, maka nilai kalian akan dikurangi sejumlah 25 dari poin kalian sekarang. Saya tahu pasti wanita-wanita cantik seperti kalian banyak yang tidak masak. Ya kalian masak seadanya saja, selama nanti si pencicip bilang enak, secara otomatis kalian akan lolos. Bagi yang tidak bisa masak, ya coba saja sebisa kalian. Kami hanya ingin mengetahui usaha kalian untuk melakukan hal yang nggak bisa kalian lakukan," terang Dodo.

Aku terdiam di sini berpikir. Masak? Aku bukanlah wanita yang jago masak. Di kosan saja aku jarang memasak. Aku terbiasa membeli makanan di warteg. Sekarang total poinku adalah 110.

"Ini adalah ujian perorangan. Nanti kalian akan dibimbing pengawal untuk ke dapur dan ke pantry untuk mengambil bahan apa yang mau kalian masak. Waktu memasak nanti akan kita tentukan ketika di lokasi. Oke. Good luck semuanya."

Sepertinya ini kesempatanku untuk tidak meloloskan diri. Aku kan tidak bisa masak. Aku akan benar-benar memasak seadanya. Hmm mungkin roti bakar saja pakai selai. Yang penting kan aku masak. Oke.

Sekarang kami sudah dibimbing oleh para pengawal. Kami dibawa ke sebuah dapur yang sangat luas. Terdapat beberapa meja yang memiliki kompor dan peralatan dapur sendiri. Ini persis seperti kontes memasak di tv-tv. Hmmm ....

Lagi-lagi Jorda dan Dodo sudah berdiri manis di tengah-tengah seolah menunggu kedatangan kami semua. Audisi ini sekali lagi adalah audisi teraneh. Kemarin bersih-bersih dan sekarang masak.

"Oke. Kalian akan melakukan lomba masak di sini. Untuk bahan kalian bisa ambil di pantry. Kalian bebas memasak apa saja dan waktu yang disediakan adalah satu setengah jam," jelas Jorda lagi.

"Jor, gue boleh tanya?" Kali ini Tayana buka suara.

Jorda menatap Tayana. "Silakan, Tayana."

"Kenapa harus masak, Jor? Ini kan audisi sekretaris. Kemarin bersih-bersih dan sekarang memasak. Ini aneh, Jor, menurut gue," jelas Tayana heran.

Para perempuan lainnya mengangguk setuju. Ya pasti tidak hanya aku yang berpikiran audisi ini ganjil, tapi kami semua. Jorda pun tersenyum. Ia terlihat sudah siap dengan pertanyaan yang akan kami ajukan.

"Ada yang ditanyakan lagi? Biar gue sekalian jawab semuanya," ujar Jorda. Aku sudah hapal tabiat Jorda. Jika memulai pembicaraan dia akan menggunakan saya dan akan menggunakan gue ketika salah satu dari kami mulai bertanya. Lalu menggunakan aku ketika berbicara denganku.

"Tirga mana? Gue dari kemarin telpon Tirga sesuai nomor yang Dodo kasih waktu itu, tapi Tirga nggak pernah jawab telpon dari gue. Malah pengawalnya yang jawab bilang kalau Tirga nggak bisa diganggu. Apa-apaan coba?" Kali ini wanita lain yang bertanya. Sekali lagi aku tegaskan aku masih belum hapal dengan nama-nama wanita di sini meskipun jumlah mereka sudah sedikit.

Jorda tersenyum miring. "Ada lagi?"

Suasana hening. Dodo sejak tadi hanya diam.

Jorda pun menarik napasnya dan mengeluarkannya perlahan. "Ya Tirga memang sibuk dan saya minta maaf atas nama Tirga karena dia tidak menjawab telpon kalian. Tapi tenang, kali ini yang akan menilai masakan kalian adalah Tirga sendiri!"

Aku langsung memperhatikan ekspresi mereka semua. Ada yang mulutnya menganga saking kagetnya, mata yang melotot tak percaya, ada yang saling berpandangan bahagia, sementara aku hanya memasang wajah datar. Kiran di sebelahku tampak sangat senang. Ia langsung menggenggam tanganku erat.

"Mud, masakan kita bakal dicicip Tirga. Omegat omegat. Emaaak." Aku hanya menyengir seadanya melihat reaksinya.

"Tapi ...." Mendengar kata tapi semua wanita di sini langsung terdiam lesuh. "Kalian tetap tidak akan bisa melihat wajahnya karena seperti yang gue tekanin dari awal. Hanya satu orang yang bisa ketemu Tirga secara langsung yaitu pemenang dari audisi ini. Nah, jadi gue harap kalian berjuang sebaik-baiknya. Ini demi Tirga loh."

Wajah mereka semua pun langsung bersemangat. Terbalik 180 derajat denganku.

"Oke. Menjawab pertanyaan kedua. Kenapa audisi ini tidak seperti ujian sekretaris pada umumnya? Kenapa mesti ada ujian bersih-bersih dan memasak? Menjawab soal itu, karena sekretaris Tirga adalah sekretaris ekslusif. Selain gaji kalian yang sangat besar, akan masih banyak lagi benefit yang kalian terima. Salah satu contohnya, adalah sebuah penginapan ekslusif dan kemungkinan kalian akan menghabiskan waktu bersama Tirga hampir 24 jam mungkin. Coba bayangkan. 24 jam bersama Adtirga sang presdir Rabatik. Relasi kalian akan semakin luas. Jadi kami benar-benar ingin mencari sekretaris yang berkualitas. Jangan samakan sekretaris kali ini sama dengan sekretaris di perusahaan lain. Bagaimana? Sudah paham kan?"

Wajah mereka pun menunjukkan ekspresi berpikir ketika Jorda menjelaskan hal itu. Sama halnya denganku. Dan begitu mengetahui hal ini, rasa malasku untuk menjadi pemenang semakin besar. 24 jam bersama Tirga? Aku masih ingat dengan sikap mesum dan kasarnya itu. Astaga. Oke. Fiks aku akan memasak seadanya. Kebetulan Tirga yang akan menilainya langsung. Kesempatan emas buatku. Kemarin aku semangat bersih-bersih karena itu adalah kerjasama tim dan aku tahu timku ingin menjadi pemenang. Tidak mungkin aku menggagalkan mimpi mereka. Lalu berbicara kasar? Aku bukan tipe pengalah yang rela kalah namun, bernilai minus di etika.

Semua orang pun menganggukkan kepalanya paham. Aku juga ikut-ikutan mengangguk. Kembali sebuah senyuman tersungging di wajah Jorda.

"Oke. Good luck buat kalian!" ucap Jorda riang.

Jorda dan Dodo pun meninggalkan kami ke luar dari ruangan ini. Saat itu juga sebuah bunyi Teng! menggema di ruangan ini menandakan bahwa aksi memasak ini di mulai. Para wanita yang lain juga langsung berlari bak laron mengerubungi cahaya lampu. Termasuk Kiran yang berada di sebelahku. Yasudahlah. Aku ikuti saja sok-sok semangat mengikuti lomba ini. Aku pun berjalan menuju pantry. Semua orang sibuk memilih mau mengambil bahan apa.

Aku pun berhenti sebentar mengedarkan pandanganku sejenak. Aku mau masak yang gampang saja dan pandanganku berhenti pada sebuah roti tawar. Ah aku ada ide. Aku buat roti bakar saja. Lalu aku lihat lagi ke sekitar. Hmmm ada buah stroberi. Bukannya mudah ya membuat selai stroberi. Aku pun mengambil keranjang lalu memasukkan roti tawar, stroberi, madu, gula, dan mentega. Hmmm aku rasa itu cukup. Aku akan membuat roti bakar selai stroberi. Gampang sekali bukan?

Aku lihat lagi ke sekeliling. Sebagian wanita sudah ke luar dari pantry. Saatnya giliranku. Di tiap meja sudah terdapat masing-masing nama kami sehingga kami tak perlu kebingungan di meja mana nanti kami akan memasak. Nama Mudya berada di pojok kiri. Aku juga tak lupa mengambil peralatan memasak. Mulai dari panci, panggangan, pisau, kuas, dan segala benda yang kurasa cukup untuk membuat roti bakar ini.

Bisa kulihat para peserta lainnya cukup banyak mengambil bahan makanan. Ada ayam, ikan, tepung. Wow. Mereka benar-benar niat ya. Apalagi si Kiran. Keranjangnya sangat penuh. Kiran sempat tersenyum padaku ketika ia melewati mejaku. Ya mejaku adalah meja yang paling dekat dengan pantry.

Begitu tiba di meja, semua orang mulai melakukan aksinya. Ada yang mulai mencuci sayuran, daging ikan dan ayam, mematikan ikan karena sebagian kondisi ikan ada yang masih hidup. Tentunya teriakan-teriakan kecil menyertai adegan mereka. Aku tersenyum miring memandangi mereka. Mereka benar-benar niat ya demi menjadi sekretaris Adtirga.

Saatnya aku beraksi. Pertama yang aku lakukan adalah membuat selai stroberinya dulu. Untung ada google, jadi aku tak perlu pusing membuatnya. Aku pun searching bagaimana cara membuat selai stroberi yang enak. Oke. Langkah pertama adalah mencuci stroberi-stroberi ini hingga bersih. Kemudian kuiris-iris kecil lalu kumasukkan ke panci. Lalu kutuangkan gula secukupnya. Kunyalakan api kecil di kompor. Aku juga melumat-lumat stroberi di panci menggunakan sendok kayu. Semuanya kulakukan persis dengan petunjuk di internet. Thanks google.

Sambil menunggu, aku pun mulai memotong roti tawar ini. Ya sedikit kumodif dengan memotong kotak-kotak dengan pinggiran roti tawarnya yang sengaja kusingkirkan. Wah wangi stroberinya sudah tercium. Aku harus buru-buru mengambil sebuah botol dari dalam pantry. Aku pun ke pantry dan kuambil botol besar lalu kembali ke meja dapur. Setelah kupastikan selai ini sudah matang, aku pun memasukkannya ke dalam botol lalu kumasukkan ke kulkas.

Untuk minumnya lebih baik aku buatkan teh susu saja. Itu gampang sekali selagi menunggu selainya dingin. Aku kembali ke pantry. Kucari sekotak teh dan susu kental. Oke sudah. Sekarang aku sudah di meja dapur. Aku mulai memanaskan air. Sambil menunggu aku masukkan susu kental manis tersebut ke gelas secukupnya. Setelah selesai, aku pun menuangkan air panas tersebut dengan teh yang berada di penyaringnya. Asli ini sangat mudah. Dan dalam waktu singkat, teh susuku sudah jadi.

Oke kembali ke selai. Aku telah mengambil sebotol selai buatanku tadi dari kulkas. Kemudian aku ambil sendok dan aku taruh selai stroberi tersebut ke roti. Tak lupa aku panggang roti tawar ini. Hanya dalam beberapa menit, roti bakarku pun jadi. Selanjutnya aku mulai mempercantik roti bakarku dengan kemampuan yang minim, akhirnya semua selesai. Ini benar-benar cepat. Dalam waktu hampir sejam aku telah selesai memasak.

Aku melirik ke sebelahku. Wah wanita ini terlihat kesusahan menggoreng sesuatu. Bahkan ia juga takut-takut menggoreng makanannya. Ketahuan sekali pasti jarang masak. Sama halnya dengan semua perempuan di sini terkecuali Kiran dan Tayana yang terlihat sudah biasa di dapur. Cara mereka memasak hampir seperti profesional. Wow.

Aku menunggu cukup lama. Di ruangan ini benar-benar hanya kami berempat belas saja. Mungkin Jorda dan Dodo menunggu di luar ya. Entahlah dan Teng! Waktu sudah habis. Tiba-tiba jantungku berdegup cepat. Ya aku terserahlah mau si Tirga itu suka atau tidak.

Jorda dan Dodo pun masuk. Wajah mereka tersenyum sumringah melihat kami semua. Lagi-lagi Jorda menatapku sekilas namun, kemudian ia alihkan lagi pandangannya ke semua wanita di sini. Ia berdiri di depan tengah menghadap kami semua.

"Oke. Sepertinya usaha kalian demi Adtirga tidak diragukan ya. Saya pikir kalian tidak bisa masak, tapi melihat kemampuan kalian masing-masing tadi melalui layar, saya benar-benar takjub. Dan sekarang saatnya babak penilaian. Kalian bisa melihat di belakang saya ada tirai hitam. Nanti di belakang sini ada Tirga. Lalu nama kalian akan saya panggil satu per satu dan kalian maju sambil mengantarkan makanan kalian ke depan. Mengerti?"

Kami semua mengangguk bersamaan dan baru aku sadari bahwa di depanku memang ada sebuah tirai hitam. Seketika tengah-tengah tirai tersebut terbuka. Kami semua terus memandanginya. Kemudian para pengawal menggotong sebuah meja ke depan tirai yang terbuka itu. Sayang, dari sini aku tak bisa melihat di balik tirai yang terbuka itu karena gelap.

"Ivanka!" seru Dodo kencang.

Wanita tinggi semampai dengan rambut pendek pun berjalan ke depan sembari membawa makanannya. Dari layar aku bisa melihat ia memasak makanan berkuah begitu. Mataku terus jeli memandang ke layar. Makanan tersebut pun Rivanka letakkan di atas meja. Kemudian ada sebuah tangan menariknya ke dalam. Semua para wanita di sini langsung menganga syok karena itu pasti tangan Tirga. Ya Tuhan ... aku juga ikut kaget. Akhirnya setelah beberapa hari di sini, aku bisa juga melihat Tirga meskipun hanya tangannya saja.

Ivanka berdiri tepat di depan meja menunggu tanggapan Tirga. Tak butuh waktu lama karena makanan buatan Ivanka telah didorong keluar oleh Tirga.

"Saya nggak suka. Ini bukan selera saya. Makasih."

What?! Kata-kata Tirga begitu singkat, tapi sangat menusuk.

"T--tapi Tir, gue udah berusaha ...."

"Iya. Tapi gue nggak suka. Ikan lo benyek banget. Rasanya juga aneh."

Aku terdiam. Aduh. Apa kabar makananku ya?

"Jor, next ...," pinta Tirga.

Dodo pun mengambil makanan di atas meja dan meminta Ivanka untuk kembali ke tempatnya. Terlihat sekali ivanka enggan pergi, tapi Jorda memaksanya dengan membisikkan sesuatu yang aku tidak tahu itu apa. Ivanka pun kembali dengan wajah mengerucut.

Dan suara itu .... Suara Tirga mengingatkanku dengan sosok Adtir dan Zafrin. Apa benar mereka adalah kembar? Memang sih terkadang suara juga bisa hampir sama untuk seseorang yang memiliki saudara kembar. Hmmm entahlah.

Para wanita pun bergiliran dicoba makanannya. Banyak sekali lontaran kalimat pedas yang keluar dari mulut Tirga. Tapi ada beberapa peserta yang dipuji Tirga. Kali ini giliran Tayana. Melihat kemampuan memasaknya tadi membuatku yakin ia pasti akan menuai banyak pujian dan ternyata benar.

"Wah enak sekali. Gue suka sama makanan ini." Itulah kalimat yang tercetus dari mulut Tirga. Tentu saja Tayana langsung meloncat kegirangan dan dengan bangganya memberikan acungan jempol buat dirinya sendiri.

Sama halnya dengan Kiran. Makanan Kiranlah malah membuat Tirga ketagihan. Ia membuat ayam semur dan dilihat dari penampilannya memang membuat siapa saja yang melihatnya penasaran akan rasanya.

"Gila. Enak banget. Gue suka banget. Siapa pun yang buat ini nanti buat banyak ya untuk makan malam gue." Begitulah kalimat Tirga. Kiran jelas langsung mengiyakannya tanpa banyak berpikir. Ia pun kembali ke tempatnya dengan senyum lebar yang tak pernah hilang dari wajahnya.

Dan tiba giliranku. Jorda dan Dodo langsung menatapku tanpa memanggil namaku. Jorda menyuruhku maju dengan gerakan matanya. Jantungku kembali berdetak cepat. Kupejamkan mataku sejenak. Kuatur napasku sebaik mungkin. Kupandangi roti bakar buatanku. Hmmm Bismilah ....

Aku pun dengan hati-hati membawa roti bakar dan teh susu ini ke depan. Lalu kuletakkan dengan pelan ke atas meja. Perlahan tangan Tirga pun mulai terlihat dan aku cukup syok. Jam itu .... Itu adalah jam yang sama dengan yang digunakan Zafrin. Loh?!

Tapi aku tak mau berpikir lebih jauh. Jam tangan seperti itu tak hanya satu orang yang punya. Bisa saja mereka bergantian atau memang memiliki jam kembaran juga. Kemarin aku memang tak begitu memperhatikan jam yang digunakan Zafrin seperti apa. Aku hanya mengingat warnanya saja yaitu abu-abu. Dan anehnya jam ini tidak seperti jam pada umumnya.

Tirga pun mengambil makananku masuk ke dalam tirai itu. Aku tidak bisa melihat dirinya sama sekali dan saat itu juga tiba-tiba ....

"Apa-apaan nih?!" tanyanya dengan nada tinggi.

Aku terperanjat, tapi aku tak bisa berkata apa-apa. Tirga langsung mendorong makananku kencang dari tempatnya sehingga terjatuh ke lantai dan prang! piringku pecah. Astaga. Aku benar-benar tak menyangka.

"Itu roti apaan?! Tawar udah gitu rotinya gosong! Keras!" ucap Tirga kasar.

Ya aku memang tidak mau lolos untuk tahap ini, tapi mendapat penghinaan berupa membuang makananku seperti ini jelas saja menyayat hati. Aku pun mengutipnya. Jorda juga langsung membantuku.

"Mudya, kamu nggak apa-apa?" tanya Jorda cemas. Aku menganggukkan kepalaku sembari mengutip serpihan kaca ini. "Mud, kamu kembali saja ke meja kamu. Jangan mengutip makanan ini. Nanti aku panggil pelayan." Jorda dari tadi berkata dengan suara pelan.

Aku menatap Jorda. Mataku berkaca-kaca. "Nggak, Jor. Makananku emang nggak enak dan aku yang bertanggungjawab sama makanan ini. Sudah. Kamu tidak usah membantuku," ucapku. Sebisa mungkin aku menahan air mataku.

Jorda pun bangkit. "Tir, kok lo segininya sih? Bukankah tadi juga ada makanan yang nggak enak? Tapi lo nggak sampai sekasar ini," tegur Jorda kesal.

"Lo rasain aja, Jor. Itu nggak ada rasa. Mana gosong lagi!" bentak Tirga.

Hah? Masa sih? Untungnya masih ada sedikit roti yang tersisa dan berada di atas pecahan piring ini. Kuambil lalu kumasukkan ke mulut. Astaga. Benar. Bahkan rasanya sedikit asam karena lebih dominan rasa stroberinya. Bodoh juga aku tidak mencicipi rasa selainya tadi.

Aku pun mendongakkan kepalaku dan melihat Jorda juga merasakan roti bakar buatanku yang diambilkan Dodo dari meja dapurku. Muka Jorda juga menunjukkan raut agak masam. Ya Allah ... kenapa rasanya menyedihkan ya?

"Kurangi nilai peserta terakhir ini 50 poin! Gue nggak suka sama orang yang nggak bisa masak, Jor!"

"Tapi Tir, harusnya cuma dikurangi 25 poin. 50 poin terlalu banyak!" sergah Jorda sembari menyuruh Dodo untuk menjauhkan makananku darinya.

Aku tersinggung .... Bahkan Jorda juga menolak makananku.

"Banyak juga makanan yang nggak enak, Tir, tadi."

"Tapi masakan peserta kali ini yang paling nggak enak. Lo juga tahu kan gue nggak suka stroberi. Lo nggak kasih pengumuman ke mereka tadi soal makanan yang gue suka dan nggak suka? Ah harusnya ya. Bagi kalian siapa pun di sini yang niat jadi sekretaris gue. Tolong cari dulu apa yang gue suka dan nggak suka. Jangan kayak peserta barusan ini. Ngerti?!"

Astaga. Tanganku bergetar mendengar kata-kata Tirga. Lagi-lagi air mataku turun tanpa kemauanku. Aku benar-benar bingung harus berkata apa untuk menutup mulut Tirga. Benar-benar pria sombong.

"Untuk yang lain kurangi 25, Jor. Khusus dia 50. Gue tinggal dulu."

Aku masih menunduk di sini sembari berpura-pura mengutip serpihan piring. Mud, ingat ini kemauan dirimu. Kamu memang tidak mau lolos kan? Batinku berusaha menyemangatiku.

"Pramudya, kamu nggak apa-apa?" Jorda pun jongkok di depanku. Aku terus membersihkan lantai ini tanpa mempedulikannya namun, tangan Jorda menahanku. "Hey, sudah, Mud," ucapnya lagi. Kuberanikan diriku menatapnya.

"Astaga, Mudya, jangan menangis .... Aku sedih melihat wajah itu menangis ...." Jorda langsung menarikku ke pelukannya. Anehnya tubuhku tidak menolaknya dan tiba-tiba ....

"Mudya? Pramudya? Kamu Pramudya Sasqrina?"

Ternyata Tirga masih di balik tirai dan mengajukan pertanyaan itu. Jorda pun melepaskan pelukannya.

"Iya. Dia mudya, Tir!" bentak Jorda keras.

Dan suasana di ruangan ini mendadak panas. Aku juga baru menyadari bahwa tadi Jorda tidak menyebut namaku untuk maju ke depan membawa makanan ini ....

***

Kasih tanggapan doooong muehehehehe dan bintangnya jangan lupa please hehehehe

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro