[1] First Meet
Mulai hari ini, kau dipindahkan dari Prodi Pendukung ke Prodi Pahlawan. Berkat rekomendasi All Might, kau resmi bergabung kelas 3-A pada hari pertama di tahun ketiga ini. Lalu, bagaimanakah pertemuan pertamamu dengan mereka?
⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙
[Yukito Shigaraki]
Kau tahu seharusnya tidak ke sekolah dengan rute berbeda dari biasanya. Akibat maraton anime sampai subuh, kau jadi bangun kesiangan. Agar tidak terlambat di hari pertama, kau terpaksa lewat jalan pintas, sebuah gang sepi yang langsung mengarahkanmu ke U.A.. Namun kau lupa, gang tersebut adalah markas para preman. Banyak preman berkumpul di lorong yang gelap, entah sekadar nongkrong atau menunggu mangsa seperti dirimu.
"Oh, bukankah ini seragam U.A.?"
"Jadi, dia murid sekolah yang terkenal itu ya?"
"Hei, ojou-chan!~ Mau bermain bersama kami?"
Rasanya kau ingin menampol preman-preman di hadapanmu yang mengurungmu di dinding gang. Sayang, kau terlalu takut untuk melakukan hal itu. Kau juga tidak bisa semena-mena menggunakan quirk karena belum punya lisensi.
Ctak! Sebuah kotak susu tiba-tiba terlempar menuju kepala preman yang hendak menyentuhmu. Dia terkejut, begitu pula denganmu. Kalian menengok ke arah datangnya barang tersebut dan mendapati seorang pemuda berambut hitam-putih sedang berdiri santai di ujung gang.
"Teme! Kau melakukannya dengan sengaja, ya?!" teriak si preman emosi.
Yukito menurunkan headphonenya, "Kukirakau tempat sampah. Habis tidak ada bedanya, sih. "
Ugh, telingamu sakit mendengar ucapannya. Para preman pun langsung menerjang pemuda bermulut tajam itu. Adegan yang terjadi selanjutnya adalah kekerasan tersadis yang pernah kaulihat. Yukito menghajar semua preman dengan tangan kosong tanpa ampun.
Anak villain nomor satu kok dilawan. Preman bercanda?
Kau yang penakut awalnya menutup mata. Namun, bunyi "bagh-bugh" yang tak kunjung henti membuatmu tidak tega terhadap mereka. Kau memberanikan diri untuk berlari menuju Yukito, menahan tangannya yang hendak meninju preman untuk ke sekian kalinya.
"H-Hentikan! Kau terlalu berlebihan!" teriakmu panik. "Aku baik-baik saja, jadi ... B-Berhentilah!"
Yukito menoleh dengan wajah dingin dan mata yang kosong. Saat itulah kau merasa lumpuh. Kau merasa bisa mati kapan pun juga olehnya. Baru kali ini kau merasakan intimidasi dingin yang membuat tulang-tulang di tubuhmu seperti mencair.
Cengkeraman Yukito pada preman terlepas kasar. Dia membanting mereka ke sisi gang hingga temboknya retak. Seketika kau mengkeret, beringsut mundur saat Yukito menghadapmu. Kau dapat melihat cipratan merah di pipinya, dan darah yang mengalir dari kepalan tangannya.
Melihat ekspresi ketakutanmu, tampaknya Yukito luluh. Iris merahnya kembali menghitam begitu dia berkedip. Dia menghela napas kemudian mengambil tasnya yang tergeletak di tanah.
"Kalau begitu, lain kali lindungilah dirimu sendiri," ucap Yukito datar. Dia menyipitkan matanya dan mencibir,"Kono chibi."
"C-Chibi?!" Kau tersentak. K au paling sensitif dan tidak bisa santai kalau disindir soal tinggi badan. "Apa maksudmu chibi? Aku tuh tidak pendek, kau saja yang terlalu tinggi!"
Yukito mengabaikan pembelaanmu dan malah memasang headphone di telinganya. Setelah itu, dia berjalan keluar gang tanpa sepatah katapun, meninggalkanmu yang melongo di tempat.
"Apa-apaan cowok itu? G-G-Ganteng sih, tapi ... m-menyebalkan sekali!"
Duh, sepertinya kau lupa bahwa chibi itu identik dengan sesuatu yang imut.
⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙
[Katsuki Bakugo]
Kau berlari di koridor dengan tergesa-gesa. Beberapa menit lagi, bel masuk akan berbunyi. Sialnya, kau tidak hafal lokasi kelas barumu di hari pertama masuk ini. Salahkan saja arsitek U.A. yang membuat bangunannya seperti labirin. Sudah luasnya tidak kira-kira, banyak tangga dan koridor pula. Kau jadi merasa seperti adiknya Zoro saja.
"Aku telat! Aku telat! Aku telat!" Kau bersenandung seperti Spongebob hendak berangkat bekerja, hanya saja berbeda lirik.
Kau berbelok di perempatan koridor untuk kesekian kalinya. Semoga saja ini belokan terakhir yang mengantarkanmu ke kela—
Bruk! Kau menabrak seseorang yang berdiri angkuh. Kau refleks mengaduh seraya memegangi kepalamu yang terantuk keras. "G-Gomena—"
"KALAU JALAN LIHAT-LIHAT, DONG!"
Belum juga ucapan minta maafmu selesai, kau sudah digas oleh orang yang kau tabrak. Sontak saja kau terkejut dan melompat mundur. Dengan ngeri, kau menatap pemuda berambut durian itu. Bakugo Katsuki.
"M-Maaf, aku tadi terburu-buru jadi tidak melihatmu," ucapmu merasa bersalah.
Bakugo mendecih keras. "Makanya, kalau jalan tuh matanya dipakai! Jadi, tidak menabrak orang seenaknya!"
Kau terheran-heran. Nih cowok sedang PMS atau bagaimana? Kau sudah minta maaf tetapi masih saja dimarahi kayak senior ospek online saja. Kau mencoba sabar. Ini hari pertama masuk, kau tidak boleh merusak semangat awal tahun hanya karena landak peledak itu.
Jam di tangan kirimu berbunyi, menandakan bawah sudah pukul 8.15 pagi. Kau terkejut, menatap jam dengan horor. "Amboi, amboi! Anakmu telat gara-gara maraton Wan Pis, Mak!" teriakmu panik. Bakugo menatapmu dengan mata "WTF?!"
"Aku harus segera masuk kelas 3-A sekarang juga!" Kau berbalik meninggalkan Bakugo. Baru lima langkah berlari, suara Bakugo yang volumenya mengalahkan toa' masjid pun bergema di koridor yang sepi.
"OI, CEWEK BEGO! KELAS 3-A BUKAN DI SONO! TAPI DI SINI NIH!"
Kau berhenti mematung dalam posisi belari. Dengan gerakan patah-patah, kepalamu menengok Bakugo yang menunjuk pintu besar di depannya. Di atas sana, terdapat papan kelas "3-A" dengan warna merah.
"Tch! Kenapa aku harus sekelas dengan cewek ini?" Bakugo berdecak kesal. "Kelas ini semakin menyebalkan saja!"
"Tunggu ... JADI, AKU SEKELAS DENGAN PREMAN PASAR SEPERTIMU?!" tanyamu ikut ngegas. Seketika OOC.
"SIAPA YANG KAU MAKSUD PREMAN, HAH?!" Bakugo juga menyahut tanpa rem.
Kau menyatukan kedua tangan dan berekspresi seperti patung Buddha yang diterangi cahaya suci. Tadi baru saja kau bertemu psikopat di gang, kemudian sekelas dengan preman pasar. Kau langsung berdoa kepada dewa.
"Kami-sama, kumohon lancarkanlah tahun ketigaku ini meski sekelas dengan orang-orang tak berakhlak."
"NANDATO, KUSO ONNA?!!"
⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙
[Denki Kaminari]
"Hajimemashite! [Name] [Surname] desu," Kau memperkenalkan diri di depan kelas. "Sebelumnya aku berada di kelas 2-C. Minna-san, yoroshiku onegaishimasu!" lanjutmu seraya membungkukkan badan.
"Jadi, begitulah ..." Snipe-sensei, wali kelasmu menambahkan, "[Surname] dipindahkan ke kelas A pada tahun ketiga ini atas rekomendasi All Might. Berteman baiklah dengannya."
"Baik!" jawab 3-A kompak, kecuali duo es dan satu bom hidup tentunya.
Aneh, kali ini Kaminari tidak ikut menjawab semangat seperti biasa. Dia terdiam melihatmu. Hei, dia pria normal, melihat perempuan cantik tentu saja membuat matanya tidak berkedip. Setiap detail keindahanmu itu sukses menghipnotisnya.
"Ada yang perlu ditanyakan sebelum [Surname] duduk?"
Pertanyaan Snipe menyadarkan Kaminari dari lamunannya. Tanpa keraguan sedikitpun, dia segera mengangkat tangannya dan bertanya, "[Surname]-chan, apa kau sudah punya pacar?"
"Eh? P-Pacar?" Kau berbalik tanya dengan bingung. Jari telunjuk saling berpautan dengan gugup. Kau takut dianggap cewek tidak gaul atau tidak laku karena tidak pernah terlibat dalamhubungan romantis, apalagi merasakanmanisnya cinta. Em, ralat. Kau sudah pernah merasakan cinta. Sayang, cintamu bertepuk sebelah dimensi.
"Um.. A-Aku tidak punya pacar," jawabmu pada akhirnya. Kau malu. Rasanya seperti mau meninggoy saja sekarang.
'K-KAWAII!' batin semua orang di kelas, bahkan Yukito yang bernotabene sebagai orang paling bodo amat saja sampai harus menahan diri agar tidak OOC.
Kaminari yang mendengar jawaban bagaikan kabar baik dalam hidupnya pun tersenyum lebar. Playboy cap PLN ini memang gercep kalau soal cewek. Prinsipnya adalah petrus jandor. Pepet terus, jangan kendor.
⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙
[Eijiro Kirishima]
Sebagai murid baru di kelas, sudah tentu saat istirahat begini kau dikerubungi penduduk aslinya 3-A. Mulai dari Ashido yang keponya nauzubillah, Kaminari yang PDKT mulu, Midoriya yang membawa buku dan alat tulis siap mewawancaraimu, Mineta yang anu tetapi sudah diamankan oleh Yukito, dan makhluk-makhluk 3-A lain yang membuat Iida kerepotan mengaturnya.
Satu-satunya yang waras hanyalah Kirishima. Saat kau diserbu seribu pertanyaan, dia datang bagaikan ksatria bertameng yang melindungimu dari hujan panah. Baiklah, itu berlebihan. Namun, untuk seorang nolep sepertimu yang suka canggung ketika dikelilingi banyak orang, kau merasa Kirishima adalah pahlawan sebenarnya.
"Tenanglah, minna! Kalian membuat [Surname] kebingungan, tahu!" Kirishima berseru, menghentikan pertanyaan teman-temannya kepadamu.
Kirishima merentangkan tangannya untuk memberi jarak antara mereka denganmu. "Kalau ingin bertanya, tanya satu-satu, dong. [Surname] 'kan baru saja pindah ke kelas pahlawan, dia pasti belum bisa beradaptasi dengan kita di hari pertama begini."
Dan berhasil. Kirishima mampu menjinakkan teman-temannya yang mulutnya gatel bertanya.
"Ano, terima kasih ... etto ..." Kau menggantung ucapanmu karena tidak tahu siapa nama pemuda berambut merah tersebut.
"Kirishima! Kirishima Eijiro," sambung Kirishima sambil tersenyum simpul. "Yoroshiku naa, [Surname]!"
Semenjak bertemu dengannya, kau selalu mengingatkan dirimu sendiri agar tidak lupa membawa kacamata hitam ketika ke sekolah.
⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙
[Shoto Todoroki]
Istirahat makan siang, kau pergi ke kantin bersama Girls Squad. Dalam waktu singkat, kau bisa beradaptasi dengan kaum hawa di kelas secara alami. Mungkin karena kalian semua satu server, yang mana paling gas pol kalau soal menggibah cowok. Yah, tidak salah juga, sih. Habis cowok-cowok di kelasmu itu boyfriend material banget. Cewek kubel mana yang tidak semangat gosipin mereka, coba?
Kau maju selangkah ketika orang di depanmu pergi dengan nampan makan siangnya yang terisi. Kau segera memesan [Favorite Food] sebagai menu makan siang. Tak lama kemudian, makanan favoritmu selesai dimasak kemudian dihidangkan di atas nampan. Kau segera menerimanya dengan tangan kanan sementara tanganmu yang lain mengambil uang untuk membayar.
Kau gelagapan. Tanganmu tidak menyentuh apapun di dalam saku. Kau lupa membawa hartamu yang berharga. Dengan panik, kau menoleh ke kanan-kiri, mencari tumbal yang bisa diutangi dalam keadaan darurat ini. Sayang, di sekelilingmu penuh dengan murid asing dari kelas yang berbeda. Ya kali ngutang orang asing? Malu tujuh tanjakan atuh.
"Ano, ojou-san?" Ibu kantin itu menegurmu. "Maaf, tapi ... antreannya ..."
"A-Ah! Summimasen!" Kau tersadar. "Saya lupa membawa uang. Mohon tunggu sebentar, s-saya akan segera kembali."
Kau membungkukkan badan dan balik kanan grak. Begitu memutar tubuh, kau menabrak orang yang mengantre di belakangmu. Dengan kikuk, kau mendongak sambil mengelus-elus wajahmu sendiri. Kau baru saja menabrak Todoroki Shoto, Pangeran U.A. yang menjadi husbu sejuta umat itu.
"Daijobu?" tanya Todoroki. Kau mengangguk gugup kemudian menjelaskan apa yang baru saja terjadi. Sekilas Todoroki menatap ke depan, focus pada pesananmu yang sudah terlanjur dibuat. Dia pun memasukkan tangannya ke saku celana lalu memberikan uang 1000 Yen (± Rp130.000,00) kepadamu.
"Ini. Kau bisa memakai uangku dulu," ucap Todoroki datar.
"1000 Yen?! Ini terlalu banyak, Todoroki-san! Pesananku tadi hanya 200 Yen (±Rp25.000,00)," tuturmu gugup. "Bagaimana bisa kau meminjamiku uang sebanyak itu dengan mudahnya?"
"Aku tidak punya uang kecil," jawab Todoroki polos. Perbedaan strata ekonomi seakan menamparmu keras. Kau yang selalu ngemil pr*mag saat tanggal tua hanya bisa menangis dalam hati.
"Osoi. Kalian kalau mau sarasehan, pergi ke tempat lain sana," Yukito yang berdiri di belakang Todoroki menyeletuk kesal. Kau dan Todoroki kompak menoleh. Aura gelap memancar keluar dari Yukito yang kelaparan. Todoroki mencoba menenangkan sahabatnya itu, sementara kau meminta maaf dan segera membayar pesananmu dengan uang utangan.
"Terima kasih, Todoroki-san. Aku pasti akan mengembalikannya," ucapmu setelah membayar pesanan.
"Kau tidak perlu mengembalikannya."
"E-Eh? Tapi—"
"Anggap saja sebagai salam kenalku," tutur Todoroki. "Lagipula cuma 1000 Yen."
'Jangan berkata seperti itu di depan kaum misqueen!' jeritmu dalam hati. Kau menatapTodoroki yang menoleh karena dipanggil Yukito untuk segera mencari tempat duduk dan makan siang bersama. Todoroki mengangguk singkat kemudian menghampiri sahabatnya itu. Sebelum pergi sepenuhnya, sejenak dia menoleh kepadamu dan berkata—
"Yoroshiku, [Surname]."
⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙
[Midoriya Izuku]
Tes Pengukuran Bakat (TPB) dilakukan setelah istirahat makan siang. Sepertinya sudah menjadi suatu tradisi U.A. yang mana tidak ada basa-basi dalam sistem pengajarannya. Perkenalan, hari pertama jam kosong, semua itu hanyalah mimpi. Sebaliknya, hari pertama justru diisi dengan tes yang membuat tubuhmu terasa mau rontok.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, TPB mencakup beberapa tes dimana para murid bebas menggunakan quirk mereka agar dapat meraih hasil maksimal. Namun untuk kasusmu, quirk emotion sama sekali tidak berguna dalam tes ini. Alhasil kau harus menerima kenyataan berada di peringkat terakhir karena memang fisikmu tidak sekuat anak-anak prodi pahlawan.
"Otsukare, [Surname]-san!"
Kau menoleh, tampak Midoriya yang mengulurkan sebotol minuman kepadamu setelah TPB selesai. Tanpa ragu, kau segera menerimanya dan berterima kasih. Meski rasa hausmu telah terobati, kesedihan karena berada di peringkat terakhir masih saja belum hilang.
"[Surname]-san, apa kau masih memikirkan hasil tes tadi?" tanya Midoriya yang menyadari ekspresi murungmu.
Kau mengangguk, "Sudah kuduga, semua orang di sini hebat-hebat, terutama kalian yang berada di peringkat tiga besar," ucapmu seraya menunjuk orang-orang yang dimaksud.
Peringkat pertama diraih oleh Yukito yang diteriaki peringkat kedua, Bakugo. Mereka masih saja berdebat meskipun tes sudah selesai. Sementara itu, peringkat ketiganya adalah orang yang saat ini berada di dekatmu.
"Selamat karena meraih peringkat ketiga, Midoriya-kun," ucapmu tulus. "Kau memang hebat, ya!"
Wajah Midoriya memerah malu. Dia menggeleng cepat-cepat sambil mengibas-ngibaskan tangannya gugup, "T-Tidak juga kok! Aku dulu juga pernah menjadi peringkat terakhir dalam tes ini."
Kau terkejut. Midoriya menceritakan pengalamannya saat kelas satu, dimana dia nyaris terkena serangan jantung gara-gara prank Aizawa-sensei di hari pertama. Namun pengalaman tidak menyenangkannya itu justru mendorong Midoriya untuk berlatih lebih keras. Hasilnya seperti yang terlihat hari ini, peringkat Midoriya naik drastis dari urutan terakhir menjadi top three.
Kau menatapnya takjub, "S-Sugoi ... Aku tidak menyangka kau pernah mendapat peringkat terakhir sebelumnya. Kau pasti berlatih keras untuk itu, bukan?"
"B-Begitulah," balas Midoriya malu-malu. Dia tersenyum simpul, "Karena itu, mari berjuang bersama, [Surname]-san! Aku yakin, kita bisa menjadi hero yang hebat suatu hari nanti!"
Seketika itu, kau be like—
Terpesona, aku terpesona~
Memandang-memandang wajahmu yang manis~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro