Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 6 part A

Arichan mohon maaf lahir batin untuk semua reader 'By Your Side'! Maapkan saiah karena sangat... sangaaat jarang update cerita ini. Jangan bogem saya plis ;-;

Yaudah, selamat membaca chapter ini *^*)/

Chapter 6 part A
'By Your Side' [Fuzuki Kai version]
.

.

.

[Name]'s POV

"Kucing manis..." tangan kananku mencoba meraih tubuh putih mungil itu. "Kemari puss..." Dengan segenap asa dan keberanian, aku mulai mendekati kucing itu dengan tangan kiri masih melingkar di batang pohon.

Aku bisa melihatnya, dia bergetar karena takut. "Tenang saja, aku akan menyelamatkanmu..."

"Woah!" Hampir saja. Lutut yang menopang diri di dahan pohon ini hampir saja tergelincir. Nasibku mungkin sedang beruntung.

Syukurlah kucing itu mau bekerja sama. Dia mulai berjalan mendekatiku perlahan. Dan ketika aku dapat meraihnya, aku segera mendekapnya erat. "Bertahanlah kucing kecil, kita akan--"

Bunyi guntur menggelegar di atmosfer. Gulungan awan kelabu telah menyelimuti langit sore. Aku terlalu sibuk dengan si kucing sampai tidak memperhatikannya. "Sebaiknya kita cepat turun."

Eh?

Bagaimana cara turun dari sini? B-Bagaimana ini?! Bagian mana yang harus kupijak duluan? Yang ini? Atau yang itu, aku tak tahu!!

Tetes demi tetes air hujan mulai mengguyur bumi. Tak terkecuali diriku bersama si kucing. Aku menyembunyikan kucing hitam itu dalam blazer sekolah, berharap semoga dia tak terkena percikan air.

Aku tertawa garing meratapi keadaanku yang memprihatinkan ini. Sama seperti beberapa tahun lalu, di tengah hujan aku mengarap iba.

Tak ada bedanya dengan saat ini. Aku mengharapkan kedatangan Kai, aku berharap dia dapat menolongku seperti biasanya.

Aku segera menggeleng kuat. Tidak. Aku tidak bisa terus mengharapkan Kai. Kalau aku hanya bisa bersembunyi di belakangnya, aku tak akan bisa melakukan apa pun demi dia.

Aku harus mencoba melangkah sendiri dan menjadi mandiri.

Pelan-pelan aku mulai berdiri sambil terus memegang batang utama pohon ini. Surai dan seragamku sudah basah kuyup dan rasanya sangat dingin, aku juga bisa merasakan si kucing menggigil. Aku harus cepat-cepat turun dari sini.

Satu langkah aku memijak di kulit kayu yang tampak menyembul. Semoga saja tangan kananku kuat memeluk pohon dan tangan kiriku bisa melindungi si kucing.

Keberuntungan sepertinya tak lagi berpihak padaku. Pijakkanku meleset karena kulit kayu yang basah dan licin.

"KYAAA!!" Aku memeluk kuat kucing ini, berharap dia tak terjatuh dan masih berada dalam lindunganku.

"[Name]!!"

Ah, nada suara itu lagi. Apa aku benar-benar memiliki kontak batin dengannya? Apa dia bisa mendengar jeritanku dari jauh?

Karena di setiap masalahku dia selalu dan selalu saja datang.

Netraku hanya mampu mengatup saat merasakan tubuh yang tak kian menghantam tanah. Hanya hangat yang kurasakan.

"Fuh.. untung saja tepat waktu."

Benar saja, iris biru laut itu kembali menyapaku. Lengkap dengan senyum indah yang merekah di wajah. Air hujan perlahan menetes dari helai surai cokelat mudanya dan jatuh ke pipiku.

"K-Kai-nii..."

Kedua lengannya yang menahanku menghantarkan kehangatan ke tubuh yang sudah kedinginan. Entah mengapa wajahku-lah yang paling terasa panas.

"Meow.." Kucing itu keluar dari blazer sekolahku, seolah mengatakan terima kasih pada Kai.

Kami tertawa kecil. Aku melepas tawa karena aksi bodohku barusan. Tapi aku tak mengetahui alasan Kai tertawa.

.

.

.

"Jadi kau sendiri tak tahu ini kucing siapa?" Tanya Kai yang kini telah berjalan berdampingan denganku. Pertanyaannya itu hanya kujawab dengan anggukkan. Pemuda itu menghela napas. "Kau selalu saja terperangkap masalah dan pasti di bawah hujan."

"Entahlah, tapi aku suka hujan." Aku melirik kucing yang kini telah berada di bawah lindungan jersey tim sepak bola milik Kai. Dia tampaknya tak masalah dengan hujan ini, syukurlah.

Pintu rumah keluarga Fuzuki ada di depan mata. Tapi tak ada satu di antara kami yang berlari. Kami masih setia menerima guyuran dari langit.

Mataku diam-diam melirik sosok tinggi itu. Wajahnya kenapa masih saja menarik perasaan di hatiku? Walau berulang kali aku terus berkata 'jangan', tetap saja aku sering mencuri pandang seperti ini. Terasa menyenangkan.

Aku meraih gagang pintu dan segera membukanya. "Tadaima." Kata itu terlontar bersamaan dari bibir kami berdua. Dan dijawab 'okaeri' dari seluruh penghuni rumah.

"Kawaii neko-chan!!" Yui menyapa kami di bibir pintu. Matanya berseri kala melihat si kucing di tangan Kai. "Kai-nii membawa kucing!! Yamato bakal punya teman!"

Untung saja aku tak mengingat ada anggota keluarga yang menderita alergi kucing. Memelihara kucing ini akan aman saja.

"[Name], bantu aku keringkan dia." Pinta Kai sambil melepas tas sekolah dan jersey-nya. "Kasian dia sudah kedinginan dari tadi." Aku pun segera melesat untuk mengambil hair dryer.

"[Name]-nee, siapa nama kucing itu?"

Tanpa sadar kami sudah di kelilingi saudara-saudara lainnya. Mereka menatap si kucing gemas dan penasaran. Namun yang menjadi pusat perhatian hanya sibuk menikmati belaian angin hangat dari pengering rambut.

"Entahlah.. aku belum memikirkannya.." Aku tersenyum pada mereka dan langsung di sambut binar mata dari mereka semua.

"Kira!" Usul Yui dengan semangat. "Ayo namai Kira!"

"Lupakan, Yui. Di gak bersinar." Celetuk Shin pada adiknya itu. Dia membenarkan letak kacamata sebelum memberi usul. "Oda Nobunaga."

"Oi! Ini bukan pelajaran sejarah!" Timpal Ayato tak setuju. "Kalian ini, tidak punya sense yang bagus, yah. Usulku sih, kita namakan dia Ultimate White Wing Version X!"

"Siapa yang mau mengucapkan nama sesulit itu..?" Momoko langsung sweat drop mendengar nama yang diusulkan Ayato. "Aoi Shouta, gimana?"

"Ditolak." Hotaru mulai berbicara. "Dia bukan seiyuu kesukaanmu, Momoko. Bagaimana kalau Macaron? Dia terlihat sangat imut dan manis."

"Ame." Rui yang berada di balik Hotaru hanya berujar malu. "Sama seperti aku yang ditemukan [Name]-san saat hujan."

"Aku suka. Ame." Seperti aku yang terus terikat pada cuaca yang satu ini. Penderitaan sampai kebahagiaan aku rasakan di bawah awan mendung.

Aku merasakan tatapan hangat dari Kai. Ya, aku bahagia. Bersyukur karena telah di temukan olehnya. Hari-hariku kini diliputi rasa nyaman dan tenang.

Entah sampai kapan aku bisa menyembunyikan kebenaran dari masa laluku. Entah sampai kapan aku bisa mempertahankan semua ini. Namun aku harap bisa selamanya melindungi keluarga Fuzuki dan menjadi bagian di dalamnya.

"[Name], segeralah mandi sebelum kau terserang flu." Titah Kai sambil mendorong punggungku. "Aku tidak mau kau sampai sakit."

"Kai-nii sendiri? Bukannya kejuaraan sudah dekat? Kalau Kai-nii yang sakit kan lebih repot."

"Hanya karena hujan kecil begini tak akan bisa menumbangkan kakakmu ini." Ujar Kai dengan bangga sambil menepuk dada bidangnya. "Sudah, ayo cepat sana."

[Name]'s POV end

.

.

.

Di sebuah ruangan yang hanya bercahayakan lampu dari akuarium, seorang pria berjubah putih tampak sibuk memandangi sepucuk kertas di sela jemari.

Matanya terpatri pada sosok gadis kecil yang tergambar di kertas foto itu. Seringainya melebar, mengundang kengerian bagi siapapun yang melihatnya. Untung saja tak ada orang selain dia di sana.

"1085... Aku menemukanmu..."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro