Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3 part A

Apdett!!!
Huh, akhirnya bisa juga. Soalnya beberapa hari lalu sempat sibuk dengan kegiatan sekolah.
Tapi aku pengen update dan baru kesampaian hari ini.
So, don't waste anytime. Let's head to the story~

“Rui, jangan sisihkan kacangnya. Kau harus makan semuanya.” Ujar Kai pada lelaki berambut hijau kelabu yang sudah duduk manis bersama kami di meja makan dan tengah melahap makan malam.

Tunggu, dia kenapa bisa ada disini? Bersama kami? Well, berhubung sifat ke-bapak-an Kai begitu tinggi, berikut flashbacknya~

Aku mendapat tugas untuk membeli kacang merah di toko Nakamura-san. Berbekal sebuah payung yang melindungi serta sebuah peta, aku melangkah menuju tempat itu.

Seperti yang sudah kita ketahui, aku, Fuzuki [Name], memang memiliki penyakit buta arah akut yang sudah tak bisa diatasi.

Hujan hari ini tidak terlalu deras namun langit sudah tertutup awan kelabu yang amat tebal, menandakan ia akan segera menjatuhkan lebih banyak air lagi ke bumi.

“Irashai~ Oh, [Name], sepertinya kau sudah baikan.” Tsubomi menyambutku dengan senyum ramahnya. “Dasar, jangan buat orang kaget lagi, ya! Ngomong-ngomong, ada yang ingin kau beli?

///

“Terima kasih atas kunjungannya!”
Saat kulangkahkan kaki keluar dari bangunan itu, angin kencang serta rintik hujan menjadi tidak bersahabat. Sial, aku harus segera membawa ini ke rumah.

Dengan segenap asa, aku berjalan di tengah badai. Rasanya sudah 10 menit sejak aku mulai berjalan. “Ini dimana, ya?” kukeluarkan peta dari saku celanaku. Namun sayang… “Eh!” Kertasnya terbawa angin…

Sial, sial, sial!

Yang terpenting aku harus menemukan jalan pulang. Aku mengitari bangunan serta setiap gang dan perempatan. Namun hasilnya nihil, aku tak bisa menemukan jalan kembali ke rumah.

Ada pohon yang entahlah itu pohon apa berdiri di dekat kuil. Eh? Kuil? Apa aku makin jauh dari rumah? Aku benar-benar tersesat.

Aku berjongkok di depan kuil sambil menikmati tetesan hujan yang bertemu dengan tanah. Kuhirup dalam-dalam aroma dari rumput basah yang menyegarkan dan merilekskan otot-otot kaki yang sudah lelah.

“Kuharap Kai-nii datang untuk menolongku seperti biasa…” gumamku. Tapi tidak mungkin aku harus terus di selamatkan olehnya.
Sudah 30 menit dan hujan belum juga mereda. Udara yang dingin membuat tubuhku menggigil. Kuputuskan untuk kembali melangkah mencari jalan pulang.

Kesannya aku saat ini adalah kucing kecil yang tersesat di tengah badai.
Aku melewati beberapa rumah yang tetap saja terlihat asing di mataku. Apa aku harus berbalik arah?

Pikirku terhenti saat aku melihat sebuah sosok tengah terduduk di jalanan seolah tidak peduli akan pakaiannya yang sudah basah kuyup. Sepertinya dia sedang melindungi sesuatu di pangkuannya.

Rupanya dia belum melihatku. Kuputuskan untuk memutar arah dimana aku bisa berjalan dengan leluasa.

“Dingin ya, Yamato..”

Saat mendengarnya bergumam sendiri aku menahan gerakkan. Aku cukup ragu dia ini perempuan atau lelaki. Suaranya lembut, rambutnya panjang sebahu, badannya kecil dan langsing seperti anak perempuan.
Dia melihatku dari sudut matanya sebelum sepenuhnya menatapku. Sedikit kulihat tubuhnya gemetar kedinginan.

Aku melangkah kearahnya cukup dekat sampai dia berada dalam lindungan payung yang kubawa. Aku menunduk sementara dia mendongak. Kini aku bisa melihat apa yang dia lindungi sedari tadi, seekor kucing hitam dengan kalung merah bersematkan lonceng keemasan. Entah mengapa aku merasa kalau aura kami benar-benar mirip.

“Arigatou…” ujarnya dengan lemah lalu melihat kucing hitam itu. “Tadi Yamato benar-benar kedinginan.”

“Sa—“

“[Name]!”

Kai berlari kearah kami dengan raut penuh kekhawatiran. Aku lupa kalau tadi hendak kembali ke rumah.

“Kenapa kau—“ Kai menjuruskan matanya ke arah lelaki bishounen tadi. “Kau siapa? Apa rumahmu disekitar sini?” tak lupa Kai memberikan senyuman hangat. “Ah, bajumu basah kuyup. Kau tidak apa-apa?”

Bishounen itu mengangguk sementara si kucing mengeong seolah mengikuti sang majikan.

“Dimana rumahmu? Akan kuantar.” Kai mengulurkan tangannya namun bishounen itu enggan menerimanya. Dia tertunduk dengan bayangan hitam menutupi wajahnya.

“Aku tak ingin kembali kesana.”
Kami berdua tercengang. Apa dia sedang minggat dari rumah?

Yup, begitulah ceritanya lelaki bishounen bernama Minazuki Rui ini berakhir di rumah kami. Kejadian yang sama sepertiku.

Dia sangat tertutup dan pendiam. Namun Kai tetap memperlakukannya dengan baik. Jiwa ke-bapak-annya memang sangat tinggi.

“Ah, kotatsu!” Rui memekik dan langsung menyelam masuk ke bawah meja hangat itu. Rautnya langsung menjadi lega saat kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya. “Hangatnya~”

Kai hanya tersenyum melihat tingkah polosnya.

“Kai-nii…” bibirku mencibir melihatnya yang amat senang akan kedatangan Rui. “Kau memungut kucing lagi..”

Mata Kai terbelalak namun kembali menunjukkan senyum dan bahkan tawa terselip dari bibirnya. “Adikku ini sepertinya cemburu!”

Garis-garis merah muda tipis muncul di wajahku dan pipiku terasa panas. “T-Tidaak!!”

Kai masih tertawa. Seperti biasa dia menepuk puncak kepalaku dn mengacak pelan helai rambutku. “Kau mengakui kau ini kucing? Imutnya~”

“Kai-nii! Jangan menggoda terus dong!”

Apdetnya pendek, ya?
Gomen minna~ Aku kerjain ini saat aku lagi perjalanan di mobil jadi bawaannya agak males. Tapi aku berharap kalian suka!

Penuh cinta,

Moonlight Hecate

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro