Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2 part B

“[Name]!”

Walau sosoknya tampak kabur, aku dapat mengetahui dengan jelas kalau dia adalah Kai.

“Nii-sama…”

Rautnya panik, matanya melebar seolah tak percaya dengan situasiku saat ini. “[Name], ada apa?”

Ah, aku mencoba untuk jadi lebih kuat dan bisa menanggung beban seberat itu, tapi hasilnya… aku hanya akan selalu diselamatkan oleh Kai.

Akhirnya aku bisa tenang. Aku segera minta maaf pada wanita yang sempat panik tadi. Tsubomi akhirnya memberikan kelonggaran padaku untuk pulang. Tapi Kai membawaku ke taman dekat perempatan di samping toko. Kami berdua duduk di ayunan sembari menatap langit berbintang.

“Sudah baikan?”

Kujawab dengan satu anggukkan lemah. Dan Kai tersenyum lega lalu menepuk puncak kepalaku.

“Syukurlah.” Kai kembali menatap langit itu sambil sesekali berayun. “Kau mau ceritakan ada apa?”

Aku menggeleng. Tidak! Aku tidak boleh bilang. Kalau tidak… kalau tidak…

Pikirku melayang pergi saat kedua telapak tangan Kai berada di pipiku. Matanya tajam menatapku. Membuatku tak bisa menoleh dari iris birunya.

“Ceritakan.”

“Tidak… aku tidak mau bilang…” mataku berair tak sanggup menahan beban di hatiku. Ingin sekali aku menuturkan segala keluh kesahku padanya, tapi tidak bisa.

Kehangatan dari tangannya menjalar ke pipiku. Tatapannya juga melemah dan menghangat membuatku sangat nyaman.

“Dasar keras kepala.” Kai mengacak puncak kepalaku dan membuat helai rambutku berantakan. “Aku tidak akan memaksa. Tapi pastikan untuk menceritakannya saat kau sudah bisa.”

Aku mengangguk. Kupegangi pipiku yang mulai diterpa angin dingin hingga kehangatan tangan Kai hilang. Sejenak pipiku meridukan perasaan itu.

“Ayo pulang.” Kami pun pulang ke rumah sambil berpegangan tangan. Sesekali aku melirik ke arah Kai dan mengagumi sosoknya. Inilah yang kusukai darinya.

///

“[Name]nee-sama,” Hotaru memandangku intensif. “Jangan pergi sekolah hari ini.”

Mataku melebar. “Apa maksudmu Hotaru?” Buru-buru aku ditarik ke ruang alat kebersihan di bawah tangga, dimana tidak ada orang di sana.

“Aku tahu.” Jawabnya singkat dan membuatku bingung. “[Name]nee-sama jadi korban pembully-an.”

“B-Bicara apa sih, Hotaru? Bully? Jaman sekarang memangnya masih ada, ya? Hahaha, kau saja yang kebanyakan nonton anime sama drama korea(?).”

“Tidak, kemarin saat tugas laundry aku menemukan seragam nee-sama sudah bersih tergantung tapi saat kulihat lagi, ada noda tanah di punggungnya. Lalu saat nee-sama membantu Ayato, lengan baju nee-sama terangkat sedikit dan aku melihat lebam. Belakangan ini nee-sama juga lebih sering pakai baju lengan panjang.”

Aku takjub dengan cara Hotaru mengambil kesimpulan. Alhasil aku hanya memandangnya dengan mulut terbuka.
*nih anak keturunan Sherlock Holmes jadi maklumin.. //slap//

“Aku tidak akan bilang Kainii-sama. Jadi pura-pura sakit saja. Saat suasana sudah lebih baik, baru nee-sama bisa kembali sekolah.”

///

Aku menghela napas panjang. Kelopak demi kelopak bunga sakura menari terbawa angin. Sinar mentari menyelinap dari sela tirai yang belum kubuka.

Saat aku bangun sudah tidak ada orang di rumah dan diatas meja kamarku ada catatan dari Hotaru. Dia bilang sudah meyakinkan Kai jadi istirahat saja.

Tetap saja, rasanya bosan tingkat dewa bin akut (?). Buku-buku pelajaran sudah kubaca habis semuanya. Bahkan semua latihan soalnya sudah kukerjakan. Dan tetap saja jarum jam itu jalannya sangat lambat. Meninggalkanku digerogoti rasa bosan.

Kuputuskan untuk menelusuri gudang. Siapa tahu ada sesuatu yang menarik di sana. Bahkan ruangan itu sangat rapih dengan kotak-kotak kardus yang tersusun di sisi kiri ruangan.

Ada suatu objek yang memancing perhatianku. Benda berukuran besar berwarna hitam yang terletak tepat di tengah ruangan.

Oh, ini piano. Tak kusangka ada benda seperti ini di rumah. Di atasnya ada biola dan beberapa kertas musik.

Dengan isengnya aku mengobrak-abrik isi ruangan dan mendapat sebuah foto berfigura kayu. Dalam foto itu ada seluruh anggota keluarga sebelum aku datang.

Kai sepertinya masih berusia 11 tahun dalam foto ini. Sementara Yui masih berada dalam dekapan ibu mereka. Senangnya punya keluarga yang hangat seperti ini.

Oh, ada satu lagi. Foto seorang wanita sedang bermain biola diatas panggung. Kalau dilihat-lihat wanita ini mirip dengan ibunya Kai. Eh, mungkin memang.

Dengan isengnya aku mengambil biola itu. Mataku tertuju pada satu lembar kertas musik dengan judul yang cukup familiar bagiku. “Saint saens: introduction et Rondo Capriccioso, op. 28…”

Aku menatap kertas musik itu lekat-lekat. Bagai terhipnotis, aku meletakkan ujung biola di atas bahuku. Namun mataku masih memandang kertas musik itu. Sejenak aku mengingat sesuatu…

Flashback

Aku menatap sinar terang di atas tubuhku yang tengah terbaring. Tanganku tidak bisa digerakkan, begitu juga dengan kakiku.

Perlahan aku mendengar melodi indah dari dalam kegelapan di sekitarku. Suara alat musik gesek dengan irama super cepat.

Ketegangan di bahuku terangkat hanya dengan suara indah itu.

“Saint saëns : introduction et Rondo capriccioso…”

Sosok dengan wajah berselimut kegelapan itu sudah berada di sisi kananku sambil memegang biola.”Pastikan untuk mengingat semua nadanya dalam sekali dengar…”


Dengan serpihan ingatan itu aku bermain dengan emosional. Semua gerakan yang kulihat saat itu teringat amat jelas dalam benakku. Tempat dia menekan senarnya, cara dia menggesek dengan arch. Seperti sudah di set dalam otakku.

Aku tak merasakan apa pun. Bahkan suara yang dikeluarkan setelah aku menggesek biolanya.

Apa yang sudah kulalui hanya akan menjadi rahasia bagiku. Kai maupun yang lainnya tidak perlu mengetahuinya.


Extend ending:

“Kerennn~”

“Sshh… kecilkan suaramu. Nanti [Name]nee mendengarmu!”

“Soalnya keren sekali!”

“Nee-chan tidak pernah bilang kalau dia bisa main biola, sih!”

Kai   : Hmm... apa sebenarnya yang disembunyikan [Name] dariku, ya?

Author  : Penasaran? Penasaran? Sama, aku juga~ Haha!!

Kai   : *no expression*

Author  : Becanda ah! Sebenarnya aku siapin itu untuk chapter terakhir.  Jadi untuk saat ini, masa lalu [Name] adalah Misteri Illahi (?)

Kai   : Ya udah, kita kasih pratinjau untuk Chapter selanjutnya, yok!

Author  : Next! "A black cat and wait-- a boy?" *lambaikan tangan* Author musti bilang bah bai dulu ya!

See you in the next Chapter~!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro