Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

STU



(edited version)

----------------------


Namaku adalah Carla Brooke.

Banyak orang mengatakan bahwa aku sangat cantik, bahkan tanpa makeup sekalipun. Mereka menganggapkecantikanku melebihi standar wanita Eropa pada umumnya. Rambut blonde ikal yang panjang, tubuh tinggi langsing nan berlekuk, serta kulit sewarna gading yang bersinar tanpa cacat. Aku mampu membuat mata seseorang membeku ketika menatap wajahku. Mereka mengatakan akumemiliki alis melengkung artistik. Mataku yang tajam terbingkai oleh bulu mata tebal nan gelap, dan bibir merah mudaku yang penuh. Entah itu merupakan keuntungan atau kerugian bagiku.

Semua hal itu membuatku terjebak di tempat ini. Rumah bordil.

Aku masih terduduk di depan meja rias yang sisi-sisi cerminnya terdapat berbaris-baris lampu membingkai sempurna. Sejauh ini yang kulakukan adalah termenung. Aku belum memoles wajahku dengan makeup. Masih menggunakan kaus yang sama, aku belum mengganti pakaianku. 

Berbeda dengan perempuan lain yang ada di sini. Mereka sudah siap. Wajah-wajah cantik mereka yang sudahsudah terpoles riasan. Tubuh mereka pun sudah terbalut pakaian seksi.

Ini adalah hari pertamaku di sini. Mereka menyebutnya'rumah'. Ini memang sebuah gedung kecil yang akan menjadi tempat tinggalku. Tak hanya tempat tinggal, aku pun akan bekerja di sini. Entah sampai kapan, mereka mengatakan aku akan ada di sini sampai ada yang menjemputku pergi. Pergi dari tempat ini. 

Aku tak yakin aku bisa melakukannya. Tapi aku tak punya hak untuk memilih. Itu terjadi karena aku telah dibeli. 

Kuraih kuas kosmetik yang ada di depanku. Aku takingin melakukannya, tetapi harus. Jadi kumulai memoles blush dan eyeshadow, lalu kububuhkan lipstik merah menyala ke bibirku. Aku menyerah. 

Sudah malam. Dan aku harus mulai bekerja di hari pertamaku. 


***     


"Aku ingin dia," seorang pria mengarahkan jari telunjuknya kepadaku. Matanya menatapku tajam. 

"Tapi Tuan, dia baru bekerja hari ini. Dia memangcantik, tapi belum profesional," ucap Jack. Dari kernyitan dialisnya, aku tahu Jack sedang meragukanku.

Jack adalah seorang pria besar dengan lemak yang menggantung di beberapa bagian tubuh terutama perutnya. Dia berdandan layaknya wanita; terlihat dari caranya menata rambut dan menghiasi kepalanya dengan bandana bercorak bunga tulip. Jack merupakan front desk sekaligus koordinator kami di tempat ini. Ia yang mengatur kami semua di sini.

Ya. Kami, para wanita jalang. 

"Tak apa, aku lebih suka wanita yang tak sering dikotori orang," kata pelanggan tersebut. 

Pria itu menghampiriku, dan kesan pertamaku adalah: Dia sangat tampan, dengan rambut pirang sedikit bergelombang yang jatuh menutupi matanya yang dalam dan berwarna hazel. Dia lebih tinggi dari Jack, dan jelas lebih langsing. Postur badannya mengingatkanku pada model parfum pria yang posternya pernah menghiasi pusat perbelanjaan. Entah apa yang membuat pria itu pergi ketempat seperti ini. Sebuah gedung kumuh tiga lantai di sisi selatan ibukota yang cukup 'bising' dengan suara-suara wanita di lorong bangunannya setiap malam. Menurutku, dia pasti dengan mudah mencari wanita cantik yang bersedia tidur dengannya. Bukan wanita seperti kami. 

"Baiklah. Carla! Antarkan Tuan ini ke kamar nomor tujuh!" perintah Jack sambil menjentikkan jarinya yang panjang dan lentik. Gaya gemulai itu seolah menjadi ciri khasnya. 

Inilah saatnya. Aku harus melakukan tugas kudengan baik, sampai ada yang menjemputku nanti. 

Akankah ada yang menjemputku? Aku tidak tahu. 

Mendengar perintah Jack, aku pun beranjak dari sofa yang kududuki, menyisakan satu slot tempat duduk kosong di antara barisan jalang yang berjajar duduk di sana. 

Aku menghela napas panjang. Kupejamkan mataku sejenak. 

Satu. Dua. Tiga.         

Aku adalah wanita jalang dan semua akan baik-baik saja.

Otakku penuh dengan mantra andalanku. Tidak, ini bukan mantra sungguhan. Aku selalu berhitung satu sampai tiga dan bersugesti mengenai sesuatu untuk membuat diriku percaya bahwa semua akan baik-baik saja. Mantra yang kuucapkan hanya dalam hati. 

Kubuka mataku. Kudekati pria itu. Kuhirup aromatubuhnya, pekat dengan bau alkohol. "Ayo Tuan Tampan, ikutlah denganku," godaku. Aku benar-benar sangat jijikdengan yang kulakukan ini. Kupeluk lengannya manja. Ini menjijikkan! Tapi aku benar-benar harus melakukannya!

Pria pirang itu menahanku. "Tidak, aku tak ingin disini," dia menatapku dengan mata hazel-nya yang dalam, spontan membuat tubuhku membeku. Tatapannya seakan merobek jiwaku.    

"Oh... aku mengerti, Tuan. Jadi kau ingin membawanya keluar? Tapi kau harus membayarnya lebih. Berapa jam kau akan menyewanya?" tanya Jack beruntun, mengeryitkan dahinya dan setengah terbelalak meski hanya aku yang menyadarinya. Sesekali dia menggaruk leher belakangnya, dan senyum professionalnya tampak kosong seolah-olah dia tak percaya bahwa aku mendapatkan tamu pertamaku dengan sangat mudah.

"Tidak. Aku ingin membawanya pulang," kata pria itu dengan tegas. "Dan tak kukembalikan ia ke tempat ini." 

Jack cukup terkejut dengan perkataan pria ini. Begitujuga diriku. 

Apakah pria ini yang seharusnya menjemputk useperti yang dikatakan oleh mereka?   


***

TBC.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro