Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

LIM PULUH SEMILN

(edited version)

----------------------


DORR!!

"HAHAHA" Kali ini akulah yang tertawa dengan keras ketika melihat wajahnya begitu pucat karena kematian hampir menjemputnya.

Ya. Hampir. Aku memang menembakkan peluru ke arah kepala Gregory. Namun kubuat peluru itu hanya menggores pelipisnya dan menembus pintu rak kayu.

"Bagaimana rasanya hampir mati?" tanyaku meledeknya. Kali ini aku adalah penguasanya. Entah mengapa aku seperti tertular kekejamannya.

BUAKK!

"Kau membuatku hampir mati berkali-kali," ucapku sembari menghadiahkan kepalan tanganku di wajahnya. Dan membuat hidungnya patah.

Sejauh ini ia hanya sedikit meringis. Dengan kondisi hidung yang patah dan telapak tangan yang tertembus pisau, aku yakin hal itu cukup menyakitkan. Ia seperti menahan rasa sakitnya. Mirip denganku, ahli menahan sakit.

"Kenapa tak membunuhku?" tanya Gregory, menghentikan langkahku di ambang pintu.

"Karena itu bukanlah misiku," ucapku tegas sembari sedikit menoleh kepadanya.

Apakah benar seperti itu? Aku tak tahu. Mungkin aku memang tak ingin menghilangkan nyawa orang lain. Aku tak ingin memikirkan hal itu. Sebaiknya tak perlu kupedulikan hal itu. Kuberlari untuk menjemput Eugene di selnya.

"Ayo kita pulang!" ajakku.

"Guhh... Guhh..." Eugene berteriak-teriak senang ketika kukeluarkan dirinya dari ruangan itu.

Dengan sigap kutarik Eugene untuk mengikutiku. Aku sedikit menyeret pria malang ini. Aku tak ingin usaha kami untuk kabur menjadi gagal karena Eugene yang lamban.

Tak berapa lama, sampailah kami di tempat Gregory biasa memarkirkan mobil-mobilnya.

Kupilih sebuah mobil sedan tua berwarna hitam keluaran tahun sembilan puluhan. Tak lupa kuisi tangki bahan bakarnya dengan beberapa liter bensin yang kutemukan di sisi-sisi tempat ini.

Ya. Mobil tua, pilihan yang tepat. Jenis mobil yang paling mudah dinyalakan dengan membobol konfigurasi kabelnya. Selain itu, tak ada GPS. Sangat aman. Terlebih lagi tipe mobil ini masih banyak ditemui di jalanan pinggiran kota. Sempurna untuk penyamaran. Kududukan Eugene di kursi depan, tepat di samping kemudi. Setelahnya kuinjak pedal gas dengan kecepatan yang hampir mendekati batas.

Brak! Brak!

"Guhh... Guhh..." Lagi-lagi Eugene tak bisa diam. Ia menampar-nampar dashboard mobil tua ini. Eugene terlihat gelisah.

Tiba-tiba...

DOR! DOR! DOR!

Mobil yang kami tumpangi dihujani oleh peluru. Para penjaga yang dipekerjakan Gregory menembaki mobil kami. Sepertinya pria itu sudah berhasil melepaskan diri.

Dengan sigap kuputar-putarkan kemudiku. Mencoba menghindari peluru-peluru itu. Aku masih menyetir dengan kecepatan tinggi. Dan sampailah kami di gerbang utama mansion Gregory. Konsentrasiku dalam menyetir sedikit terganggu karena peluru-peluru ini. Aku sedikit menunduk, tak lupa kutundukkan paksa kepala Eugene. Demi keselamatan kami. Kutabrakkan mobil ini dengan apa pun yang ada di depan sana. Termasuk para pria suruhan Gregory yang menembaki kami. Dan pada akhirnya...

BRUAKK!!

Aku menabrak pintu gerbang mansion ini hingga terbuka paksa. Ada kelegaan tersendiri ketika aku telah keluar dari tempat itu. Mansion Gregory, neraka dunia.

Aku terus fokus menyetir untuk menjauh dari tempat itu. Saat ini tak ada yang mengikuti kami, jalanan masih sangat sepi. Kami terus menjauh, menjauh dan menjauh sehingga yang terlihat olehku dari kaca spion mansion itu seperti sebuah titik kecil yang kemudian menghilang.

Gregory, selamat tinggal!

"Kita berhasil keluar dari tempat itu Eugene!" ucapku sedikit riang. Kuukir senyum kecil di wajahku.

Senang?

Aku memang lega. Namun sepertinya ada sesuatu yang kosong di hatiku.

Tidak! Cukup Candice! Jangan ragu dengan hal ini. Aku mencoba mengalihkan pikiranku.

"Eugene?" panggilku. Entah sejak kapan aku tak mendengar suaranya yamg mirip anjing laut itu.

Kupelankan laju kendaraanku sembari menengok ke tempat duduk yang ada di sampingku.

Ckiiit...

Spontan kuinjak pedal remku.

"EUGENE!!" pekikku.

Mataku terbelalak melihat pemandangan yang ada. Kepala Eugene tertembus peluru dan aku baru menyadarinya.

"Tidak! Eugene!" Kuguncang-guncangkan tubuhnya, berharap aku hanya berilusi dan pria idiot itu akan kembali terbangun.

Namun hal itu tak terjadi. Sandaran kursinya sudah dibasahi oleh darah Eugene. Eugene telah tiada.

"I'm sorry Eugene! I'm so sorry." ucapku meraung-raung memeluknya. Bahuku mulai basah karena darah Eugene.

Satu.

Dua.

Tiga.

Aku tak bisa menepati janjiku. Ini tidak baik. Sangat tidak baik. Dan sekarang aku mengerti mengapa hari ini Eugene begitu gelisah.

Maafkan aku, Eugene.

***

Tbc.

Maaf guys agak telat apdetnya lebih dari  24 jam. Tapi gpp ya... Soalnya masih di tanggal yang sama.
Dan semuanya karena problem yang sama. KERJAAN. Hari ini drop karena kebanyakan minum kopi :v Aku deg2an parah. Atau jangan2... Ini semua adalah cinta? #cuihh

Makasih yang udah sabar nungguin up nya. Wish me luck guys... Weekend harus tetap terjaga:'( Dan sepertinya tak akan ada malming :v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro