Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

LIM PULUH DU


(edited version)

----------------------


"Tuhan, terima kasih karena telah memberikan banyak kebahagiaan pada keluarga kami," ucap Ayah memimpin doa sebelum kami makan.

Sejenak, keheningan merebak di ruang makan sederhana yang ada di rumahku. Lalu sesaat kemudian kulepaskan genggaman tangan Ibu dan Ayah yang duduk bersebelahan denganku di meja makan.

"Ibu, biar aku saja," kataku sembari merebut secara halus pisau yang akan digunakan Ibuku untuk memotong kalkun yang tepat berada di tengah-tengah meja.

"Aku ingin bagian yang itu!" pinta Callum sembari menunjuk bagian paha dari kalkun panggang itu. Seakan memperingatkan semua orang yang ada di meja makan bahwa bagian dari kalkun itu miliknya. Bagian itu merupakan favoritnya, ia menyukai bagian paha dengan kulit yang sedikit gosong. Dan entah mengapa bagian itu hanya ada di satu bagian, walaupun kalkunnya memiliki dua kaki lengkap. Selalu seperti itu. Sepertinya oven rumahku sudah rusak.

Tak hanya Callum, aku pun menyukai bagian kalkun yang itu.

"Tidak Callum! Ini milikku," ucapku tak mau kalah.

"Dasar licik! Aku tahu kau pura-pura membantu ibu agar kau dapat bagian terenaknya."

Tuduhan yang tepat Callum!

"Seharusnya kau mengalah pada wanita!" balasku.

"Kau yang harus mengalah. Kau lebih tua!" sahutnya dengan nada yang menyebalkan.

"Akan kulakukan hal itu jika kau masih mengompol layaknya bayi!"

Ya, seperti itulah kami. Ketika bertemu kami memang tak begitu akur dan saling melemparkan ejekan. Sewaktu kecil, kami selalu dihadiahi jeweran oleh Ibu ketika kami memulai hal seperti ini. Dan ketika kami beranjak dewasa, sepertinya Ibu terlalu lelah karena sebuah tarikan pada telinga kami sudah tak lagi ampuh untuk membungkam kami berdua.

"Berikan bagian itu pada Ayah," ucap Ayah sembari mengangkat piringnya ke arahku. Seakan menodongku untuk memberikan bagian itu padanya. 'Harta karun' milikku dan Callum, potongan paha kalkun dengan kulit yang agak gosong.

Mendengar ucapan Ayah, Callum pun memutar bola matanya lalu melemparkan pandangan sinis kepadaku.

"It's your fault Candice!" Ia mengatakannya tanpa suara, hanya dengan bahasa bibir. Menyalahkan diriku.

Jleb!

Kutancapkan pisau kearah kalkun panggang itu dengan sedikit kasar. Itu karena aku kesal pada Callum. Aku pun mulai memotong bagian paha kalkun itu. Dan....

Darah. Darah mengalir dari kalkun itu hingga memenuhi meja makan dan menetes ke lantai.

Tiba-tiba cahaya lampu ruang makanku sedikit meredup.

"I... Ibu... Ada apa dengan kalkunnya?" sentakku terkejut.

Tapi tak ada yang menjawab. Kulemparkan pandanganku ke arah Ibuku. Ia masih terduduk di tempatnya. Tapi... kepalanya mendongak ke langit-langit ruangan yang bercat putih. Tubuhnya penuh dengan darah dan tak sadarkan diri.

"Ayah! Callum!" pekikku sembari menatap mereka.

Spontan, panik menjalar ke seluruh rongga tubuhku, tepat ketika kutemukan kondisi mereka berdua sama dengan kondisi Ibuku. Mata terbelalak dan tubuh yang penuh dengan darah.

Tidak! Tidak mungkin!

JLEB!

JLEB!

JLEB!

Pandanganku menjelas. Ternyata aku bermimpi mengenai keluargaku.

JLEB!

Lagi-lagi suara itu. Sepertinya hal itulah yang membuatku terbangun dari mimpiku.

JLEB!

Mimpi yang sangat buruk.

JLEB!

Suara yang sama. Berulang, dengan jeda sekitar dua detik.

JLEB!

Samar-samar pandanganku semakin menjelas. Kulihat ada seorang pria yang mengenakan celana denim terduduk di hadapanku dengan jarak sekitar tujuh kaki dari tempatku. Ia terduduk di tanah tanpa alas.

Tanah?

Dimana aku?

Kuangkat tubuhku yang ternyata sedari tadi terbaring di atas tumpukan jerami.

JLEB!

Lagi-lagi suara itu. Kupicingkan mataku, Karena pengelihatanku sedikit kalah dengan sinar terik matahari siang ini.

Siang?
Akh. Sudah berapa lama aku tak sadarkan diri?

Dan kulihat pria yang ada di hadapanku itu. Gregory.

JLEB!

Gregory yang terduduk di sana. Dan ia sedang memainkan pisaunya.

JLEB!

Gregory menancapkannya ke tanah dan mencabutnya.

JLEB!

Lalu mengulangnya kembali berkali-kali. Dan aku tahu ternyata dari sanalah sumber suara yang membangunkanku beberapa saat lalu.

JLEB!

Dimana aku?

Aku hanya dapat melihat sebuah barisan teralis besi bercat hitam. Membatasi diriku dan Gregory.

Tidak. Tak hanya membatasi diriku dan Gregory saja. Tapi tralis ini mengelilingiku. Tidak mungkin! Gregory mengurungku!

Sama seperti yang ia lakukan pada....Eugene. Kutatap Eugene

JLEB!

Gregory masih ada di sana. Matanya yang tajam mengarah kepadaku. Ia terus memainkan pisaunya ke tanah.

JLEB!

Ia memandangku. Hanya memandangku. Pandangan yang begitu dalam.

JLEB!

Gregory masih terdiam.

JLEB!

JLEB!

Hanya ada suara itu di antara kami. Suara pisau yang ditancapkannya ke tanah.

JLEB!

Namun, tatapannya dan suara itu mulai mengintimidasiku. Aku takut.

JLEB!

Seakan ia menusukkan pisaunya ke jantungku. Lalu menariknya.

JLEB!

Dan mengulanginya kembali. Seperti membuatku mati berkali-kali.

Gregory. Apa yang akan kulakukan kepadaku?

***

TBC.

Makasih yah yang kemarin udah nyemangatin aku :*:*:*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro