LIM ELS
(edited version)
----------------------
"Tidurlah denganku malam ini!" pintaku dengan tegas. Kutatap matanya, berusaha meyakinkannya bahwa aku bersungguh-sungguh dengan permintaanku ini.
Dan R yang ada dihadapanku hanya melebarkan kelopak matanya. Aku tahu ia sangat terkejut. "C! Apa kau sudah gila?!" ucapnya keras. Ia pun membawaku menuju sebuah jalanan sempit yang sepi sembari sesekali menatap ke arah jalanan memastikan tak ada yang mengikuti kami.
Ya. Aku sudah gila.
Entah iblis apa yang merasukiku malam ini? Permintaan itu terlontar begitu saja dari mulutku. Permintaan yang jujur. Aku ingin R.
"Bagaimana bisa aku tak gila R?! Aku harus jadi pelacur! Dan bahkan aku masih perawan!" ucapku sedikit panik.
"Perawan?!" pekik R pelan. "Kau...?!" Dia sepertinya tak pecaya dengan kebenarannya.
"Bukankah aku sering menceritakan mengenai Ayahku padamu? Ia tak membiarkan ada pria yang mendekatiku. Ia bahkan tak memperbolehkanku memiliki tempat tinggal sendiri. Aku tahu ini memalukan."
"Tapi apa kau tak sadar apa yang kau pinta?!" balasnya dengan sedikit mengeraskan nadanya.
"R! Aku bisa mati kapan saja bukan? Bagaimana jika hal ini membuat penyamaranku terbongkar? Apakah ada yang percaya dengan seorang pelacur yang masih perawan?"
"Kenapa kau memintanya kepadaku? Ini gila!"
Kenapa? Tentu saja karena aku mencintaimu, R!
Aku tak mampu mengeluarkan jawaban jujur seperti yang ada di hatiku.
"Tidurlah dengan orang lain, umm... misalnya Kevin! Dia tergila-gila padamu. Jangan denganku!" ucapnya.
"Aku tak ingin dengan Kevin. Aku hanya ingin denganmu," balasku.
R hanya menatapku dengan tatapan yang sangat aneh.
Tidak. Dia tak boleh tahu jika aku mencintainya!
"Aku hanya ingin melakukannya dengan orang yang benar-benar mengenalku," berbohong begitu mudah untukku
R hanya memandangiku. Kemudian dia membalikkan tubuhnya untuk pergi menjauhiku.
Namun kutarik lengannya untuk menahannya beberapa detik. "Aku akan ada di kamar nomor 504 Epitome Hotel. Aku akan menunggu sampai jam sepuluh," ucapku datar sembari Berusaha melakukan kontak mata dengannya, walaupun hal itu tak berhasil karena dia memalingkan wajahnya dari diriku.
Dan R melepaskan lengannya dari cengkramanku. Ia kasar. R hanya berjalan menjauhiku.
Aku hanya dapat melihat punggungnya yang semakin lama semakin menjauh dariku. Dan kemudian menghilang.
Aku sudah gila. Semua ini membuatku gila. Aku hanya ingin R. Apakah itu berlebihan?
***
Kutatap jam diponselku berkali-kali. Sudah jam sepuluh lewat. Tak ada yang mengetuk pintu kamar hotel murahan yang sedang kutempati ini. Jujur, aku tak begitu nyaman ditempat ini, mungkin karena suasananya cukup suram karena kertas dinding ruangan ini sudah sangat terlihat kusam.
Baiklah. Kembali ke jadwal semula. Aku memang berniat untuk tidur dengan pria random yang akan kutemui di bar malam ini untuk melepas 'harga diriku'. Aku tak akan membiarkan diriku merusak misi pertamaku. Bukankah aku harus menjadi jalang?
Pikiranku sedikit kacau karena apa yang kukatakan kepada R beberapa jam lalu. Kenyataannya dia tak ada di sini.
R pasti membenciku. Dia marah padaku.
Kesan terakhir yang sangat buruk dariku. Selamat tinggal R!
Kubuka pintu kamar hotel murahan ini. Aku akan pergi ke sebuah bar yang letaknya tepat di samping hotel ini.
Tiba-tiba, seseorang muncul dari balik pintu kamar. Aku mengenalinya. Sangat mengenali mata bak dedaunan itu.
"R?!"
***
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro