Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ENM PULUH ENM


(edited version)

----------------------


"Sweetheart, aku membuatkan peanut cookies untukmu. Makanlah ini selagi masih hangat," Ucap Nyonya Heath sembari memberikanku sebuah piring yang terdapat kue kering besar dengan kacang di atasnya.

Nyonya Heath sangat perhatian kepadaku. Aku tahu ia sangat menyukaiku. Entah ia menyukaiku karena aku mengaku padanya bahwa aku adalah kekasih R atau karena aku sopan padanya. Setidaknya ia menyukai karena aku adalah Candice. Bukan sebagai orang lain.

"Rayden yang mengatakan padaku bahwa kau menyukai ini," ia memberi tahu sembari duduk di sampingku. "Tak apa, aku mengerti jika kau masih bersedih." Nyonya Heath menarikku ke pelukannya.

Hangat. Sama seperti ketika R memelukku.

Tidak. Ini lebih mirip pelukan ibuku. Pelukan yang ibu berikan ketika aku menangis. Aku rindu Ibu, Ayah dan juga Callum.

"Kau masih memilikiku, Sweetheart," Ucap Nyonya Heath menenangkanku. Aku tahu, ia pasti yang menurunkan sifat hangatnya pada R.

Aku merasa sedikit tenang untuk kembali menjatuhkan air mataku. Syukurlah aku memiliki Rayden. Syukurlah aku bertemu dengan Nyonya Heath.

"C!" panggil R tiba-tiba muncul menuruni tangga.

Sontak kulepaskan pelukan dari Nyonya Heath dan menghapus air mataku, kehadirannya benar-benar mengagetkan.

"Tak bisakah kau memanggilnya dengan lembut?! Ia kekasihmu!" omel Nyonya Heath.

Sepertinya R melupakan bahwa aku dan dirinya sedang berpura-pura menjadi sepasang kekasih di hadapan ibunya.

"Kau sudah bangun?" tanyaku mendekatinya dan memberikannya sebuah ciuman.

Ya. Aku menciumnya. Ciuman yang cepat. Aku ingin mengingatkannya secara tak langsung bahwa ia harus berakting dengan baik.

"Umm... Kupikir kau pergi," ucap R sedikit kikuk. Ia pasti terkejut dengan apa yang kulakukan. "Kue kacang!" R mengalihkan tatapannya dariku dan dengan sigap ia menyambar kue kacang yang belum sempat kusentuh.

"Itu kubuat untuk Candice, Rayden!" Spontan Nyonya Heath memukuli Rayden pelan.

Ah...

Saat-saat seperti ini, aku rindu sekali. Seperti saat Callum membuat ibu jengkel ketika pulang dengan pakaian penuh lumpur.

***

Semua orang sontak menjatuhkan tatapan mereka kepadaku yang sedang berjalan di koridor yang bercat abu-abu muda ini. Aku kembali.

Kembali ke kantor pusat M.I.S.A.

Aku tahu, mereka pasti sangat terkejut melihatku yang masih hidup. Beberapa diantara mereka masih mengiraku sudah mati.

Aku kembali ke tempat ini memenuhi panggilan untuk melaporkan misiku selama ini. Dan aku sudah membawa file yang kucuri dari Gregory. Aku berhasil pada misi kelas A ini.

Namun sebenarnya ada hal lain yang membuatku datang ke tempat ini. Diam-diam aku melarikan diri dari R yang sedari tadi berjalan di depanku, mengantarkanku untuk melaporkan diri. Aku berjalan menuju ruang kerja yang cukup besar dengan beberapa puluh kubikal memenuhi tempat itu. Dan alasan lain diriku pergi ke kantor pusat adalah untuk menemui...

"Oliver. Psst!" desisku, mendekati salah satu meja kubikal yang memiliki tiga layar komputer di atasnya.

Oliver Sanders, pria bertubuh tinggi dan berkacamata tebal. Ia merupakan salah satu agen M.I.S.A yang berpotensi di bidang IT. Sangat cerdas. Ia mampu menyelesaikan kuliah dual degree-nya di Harvard dalam waktu satu setengah tahun.

Kupanggil berkali-kali dirinya. Ia cukup sibuk dengan headset dan layar-layar yang ada di hadapannya. Seperti itulah biasa Oliver lakukan, ia adalah agent yang tak bekerja di lapangan. Tipe collage man yang pintar namun mudah dibodohi oleh wanita. Ketika di akademi kami cukup dekat, bahkan aku pernah mengajarinya cara mendeteksi kebohongan seseorang agar ia tak terlalu mudah dibodohi wanita yang sering berpura-pura mendekatinya dengan maksud tertentu.

Kutepuk bahunya. Spontan ia menampakkan wajah kikuknya ke arahku.

Brukk!

Ia terjatuh dari kursi kerjanyanya. Ia sangat terkejut melihatku.

"Can... Candice!" pekiknya. "Ka... Kau benar-benar masih hidup?!"

"Tentu saja!" balasku sembari membantunya beranjak dari lantai.

"Kupikir berita itu hanya desas-desus saja."

"Aku butuh bantuanmu!" balasku.

"Kau butuh bantuanku?!" pekiknya keras.

Sial! Suara kerasnya membuat kami menjadi pusat perhatian seisi ruangan.

"Ya. Aku ingin kau meretas ponsel kekasihku. Aku curiga ia berlangganan situs porno!" ucapku dengan suara keras.

Tidak. Tentu saja bukan itu tujuanku menemui Oliver. Aku hanya berakting seperti itu. Membuat orang-orang di ruangan kami tak tertarik lagi untuk menjadikan kami pusat perhatian. Dan benar saja. Setelah kukatakan hal itu mereka langsung mengalihkan pandangan dari kami. Kembali seperti semula.

"Situs porno? Hei, jangan terlalu mengekang kekasihmu! Itu kebutuhan pria," Suara Oliver masih saja keras.

"Psshht... kecilkan suaramu!" Kutundukkan diriku sehingga tubuhku berada di bawah tinggi pembatas kubikalnya.

"Aku ingin kau melacak keberadaan alamat IP ini," pintaku.

"Jangan sampai orang lain mengetahuinya." Aku mengambil sebuah pulpen lalu menulis alamat IP yang kumaksud di telapak tangan Oliver.

"Aku akan menemuimu beberapa jam lagi. Kuharap kau sudah dapat menemukannya," ucapku.

Oliver mulai mengetikkan alamat itu di salah satu software ciptaannya.

"Beberapa jam? Aku khawatir kau terlalu banyak membuang waktumu!" sahutnya sembari menggeser salah satu layar komputernya ke arahku. "Binggo!"

Seharusnya sudah dapat kuduga!

Alamat IP itu berasal dari...

Mansion Gregory.

Aku akan membunuhmu, Gregory!


***
Tbc.

Siapa yang asumsinya bener?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro