Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DU PULUH DELPN


(edited version)

----------------------


"Kalian berdua lucu sekali!" ucap Gregory sembari terbahak-bahak.

Ia kemudian memelukku dari belakang dan mencium pipiku.

"Pastikan kau menghitung pelurunya," bisiknya. "Itu penting untuk membuatmu waspada."

Ini gila. Hampir saja aku membunuh seseorang. Untung saja pistolku sudah tak terisi peluru. Gregory memang hebat. Ia bahkan begitu teliti sampai mengetahui bahwa pistolku sudah tak berpeluru.

Sedangkan Charles masih terbaring di atas rumput, sepertinya ia mengira dirinya sudah mati.

Gregory menepuk tangannya sekali. Tak lama kemudian seorang pengawal mendatangi kami.

"Urus dia!" perintahnya kepada pengawal itu sembari menunjuk ke arah Charles.


***


"Kita sedang berada mana?" tanyaku sembari menatap sudut-sudut ruang utama yang sangat megah, tempatku dan Gregory berada saat ini.

Sebuah ruang utama dengan lampu kristal yang sangat besar menggantung di langit-langitnya. Di dinding ruang ini terpajang lukisan-lukisan realistis berbingkai emas yang menggambarkan dewa-dewi dari Yunani, dan tepat di tengah ruang terdapat sebuah sofa kulit dengan bentuk melingkar dan sebuah coffee table yang terbuat dari batu onyx merah bak sebuah lava gunung yang menyala.

Setelah latihan menembak pagi ini, Gregory mengajakku pergi dan menyuruh Charles mengemasi barang-barangku. Lalu kami pun mendatangi tempat ini.

Tempat yang kudatangi ini sangat luar biasa. Berkali-kali lipat megahnya dibandingkan mansion tempatku tinggal.

"Ini akan menjadi rumah kita, Sayang," ucapnya. "Ini adalah tempatku bekerja."

Tak salah lagi, tempat ini pasti merupakan mansion utama milik Gregory. Aku tak percaya, aku akan tinggal di istana besar ini. Pasti ada banyak rahasia di tempat ini."Kau bekerja di tempat ini?" Tanyaku memasang wajah keheranan bercampur kagum karena tempat ini.

"Ya. Ada banyak hal yang kulakukan di sini."

"Kenapa kau mengajakku tinggal di tempat ini?"

"Tentu saja karena aku membutuhkanmu, Sayang!" katanya. "Kita akan bersama setiap saat. Kau tak perlu bosan menungguku pulang. Kita dapat bermain kapan pun, bahkan ketika aku sedang bekerja," godanya.

Aku tersenyum mendengarnya. Gregory membutuhkanku. Sangat membutuhkanku. Dan aku pun membutuhkannya untuk mengalihkan pikiranku dari R. Bukankah itu cukup adil?

Aku memeluk Gregory dan mencium bibirnya.

"Bagaimana jika kita coba sekarang idemu itu? Bukankah kau bilang kita bisa bermain kapanpun?" balasku menggodanya dengan sensual. "Bagaimana jika di kolam renang? Kau pasti memilikinya 'kan?" kataku sembari melonggarkan ikat pinggangnya. Aku benar-benar menggodanya.

Aku.... Aku ingin Gregory.

Ia kemudian memegangi lenganku yang sedang sibuk dengan ikat pinggangnya. Seakan ia menyuruhku untuk menghentikan apa yang kulakukan.

"Jangan sekarang, Carla!" katanya, melepaskan genggamannya dari lenganku lalu memperbaiki ikat pinggangnya. "Aku ingin memperkenalkanmu dengan seseorang," katanya sembari menatapku.

Seseorang?

Gregory kemudian membawaku ke sebuah ruang bawah tanah yang berada di belakang bangunan utama. Di pintu masuknya terdapat seorang penjaga yang membawa senjata laras panjang

Kami pun berjalan di sebuah lorong yang gelap dan suram. Di samping-sampingnya terdapat beberapa pintu-pintu besi yang memiliki sebuah kunci di bagian luarnya. Tempat ini sungguh mencekam.

Langkah Gregory pun terhenti di salah satu pintu besi yang terkunci dan ia menyuruh salah satu orangnya yang sedari tadi mengikuti kami untuk membukakan pintunya. Ia menarikku untuk masuk ke dalam tempat itu. Dan Gregory menyuruh orang suruhannya itu untuk mengunci pintunya kembali dari luar.

Tempat yang menyeramkan. Seperti sebuah penjara, ada tempat tidur yang terbuat dari besi serta sebuah kloset di dalamnya. Gelap. Hanya ada lampu bohlam dengan cahaya kuning di tempat ini.

Samar-samar kulihat ada seseorang yang duduk meringkuk di sudut ruangan yang lembab ini.

"Bangun!" perintah Gregory, menyenggol kaki kurus orang itu dengan sepatunya.

Orang itu mengangkat wajahnya yang kusam. Entah sudah berapa lama orang itu tak mencuci wajahnya. Tak sengaja tatapan kami bertemu.

Seorang wanita dengan tubuh kurus. Separuh bagian kepalanya tak berambut. Seperti sengaja dibuat seperti itu.

Gregory mengambil sesuatu dari kantung celananya. Sebuah tang. Ia kemudian mengetuk-ngetukkan tang yang ada di tangannya ke tempat tidur besi yang ada di ruang ini.

Teng! Teng! Teng!

Bunyi itu seakan membuat ruangan ini semakin mencekam dengan dentingan itu.

Aku memiliki firasat buruk.


***

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro