DU
(edited version)
----------------------
Aku melangkah masuk ke sebuah rumah yang sangat besar. Halamannya sangat luas. Lebih luas daripada stadion olahraga. Ini seperti istana.
Tapi, bila dilihat dari luar, tempat ini seperti sebuah hutan dengan pagar tinggi yang menjulang. Di depan gerbangnya terdapat beberapa penjaga bersenjata api.
Aku tahu, ini bukan tempat biasa. Hanya orang yang sangat kaya yang bisa memiliki tempat seluas ini, mengingat harga tanah di negara ini sangatlah mahal.
"Charles akan mengatur semuanya untukmu," kata pria tersebut. Aku mengernyit heran. Bahkan aku belum tahu siapa namanya.
Dan siapa Charles?
"Aku akan mendatangimu setiap hari Rabu. Danpastinya kau tahu apa yang harus kaulakukan," kalimatnya diucapkan dengan nada dingin. "Saat ini kau akan menjadi wanita hari Rabu untukku," lanjutnya.
Wanita hari Rabu? Baiklah. Aku sudah mendapat jawabannya. Dia bukan orang yang nantinya akan menjemputku. Dia hanya client-ku. Aku salah sangka.
Ia pun membuka pakaiannya dihadapanku. Ia bertelanjang dada. Tubuhnya cukup kekar. Sebuah tato bergambar binatang menjalar di lengan kiri hingga bahunya. Entah binatang apa namanya. Seperti campuran antara elang dan singa. Tato yang sangat maskulin, penuh dengan detail.
Ia lalu menyalakan sebatang cerutu dan mengisapnyadalam-dalam.
"Ini adalah rumahmu," dia berkata dengan asap terkepul dari mulutnya. "Kau boleh meminta apa pun dan melakukan hal yang kau suka. Asalkan, kau tidak pergi darisini," masih dengan nada dingin yang sama seperti sebelumnya. Dia berlagak seperti seorang bos besar, terlihat dari sikapnya yang tak sekalipun memandang ke arahku sebagai lawan bicaranya. Dia mengisap cerutunya lagi dan mengepulkan asapnya melalui hidung dan mulut, kelihatan betul-betul angkuh. Aku hanya terdiam. Tak tahu apa yang harus kuperbuat di tempat ini. Suasana yang benar-benar canggung.
"Aku akan pergi. Kita akan bertemu kembali di hari Rabu," setelah mengatakan itu, ia kemudian melangkah pergi keluar melalui pintu besar bergaya khas Eropa yangmemiliki detail rumit.
Ia berjalan dengan mengeluarkan bunyi yang khas dari hak sepatu pantofel kulitnya. Bunyi itu seakan-akan berusaha mengintimidasi setiap orang yang mendengar langkahnya. Membuat orang sedikit ketakutan.
Tak lama, seseorang menghampiriku. Seorang pria berumur enam puluh tahunan dengan rambut yang sudah hampir putih seluruhnya. Kulitnya yang keriput membungkus wajahnya yang terlihat ramah. Sebuah kacamata dengan bingkai tipis berwarna emas tergantung ditulang hidungnya. Ia membantuku membuka mantel bulu sintetis murahan yang menutupi tubuhku.
Aku yakin dia adalah seorang pelayan di tempat ini. Aku tahu dari pakaian yang digunakannya. Pakaiannya tampak rapi, lengkap dengan dasi kupu-kupu yang menghiasi lehernya. Tak lupa sebuah kain putih menggantung di lengan kanannya yang terbalut kemeja putih.
"Selamat malam, Miss Wednesday. Namaku adalah Charles. Apa Tuan Besar sudah memperkenalkan dirinya pada Anda?" tanyanya sembari sedikit menunduk sopan.
Miss Wednesday?
"Kau dapat memanggilku dengan nama Carla," sahutku.
"Tidak, Nona. Kami akan tetap memanggil Nona sebagai Miss Wednesday. Sesuai dengan perintah TuanGregory," katanya, masih menunduk.
Jadi nama pria tadi adalah Gregory?
"Tak apa. Kau boleh memanggilku Carla," kataku bersikeras. Aku sungguh tak nyaman dengan sebutan Miss Wednesday. Itu seakan membuatku seperti jalang sungguhan.
"Tidak bisa, Nona. Saya masih menginginkan kepalasaya berada di tempatnya dan umur yang lebih panjang. Saya tak ingin seperti pelayan sebelumnya," jawab Charles seperti agak ketakutan. Kulihat ia tak berani menatapku setelah aku mengatakan kalimat terakhirku.
Kepala berada di tempatnya?
"Tunggu. Apa maksud ucapanmu? Sebenarnya siapaTuan Gregory itu?" tanyaku penasaran. Entah mengapa aku merasa pria itu adalah orang yang mengerikan.
"Akan saya jelaskan semuanya setelah Miss Wednesday saya antar ke kamar."
***
TBC.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro