Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DELPN PULUH SEMILN


(edited version)

----------------------


Kami sudah sampai di Rio De Janeiro, Brazil. Kami berada beberapa puluh kilometer dari salah satu pantai yang ada di Copacabana. Tepatnya kami sedang berada di sebuah yacht kecil milik Gregory.

Ya. Gregory. Lebih tepatnya kepemilikan benda mewah ini merupakan atas nama. Nyatanya Eugene-lah yang membelinya.

Ini pertama kalinya aku pergi ke luar negeri. Dan tentunya Eugene yang membayarnya, karena sangat riskan jika M.I.S.A mendapati ada transaksi di rekeningku. Hanya berdua dengan pria ini di sebuah yacht kecil, entah mengapa aku berharap ini adalah 'bulan madu' sungguhan dengan Eugene. Walaupun kenyataannya kami sibuk dengan teropong kami masing-masing.

Sesekali kuarahkan teropong ke pria itu. Ia sungguh menggoda.

Sial! Candice, fokuslah!

Dan aku kembali mengarahkan teropongku ke salah satu yacht lain yang ada di barat daya kami. Kapal itu lebih besar dari pada yang kami naiki. Milik Felipe Guterre, target kami.

Aku masih sangat hafal penjelasan dari Eugene beberapa hari yang lalu ketika kami melakukan persiapan misi pencurian ini. Felipe Guterre, salah satu kolektor benda-benda aneh. Ia pernah menjadi salah satu pelanggan tetap barang dagangan milik Gregory.

Dari teropongku aku melihat sesosok pria berwajah latin sedang berjemur di dek paling atas kapal itu. Tak salah lagi, ia adalah Felipe Guterre. Seperti yang Eugene katakan, pria itu memiliki kebiasaan berjemur di tengah-tengah laut dengan menggunakan kapalnya.

Dan yang harus kami lakukan kali ini adalah bagaimana agar kami di undang langsung ke tempat Tuan Guterre itu. Lalu setelah kami berhasil masuk ke mansion pria itu yang akan kami lakukan selanjutnya adalah mencuri salah satu benda koleksinya, Atomic Scanner.

Eugene kemudian berjalan ke balik kemudi. Ia menjalankan yacht kami mendekati yacht milik Tuan Guterre.

"Simpan teropongnya. Jangan sampai ia curiga," ucap Eugene sembari melemparkan teropong miliknya kepadaku.

Dengan sigap aku menyembunyikan teropong milikku dan Eugene. Dan beberapa menit kemudian kapal kami hanya berjarak beberapa meter dari kapal milik Tuan Guterre.

"Bersiaplah untuk benturan ringan," ucap Eugene.

Dan aku memberikan kode berupa anggukan pelan.

Brakk!!

Eugene sedikit menyenggolkan ujung badan kapal kami dengan kapal milik Tuan Guterre.

Byurr!!

Dan aku menjatuhkan diri ke laut. Aku berpura-pura kehilangan keseimbangan dan tercebur ke laut akibat guncangan kapal kami.

"Gregory! Tolong!" pekikku. Kugerak-gerakkan tanganku, berakting layaknya Carla yang ketakutan tertelan oleh laut. Ya. Kali ini kami adalah Carla dan Gregory yang sedang berbulan madu.

"Sial! Siapa yang berani menabrak kapalku!" teriak Tuan Guterre sembari beranjak dari tempat berjemurnya.

Lalu beberapa lama kemudian tiga orang pengawal Tuan Guterre muncul sembari mengarahkan senjatanya ke arah Eugene yang membelakangi mereka.

"Jangan bergerak!" ucap Tuan Guterre.

"Kau, turunlah! Naikkan wanita itu ke atas!" ucap Tuan Guterre menunjuk salah satu pengawalnya.

Lalu ia sejenak menatapku yang masih berpura-pura panik akan laut.

"Tidak. Biarkan aku saja," ucap Tuan Guterre sembari membuka kimono handuknya. Lalu ia menjatuhkan tubuhnya ke air untuk menolongku lalu ia membawaku ke kapalnya.

Aku berpura-pura terbatuk-batuk karena banyak menelan air laut.

"Kau tak apa, Nona?" tanyanya sembari menyelimuti tubuhku dengan kimono handuk yang sebelumnya dipakai Tuan Guterre itu.

"Selamat datang di kapal indahku," ucap pria itu sembari tekekeh.

Sesuai dengan apa yang Eugene katakan, pria ini memiliki kebiasaan untuk memamerkan apa pun yang dimilikinya, baik kemurahan hati maupun kekayaan yang dimilikinya, terutama pada wanita.

"Sayang sekali, temanmu ini sedikit menggores kapalku. Tapi tak usah dipikirkan. Aku masih dapat menggantinya dengan mudah," Lagi-lagi ia mencoba memamerkan apa yang dimilikinya.

"Gregory! Kau membiarkanku terjatuh ke air. Bahkan kau tak menolongku!" teriakku kepada Eugene. Aku berpura-pura menjadi Carla yang kesal pada kekasihnya. "Sudah kubilang aku tak suka berada di tengah laut," gerutuku.

"Hmmm... Gregory. Nama yang sangat familiar," ucap Tuan Guterre. "Berbaliklah!"

Dan Eugene pun berbalik.

"Haha. Astaga! Morce si penjual obat!" serunya terkejut. "Kau sangat tak berbakat menjadi nelayan," sambungnya sembari terkekeh.

Tuan Guterre pun menyuruh para pengawalnya untuk menurunkan senjatanya. Lalu ia mengajak Eugene masuk ke kapalnya.

Dan aku masih berpura-pura kesal kepada Eugene. Sedangkan Eugene berkali-kali memohon maaf padaku dengan panggilan 'sayang'. Ia cukup bagus untuk berakting kali ini, namun kuharap ia sungguhan memanggilku seperti itu. Bukan berupa akting.

"Whoa... Whoa... Kau benar-benar membuat gadis cantik ini marah, Gregory," ejek Tuan Guterre.

Kemudian Tuan Guterre memperkenalkan dirinya padaku bahwa ia adalah teman dari Gregory.

"Apa ia terlalu memaksamu untuk berada di 'sampan' kecilnya?" tanya Tuan Guterre padaku. Aku tahu ia sedikit merendahkan Gregory dengan menekankan kata 'sampan' pada nada bicaranya.

"Terkadang laut lebih indah jika dipandang dari kejauhan," ucap Tuan Guterre. "Jika kau tak suka berada di laut. Aku akan mengajakmu memandanginya dari kejauhan. Afternoon tea di halaman belakangku. Aku mengundangmu Nona, dan aku bisa memastikan aku tak akan membuatmu basah." Kemudian ia mencium punggung tanganku.

Tuan Guterre cukup berani di hadapan Gregory. Itu masuk akal jika mengingat kami adalah tamu di kampung halamannya ini, ia sangat berkuasa di tempat ini. Mungkin akan berbeda jika ia berada di Malava Islands.

"Datanglah sendiri jika kau masih kesal pada Morce. Tapi aku tak melarangmu untuk mengajaknya," ucapannya sedikit memojokkan Gregory.

"Jangan menggoda kekasihku Felipe!" ucap Eugene sembari menarikku.

"Kau terlalu tegang Tuan Morce! Aku hanya bercanda. Aku pun mengundangmu untuk afternoon tea di halamanku." balas Tuan Guterre. "Kita akan mengobrol di sana."

"Kucing kecil masuk perngkap dengan mudah," bisik Eugene padaku. "Bersiaplah untuk selanjutnya."

"Ya. Kita akan mengobrol banyak hal," ucap Eugene sembari tersenyum penuh arti.

***

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro