Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DELPN PULUH DELPN


(edited version)

----------------------


"Ini akan menghilangkan bekas lukanya," Ucap Eugene sembari mengoleskan gel transparan ke bekas luka di kulit lenganku.

Ya, lengan. Bekas luka yang dilukiskan Eugene menggunakan pisaunya beberapa minggu silam.

"Sepertinya cukup ampuh untuk luka di bahumu," sambungnya sembari memiringkan kerah pakaianku untuk melihat bekas luka tembak yang mulai tersamarkan. Saat jemarinya menyentuh bahuku, aku teringat ketika ia menjahitkan luka tembak yang ada di bahuku.

Kutahan lengannya yang sedang mengobservasi bekas luka yang ada di bahuku. "Apa yang kau lakukan? Aku sudah tahu hal itu. Aku tak bodoh seperti Carla." Ucapku. "Lagipula kenapa kau membantuku memakaikan obat ini? Aku dapat melakukannya sendiri. Dan untuk apa kau menunujukkan bekas luka tembakku? Apa kau memiliki maksud tertentu, Eugene?" Aku langsung menembaknya dengan pertanyaanku. Kutarik kerah pakaianku agar untuk menutupi bahuku.

Aku tahu maksudmu Eugene. Kau sedikit mengambil kesempatan untuk menyentuhku. Dasar pria!

Kulihat Eugene menelan ludahnya. Kemudian dilemparkannya pandangan ke arah wajahku.

"Aku hanya membuatmu berhutang padaku Nona!" ucapnya sembari meletakkan setumpuk perban dan kapas di pangkuanku.

"Bantu aku mengganti perbanku!" perintahnya sembari menyodorkan telapak tangannya yang dihiasi perban kepadaku. Ia sangat pandai beralasan.

"Charles pasti dapat melakukannya lebih baik dariku," balasku. "Aku hanya dapat melubangi tanganmu."

"Karena itulah kau berhutang padaku," ucapnya.

Dan aku menuruti begitu saja kemauannya. Menurutinya karena aku sendiri cukup menikmati ketika kami duduk berhadapan dengan jarak sedekat ini. Rasanya aku ingin melakukan sesuatu yang sangat nakal dengannya.

Tidak! Candice, kau benar-benar sudah tak waras!

"Umm... Sepertinya kau cukup ahli dalam menangani luka," ucapku sembari membuka perbannya. Aku mulai mengalihkan pikiran gilaku.

"Aku sempat mempelajarinya beberapa waktu dari ahlinya," ucap Eugene. "seperti sekolah kedokteran dengan waktu singkat."

"Pantas saja. Lily masih tetap hidup ketika kau mengamputasi lengannya seperti itu. Jika kau tak memiliki pengetahuan kedokteran sama sekali, infeksi akan dapat membunuhnya dengan cepat," ucapku. Tanganku sibuk untuk melilitkan perban baru di luka milik Eugene.

"Dan nyatanya yang membunuh Lily adalah dirimu," sindirnya. "Haha."

"Ia yang memintanya padaku," ucapku mencoba membela diri.

"Bagaimana rasanya membunuh?" tanya Eugene. Sontak pertanyaan itu membuat lenganku terhenti ketika melilitkan perban di telapaknya.

"Membunuh temanmu sendiri?" tanyanya kembali. "Kau takut?"

"Sedikit," jawabku. Aku sedikit menelan ludahku dan melanjutkan kesibukanku dengan telapak tangan Eugene. "Kenapa kau membiarkan Lily hidup?"

"Sudah kubilang sebelumnya. Aku mencari kebenaran melalui ketakutan orang lain," ucap Eugene. "Aku ingin mengetahui kebenaran mengenai kematian Evelyn dan keponakanku."

"Lalu?"

"Aku tak mendapatkan apa pun."

"Jangan-jangan kau sengaja membiarkan mereka mendekati dirimu. Umm... Maksudku orang yang mereka kira Gregory," tebakku. "Kau memancing mereka."

"Gadis pintar!" ucapnya. "Dan tentu saja aku dengan mudah membongkar penyamaran mereka. Aku mengenali mereka."

"Lalu. Kenapa kau tak dapat membongkar penyamaranku?" tanyaku.

"Fresh agent. Aku tak mengenalimu. Namun pada awalnya aku curiga pada wanita baru yang ada di tempat Jack," ucapnya. "Pada saat itu kuyakin kau adalah agent."

"Lalu? Kenapa waktu itu kau tak membunuhku?" tanyaku.

"Aku harus benar-benar memastikannya. Dan yang kudapat adalah kau bersih. Tak ada alat komunikasi. Tak bersenjata. Berlagak seperti PSK."

"Lalu kau tertipu dan membawaku ke tempat rahasiamu ini," tebakku.

"Dan satu hal, kau begitu bodoh menangani senjata. Itu yang membuatku semakin yakin. Kau benar-benar berakting dengan baik, Nona."

"Aku tak berakting untuk bagian itu. Aku memang tidak dapat menggunakn senjata." ucapku jujur.

"Lalu bagaimana kau bisa ditugaskan untuk misi kelas A?"

"Awalnya ini hanya misi track and report."

"Track and report. Misi yang sama dengan agent-agent sebelumnya," ucapnya.

"Ya. Setelah dirimu, tak ada agent lain yang diturunkan untuk misi kelas A dengan target utama Gregory. Semua yang terbunuh melaksanakan misi track and report. Aku membaca beberapa berkas mereka." ucapku.

"Lalu bagaimana kau mendapatkan misi kelas A untuk mencuri file itu?"

"Mereka memberikan protokol baru padaku," Ucapku.

"Berapa lama kau di akademi? Ini adalah misi keberapa untukmu?" Tanyanya.

"Dua tahun. Dan ini misi pertamaku," jawabku.

"Pantas saja aku tak mengenalmu. Apa kau memiliki basis militer atau kepolisian?"

"Tidak. Mereka merekrutku ketika aku kuliah hukum." jawabku sembari menyelesaikan lilitan perban Eugene.

"Ini sangat aneh," ucap Eugene sembari mengerutkan dahinya. "Jika kau tak memiliki dasar kemiliteran atau kepolisian, maka seharusnya kau menghabiskan tiga tahun lebih di akademi."

"Dan kau tahu, ada hal lain yang sangat aneh. Mereka tak memberitahukan siapa targetku di awal," tambahku.

"Tak memberitahukanmu? Pantas saja kau seperti orang yang kebingungan," Ucap Eugene sedikit menaikkan nadanya. "Misi kelas A tak akan mungkin jatuh pada agent yang tak bisa menggunakan senjata sepertimu. Dan tak mungkin ditugaskan kepada pemula."

"Terkecuali mereka tak memiliki pilihan lain. Hanya aku yang dapat masuk sejauh ini," ucapku. "Dan ada hal lain yang cukup janggal menurutku. Ketika aku kembali dari misi dan berbohong kepada petinggi M.I.S.A bahwa aku tak mendapatkan file milikmu, proses introgasi kepadaku langsung dihentikan begitu saja. Lalu aku hanya diperintah untuk langsung membuat laporan mengenai misiku. Itu sangat tak wajar untuk misi dengan kelas A."

"Aku mengerti. M.I.S.A benar-benar membutuhkan file itu," ucapnya menyimpulkan.

"Mereka bertindak sampai sejauh ini."

"File yang berisi keterangan mengenai kota Voltzahn? Itu sangat aneh." Ucapku.

"Tidak. Itu tidak aneh. Karena nyatanya ada sesuatu yang salah mengenai file itu." balas Eugene. "Yang kau miliki hanya kopiannya saja. Dan file aslinya ada di dalam gudang milik Gregory. Terkunci." Sambungnya sembari beranjak dari sofa yang kami duduki.

Eugene mengambil salah satu senjata laras panjangnya yang ada di sisi dinding ruang kerjanya. Kemudian ia melemparkan benda itu ke arahku. Dengan sigap aku menangkapnya.

"Baiklah Nona Candice. Bersiaplah untuk belajar menggunakan senjata lebih jauh lagi," Ucap Eugene sembari mengambil senjata lainnya yang ada di dekatnya.

"Setelahnya, aku akan mengajakmu bulan madu ke Rio," tambah Eugene sembari mengecek senjata api yang ada di tangannya.

***

TBC.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro