Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Snake Behind the Lens


•••

The rain shower of a faint light
How sweet the face of a winter daphne
From the buds awash in tears
Their scents, one by one, fill the air

Haru yo, koi - Yumi Matsutoya

•••

Kizu Rui?

Mata Gen berkedip cepat sementara kepalanya memutar kembali ingatan tentang visual Kizu Rui yang selama ini ia lihat di majalah atau di iklan billboard. Rambutnya seharusnya cokelat kemerahan, sedikit ikal, panjang hingga menyentuh punggung, bukan berwarna hitam mengilap sepundak dan lurus.

"Aku Gen, vokalis Nexus," sahutnya agak sedikit terlalu pelan namun Rui bisa menangkap suara Gen hingga wanita itu berhenti sepersekian detik saat melepas topi dan kacamatanya. "Senang bertemu denganmu lagi, Kizu Rui~san."

Rui setuju, tubuh kurus, rambut gondrong, otot bisep yang menonjol, serta bahu yang bidang, pria yang sama dengan yang ia lihat di apartemen Rena tempo hari.

"Mohon bantuannya." Rui menundukkan kepala perlahan namun tak mengalihkan pandangan dari sisi wajah Gen yang sekarang sudah duduk di sofa sibuk memetik gitar dengan rokok terselip di bibirnya.

Kalau dilihat ulang, bukan hanya rambut juga bentuk wajah Gen saja yang memengaruhi paras pria itu hingga terlihat cantik, tapi alisnya yang rapi, matanya yang besar kecokelatan, serta bentuk bibirnya yang penuh, ditambah kulit bersih, tidakkah Gen itu lebih cantik darinya? Lalu, pria ini yang Rena tinggalkan untuk Zenzo? Sungguh? Yah, tapi cinta itu buta, bukan? Kalau masih dengan Zenzo dan disodori pria macam Gen ke bawah hidungnya pun, Rui pasti menolak.

Sayangnya penampilan Gen memang tidak meyakinkan bahwa pria itu akan setia pada satu wanita. Wajah tampan dengan musikalitas di atas rata-rata sudah pasti jadi incaran banyak wanita, atau paling tidak ibunya berkata seperti itu.

Ketika Gen agak sedikit membungkuk untuk menuliskan sesuatu di kertas partiturnya terlihat jelas tatto yang ia lihat di apartemen Rena, pria yang membuatnya yakin bahwa Zenzo dan Rena tak lebih dari rekan kerja ataupun teman dekat.

Sesaat Rui menyesali karena mengambil pekerjaan ini, padahal Keiko tak memaksa. Ah! Kenapa pula sih ia harus menerima pekerjaan ini! Ia bisa saja menolaknya dan memilih untuk ikut audisi fashion week atau brand lain yang membutuhkan brand ambassador baru, kan? Hanya karena ketenaran Nexus ia sepertinya salah langkah meski ini terasa benar saat mendengarnya kali pertama.

Mengesampingkan perasaan jengkel, Rui membalik storyboard yang terdapat di atas meja rias. Di samping judul yang ditulis dengan huruf kapital tebal, terdapat keterangan storyline dibuat oleh Gen sendiri, penasaran, ia mulai membalik halaman judul.

Di kotak paling atas digambarkan Nexus bermain di hadapan penggemarnya kemudian beralih pada sekelompok orang berdiri di hadapan meja panjang dengan mata yang ditutupi kain hitam, berpakaian formal, dan sebuah kamera model lama ber-reflektor bulat di atasnya, di balik meja yang dikerubungi tersebut duduk seorang wanita dengan pakaian berpotongan leher V dan topi picture besar hingga yang terlihat hanya bagian hidung serta bibirnya saja.

Seperti apa sebenarnya lagu yang akan dijadikan PV kali ini? Berhubungan dengan pers dan penggemarkah?

Mata Rui melirik Gen kembali sebagai si pembuat cerita. Ketika itulah Rui sadar bahwa rasa penasarannya pada Gen bukan hanya terletak pada storyline, melainkan pada hubungan pria itu dan Rena, apa karena hubungan itu juga Gen meminta Rui sebagai modelnya, kalau ya, mungkin setelah ini Rui akan memutuskan berhenti dari dunia hiburan dan akan lebih dalam menenggelamkan diri ke desain interior.

Jadi, dengan banyak keberanian dan sedikit batin yang sok dikuat-kuatkan, Rui bertanya, "Kudengar kau sendiri yang memintaku untuk menjadi modelmu, benar?"

Kepala Gen mendongak, tanpa menghentikan permainan gitarnya kemudian menengok ke sekeliling ruangan seperti mencari sesuatu.

Sementara Rui memicingkan matanya menunggu jawaban.

Apa pria itu sedang meledeknya seolah-olah ia transparan di sini? Wah, kalau sampai iya, rasanya sepatu botnya wajib sekali masuk ke mulut pria itu.

Kemudian seperti tersadar, Gen menoleh ke arah Rui. "Kau bertanya padaku?"

Hah?

Rui menelengkan kepalanya, tak habis pikir pria yang terlihat begitu nakal di PV yang ia lihat di YouTube bisa sebodoh itu di kenyataan, memang benar ternyata, bekerja di dunia entertaimen tak perlu memiliki otak cemerlang, cukup kegilaan yang luar biasa.

"Aku tak bisa melihat hantu jadi, ya, kau," ungkapnya dengan rahang mengatup hingga suaranya terdengar berat.

"Ah, sayang sekali, padahal bisa bicara dengan hantu kelihatannya menyenangkan." Gen menjawab setengah bercanda dan sadar bahwa ia hanya tertawa sendiri, hingga mau tak mau kembali serius. "Ya, aku memang menyebut namamu."

"Apa karena Rena yang memintanya padamu secara khusus?" sebagian diri Rui tak percaya bahwa pria seperti Gen bisa dimanfaatkan Rena pada awalnya, namun setelah melihat Gen yang nampak asyik dengan dunia pria itu sendiri, Rui jadi tak yakin dengan penilaiannya. Bisa saja Gen memang sengaja berada di apartemen Rena malam itu agar ia percaya bahwa Rena memang memiliki kekasih yang sungguh dicintai atau Gen tak sadar bahwa dirinya dimanfaatkan hingga memungkinkan dirinya yang menjadi model Nexus merupakan permintaan dari Rena secara tersirat.

Mata Rui cepat-cepat menyapu ruangan dan berfokus pada pintu utama, takut-takut Rena masuk memberi kejutan bersama kamera wartawan kemudian mulai mendrama soal kesedihannya kehilangan sahabat dan tak tahu bahwa Zenzo adalah kekasihnya.

Kuno.

Dari buku detektif yang ia baca, jika seseorang ditanya kemudian menjawab terlalu cepat, maka ada kebenaran yang ditutup-tutupi. Rui sudah berpegangan teguh pada hal tersebut dan jika sampai Gen menjawabnya terlalu cepat, Rui sudah bisa mengambil kesimpulan.

Sayangnya, Gen tak langsung menjawab, pria itu menaikkan alis kirinya kemudian membuat wajah yang-benar-saja dengan kepala terteleng.

"Sudah delapan bulan kami tak berkomunikasi," ungkap Gen.

"Apa karena kontroversiku?"

Gen tertawa bersamaan dengan terbukanya pintu ruang ganti, memunculkan seorang make up artist berambut jagung yang dipotong sebahu, seorang pria kurus tinggi dengan wajah tipe kepala sekolah serta Keiko yang berdiri agak jinjit lantaran terhalang pria tinggi di depannya. Mereka terdiam melihat Gen tertawa hingga kepalanya bersandar di sofa.

"Tidak, tidak sama sekali. Kami tidak sekejam itu memanfaatkan penderitaan orang lain demi menaikkan jumlah penonton." Gen menjawab setelah tawanya mereda kemudian berdiri, meraih bajunya yang sudah digantungkan stylist. Di tangan kanan membawa baju sementara tangan kirinya mengangkat gitar, rokok yang tinggal setengah tersebut masih terselip di antara bibirnya ketika Gen keluar dari ruang ganti.

Sepeninggal Gen, Rui kembali memikirkan kalimat pria itu. Mungkin benar, mungkin juga itu hanya kalimat yang Rena suruh untuk ucapkan kalau Rui curiga. Siapa tahu, kan? Buktinya ia ditipu habis-habisan oleh sahabatnya selama 6 bulan. Orang yang menurut Rui takkan pernah membelot.

Sementara Kishimoto yang tak sengaja menyaksikan hal tersebut bersama Keiko membawakan kontrak sama-sama terdiam di depan pintu menatap Rui yang memunggungi mereka dengan canggung.

Sementara Rui bersiap, Gen bergabung bersama Nexus di panggung kecil bulat di set yang berhadapan dengan set Rui. Beberapa figuran sudah berada di posisi sementara personil Nexus melemaskan otot.

Kuro, drummer Nexus, menguyah permen karet sambil melenturkan pergelangan tangannya, kostumnya hanya berupa kaus lengan panjang hitam yang keduanya lengannya ditarik hingga siku memperlihatkan dua handband di pergelangan tangan sementara rambut sedikit ikalnya dibiarkan berantakan. Jiro, gitaris Nexus, memantik rokok baru setelah menambahkan blazer di atas kemeja tartan merah hitamnya, rambutnya kali ini dipangkas pendek dan disisir rapi hingga piercing di telinga Jiro terlihat jelas. Ryo, bassis Nexus, sibuk memainkan sembarang nada hanya untuk melenturkan jemarinya, tak mau kalah keren dengan Jiro, Ryo dipilihkan kaus hitam dirangkap mantel merah, dan Gen menghisap rokoknya dalam-dalam kemudian mengembuskannya perlahan menunggu gitarnya diambilkan.

"Kau sudah bertemu Rui?" bisik Ryo menempelkan dirinya pada Gen hingga lengan mereka berhimpit. "Dia seperti yang tabloid katakan?"

"Kurang lebih." Gen menjawab enteng sambil menerima Gretsch Duo Jet hitam kebanggaannya meski dalam proses rekaman Gen menggunakan Les Paul Studio.

"Wah, jadi dia sering ... berhalusinasi?" Jiro ikut campur dalam percakapan meski matanya yang tajam menyapu satu per satu wanita yang menjadi figuran mereka. Mungkin ada yang lumayan menarik untuk dijadikan teman minum setelah syuting selesai.

"Yang pasti dia tak bisa melihat setan," kemudian menatap dua teman bandnya tersebut bergantian, "jadi kalau nanti kalian diabaikan, jangan tersinggung, kalian gaib di matanya."

Kuro mendengus setengah tertawa. "Gen masih mau kalian dengarkan?"

Jiro dan Ryo mengangguk, membenarkan ucapan Kuro yang selalu tepat, Gen itu takkan mau membeberkan pendapatnya tentang orang lain, jadi percuma saja bertanya pada Gen, takkan dijawab serius.

Sutradara mulai memberi aba-aba untuk bersiap, Gen menghabiskan rokoknya terlebih dahulu sebelum berdiri di balik mikrofon. Figuran pria dan wanita berpakaian bebas mulai berkumpul di area depan panggung sebanyak 30 orang, beberapa di antaranya mengenakan topi yang ditarik terlalu ke bawah hingga menghalangi mata mereka.

Clipper ditutup dan dalam hitungan mundur drum menggema di seluruh ruangan, bersahutan dengan hentakan drum Kuro mengikuti guide sound. Gen memainkan ritme sementara Jiro melodi dan jemari Ryo lincah memainkan bagiannya. Mereka menikmati permainan sementara mata mereka melihat kursi kosong di balik meja hitam panjang tempat nantinya Rui akan duduk di sana.

Karena yang diambil adalah semua scene close up, maka kamera berpindah dari wajah Gen ke Jiro ke Ryo ke Kuro hingga mendengar kata cut. Lagu dimainkan lagi di bagian tertentu sesuai highlight dari masing-masing personil, selalu khusus untuk Kuro mendapat eagle eye agar seluruh set drum Kuro yang rumit tersebut bisa masuk ke kamera.

Setiap pergantian shot, make up artist dan stylist buru-buru mendatangi mereka di panggung, mengelap keringat, membenarkan tatanan rambut, baju, hingga aksesoris yang sekiranya melenceng saat take tadi.

Gen masih berdiri di atas panggung saat menyulut rokok keenamnya hari ini dan berbincang serius dengan Kuro ketika tiba-tiba Ryo dan Jiro menepuk lengannya dengan ketukan 2/2.

"Lihat, lihat, dia datang!" bisik mereka hingga memaksa Gen berbalik, meninggalkan Kuro yang hanya mengintip dari celah tubuh personil lain yang berdiri menghalangi pandangannya dari model mereka.

Kizu Rui masuk ke set miliknya dengan gaun merah berpotongan terompet yang dijinjing agar tak tersandung hingga memperlihatkan stiletto merah senada dengan gaunnya. Sementara wajah Rui tak begitu terlihat lantaran topi picture lebar bergelombang menutupi hingga pertengahan hidung wanita itu, namun bibir tipis berwarna delima sengaja menjadi poin utama yang diperlihatkan. Aksesoris lainnya adalah sarung tangan lace hitam batas buku jari Rui.

Rui dibimbing duduk di balik meja marmer hitam dan diarahkan oleh sutradara mengenai shot yang akan diambil. Tak ada yang melenceng dari bayangan Gen, Rui terlihat angkuh, anggun, dan sesuai untuk karakter lagunya. Tak salah pilih, matanya memang terlatih untuk melihat karisma seseorang meski dengan baju gembel sekali pun.

"Gila, itu yang Mizuhara tinggalkan?" Ryo tak percaya dengan matanya, ia terus berseru sepanjang Rui mencontohkan gerakan yang Takai perintahkan, meletakkan dagunya di telapak tangan dan telunjuknya di depan bibir. "Mungkin Mizuhara itu sedikit buta dan sedikit tolol?"

"Wanita itu ditinggalkan untuk wanita seperti Rena, perlu kau ingat itu." Jiro menimpali agak tak simpatik.

"Aku lebih suka tipe yang seperti dia ketimbang Rena." Kuro menyahut dari balik drum sebelum menenggak air dinginnya. "Tapi tentu saja selera setiap orang berbeda, bukan?" ia menambahkan dengan santai ketika Jiro menatapnya datar.

Namun Gen setuju dengan pemikiran Ryo, Mizuhara itu sedikit tak berotak lantaran melepaskan Rui, wanita dengan kesan kuat yang mampu menangani apa pun justru dilepaskan demi Rena? Sudah pasti Mizuhara itu tololnya tak tertolong, tak beda dengan dirinya yang salah tingkah dan tak mengerti mengapa ia harus salah tingkah di hadapan Rui tadi.

"Bersiap!" Takai berteriak begitu menuruni set Rui. Kali ini wide shot yang akan menyorot set Gen serta set Rui dalam waktu bersamaan.

Kamera kembali disiapkan, pencahayaan ditinjau, dan ketika itulah Rui sedikit mendongak, memperlihatkan sebelah matanya yang terhalang bayangan topi hingga iris biru langit menjadi satu-satunya yang terlihat dari jarak pandang Gen.

Rui menilai Nexus cepat-cepat di balik topi lebarnya. Gitaris yang terlihat kejam dengan mata tajam juga tindik telinga lebih dari 5, bassis yang tak henti-hentinya menyengir membuat pria tertinggi di Nexus tersebut nampak jauh lebih muda ketimbang personil lainnya, drumer yang nampak tak tertarik dengan apa pun selain drum di hadapannya, serta Gen yang ... meredupkan sinar teman-temannya.

Pria itu sebenarnya tak berdandan lebih mahal ketimbang dua orang yang juga berdiri di depan, hanya berupa kemeja merah dengan dua kancing teratas yang dibiarkan terbuka, jaket kulit hitam, celana jins hitam serta rider boots, tanpa kalung ataupun gelang yang melekat. Tak seharusnya pria nampak begitu nakal dalam balutan sederhana seperti itu.

Pasti pemeran figuran wanita di hadapan Nexus sedang berharap diajak minum setelah ini, lihat saja mata wanita-wanita itu seolah berbentuk hati dengan rona kemerahan di pipi yang terlalu nyata.

"Camera! Rolling!" Takai melirik Rui dan Gen bergantian. "Action!"

Intro terdengar samar saat kilatan kamera saling menyambar, membuat wajah Rui timbul tenggelam dalam kilatan cahaya, seperti yang diarahkan, Rui menurunkan topinya beriringan dengan hentakkan drum sebagai pembuka. Intro mengalir sempurna dengan ritme gitar tanpa vokal.

"Belum puas jugakah mereka? Setelah ini apa lagi yang mereka inginkan?" Gen mulai bernyanyi meski suaranya tertimpa guiding sound. "Berpura lupa akan dosanya dan dengan mulut-mulut yang lebih rakus melahapku bulat-bulat, menjauhlah!

"Tak hentinya menjilati lukaku, suara kesakitankulah yang mereka inginkan. Dipermainkan dengan ular di balik lensa, aku seperti terpenjara! Tubuhku tak berdaya, ah, aku tawanan iblis dan mimpi buruk ini semakin menjadi hingga sulit untuk kutanggung, aku bisa gila!"

Kemudian beberapa orang dari figuran penonton Nexus yang mengenakan topi baseball melesak maju, menanggalkan topinya hingga terlihat jelas bahwa mata mereka tertutupi kain hitam dan perlahan sekali orang-orang tersebut mengarahkan kamera ke arah personil Nexus hingga membuat personil Nexus terganggu.

"Pacu terus hingga kita hancur lebur, bawa aku pergi! Berdua kita akan menerangi satu sama lain, mari berkendara menuju surga, mendahului hari esok dan menghabiskan sepanjang malam dengan kebahagiaan!"

Saat itulah Rui tersadar mengapa Gen menyebut namanya sebagai model. Seluruh lirik yang ditunjukkan oleh Nexus merupakan bentuk kemuakan pada reporter yang tak kunjung memberi mereka ruang untuk bernapas bahkan tak ragu untuk mengorek luka yang hampir mengering agar uang lebih banyak mengalir, tidakkah Nexus-lebih tepatnya penulis lagu ini-begitu membenci media?

Jelas sudah siapa orang-orang yang berpakaian formal membawa kamera atau penggemar Nexus yang juga matanya tertutup kain hitam.

Ular di balik lensa.

Mencari uang dari penderitaan orang lain kemudian tersenyum bodoh seolah lupa dengan apa yang mereka tulis hingga menyebabkan seseorang-mungkin-berpikir untuk menghabisi nyawanya malam itu juga.

"Cut!"

Adegan demi adegan terus berlanjut, pengambilan sudut hingga perubahan scene, termasuk scene saat anggota Nexus dan Rui duduk bersama di belakang meja panjang dengan wajah malas dikerumuni lebih banyak figuran berkamera dan kilatan kamera yang lebih menyakitkan retina hingga Gen harus beberapa kali menutup matanya bukan karena akting.

Syuting baru berakhir 6 jam setelahnya, Rui menundukkan kepalanya kepada staf yang ia temui di perjalanan menuju ruang ganti bersama Keiko yang sudah meletakkan jaket mustang ke pundak Rui. Sambil menahan senyumnya agar Keiko tak curiga, Rui tak menyesal menerima pekerjaan ini meski dengan banyak resiko ke depannya, satu kali lagi resiko takkan berpengaruh banyak pada reputasinya yang sekarang, lagi pula ia bertanggung jawab atas dirinya sendiri, jadi tak masalah kalaupun keputusan yang ia ambil sekarang merupakan sebuah kekeliruan.

Kuro masih memerhatikan hasil jepretannya tadi, berusaha memilih tiga kover dari sekian banyak foto yang diambil untuk dipakai dan memilih satu dari tiga sebagai kover utama. Ketika ia mencoba meminta pendapat Gen, pria itu sedang menghapus riasannya dengan mata yang beberapa detik sekali menatap pintu.

"Ada apa?" tanyanya.

"Huh? Tidak ada." Gen kembali berpaling dan melepas pakaiannya, mengganti dengan kaus Pink Floyd lagi sebelum berpura-pura memeriksa ponsel.

"Biasanya model PV akan datang ke sini, tapi yang ini tidak, ya?" Kuro menarik kesimpulan begitu pintu terbuka dan Gen memejamkan matanya terlampau erat seperti menahan emosi karena Kishimoto-lah yang muncul, bukan mantan kekasih suami Rena.

Sambil menenteng kamera di tangan, pria itu mengatakan, "Wawancarai Kizu~san tentang pendapatnya mengenai PV juga single kalian yang ia bintangi. Untuk keperluan behind the scene promosi di YouTube." Kemudian menyerahkan kamera tersebut ke tangan Kuro dan berbalik pergi.

"Kenapa ..." Jiro yang sudah pasti akan bertugas sebagai MC menoleh pada anggota lainnya, "kenapa tidak minta ganti manajer utama saja sih? Dia itu menyebalkan tujuh turunan!"

Meninggalkan Jiro dengan kejengkelannya, mereka berdiri di depan ruang ganti dengan nama Kizu Rui ditempel di depannya. Kuro bersiap dengan kamera yang merekam, Jiro berdiri di depannya, sementara Ryo dan Gen berdiri di balik kamera selagi Jiro mengetuk pintu tersebut.

"Permisi," ucapnya sambil mengetuk pintu yang dijawab dengan suara lembut seorang wanita.

"Hai?" wanita bertubuh mungil dengan rambut cokelat dikepang satu dan syal tebal membuat celah yang hanya cukup memuat wajah wanita itu saja.

"Kami ingin mewawancarai Kizu~san, bisa?"

"Tentu," wanita itu menoleh ke belakang sesaat sebelum membuka pintu lebar, mempersilakan mereka masuk.

Sepertinya barusan Rui belum selesai menge ... Jiro tertegun begitu melihat wajah Rui polos tanpa make up. Kulit putihnya nampak terlalu putih hingga digaruk sedikit mampu menimbulkan bekas kemerahan, bibirnya semakin terlihat tipis dengan warna merah muda alami, sementara matanya yang nampak tajam tak mengalami perubahan berarti dengan atau tanpa eyeliner dan wanita itu sama sekali tak terganggu dengan kenyataan Jiro membawa kamera.

"Ah, maafkan aku Kizu~san, bisakah aku mewawancaraimu sebentar saja? Ini akan tayang di kanal YouTube kami."

Sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket dan mengambil kacamata baca bulat dari atas meja, Rui mengangguk. "Tak masalah." Kemudian menyematkan kacamata tersebut di wajahnya dan memakai topi.

"Kau tak ingin pakai make up lebih dahulu?"

"Eh?" Rui menutup mulutnya, gestur umum bahwa ia sedikit malu, "apa aku terlihat jelek tanpa make up?"

"Tidak, tidak," Jiro buru-buru mengoreksi. "Biasanya wanita takut tampil tanpa make up, bukan?"

"Oh, aku langsung pulang, jadi akan merepotkan jika harus bermake up lagi." Rui nampak tak terganggu meski kalau sudah masuk Internet akan dilihat jutaan orang dan sudah pasti akan mendapat respon bermacam-macam.

"Oke, kalau begitu kita mulai saja, ya." Jiro berbalik pada kamera. "Jiro desu, kami baru saja menyelesaikan syuting untuk PV terbaru kami, New Ark, ini sudah pukul 10 malam omong-omong, dan sekarang aku bersama model PV kami kali ini, Kizu Rui~san," ia sedikit menyingkir diiringi tepuk tangan heboh yang terlalu dibuat-buat dari personil lain, Rui berdiri sedikit tegang dengan senyum irit ke kamera. "Kizu~san, pukul berapa Anda sampai ke lokasi?"

"Pukul 3 pagi, langsung dari bandara ke sini." Wajahnya memang nampak mengantuk, tapi tidak terlihat seperti wanita yang belakangan memenuhi majalah Ibu Kota dengan gosip percintaannya.

"Apa yang kau lakukan ketika tahu kau ditawari menjadi model PV kami?"

"Ah ..." Rui memutar balik kejadian tersebut. "Sepertinya aku sedang liburan saat manajerku menawarkanku untuk jadi model PV kalian. Saat pertama tentu saja tak percaya karena setelah aku mengecek di YouTube video kalian ditonton oleh banyak orang, agak sedikit gugup ketika take tadi sebenarnya."

"Oh, ya?" Jiro kembali berkomentar semangat. "Padahal menurutku kau terlihat natural sekali saat gambar diambil tadi."

Sebagai jawaban Rui hanya menyengir sambil menggeleng kecil.

"Kau kan sudah dengar lagu kami, apa pendapatmu tentang lagu tadi?"

"Musik kalian tak seperti musik yang sedang digandrungi kebanyakan anak muda, ya, tapi justru itulah ciri khas kalian, kurasa. Karena aku jarang mendengar melodi seperti itu di industri musik sekarang, terdengar sedikit tua namun anehnya sangat menyegarkan di tengah musik seragam yang merajai pasaran."

Saat itu, Gen yang awalnya acuh tak acuh langsung mendongakkan kepala, menatap Rui lamat-lamat dan tanpa sadar mengacungkan ibu jarinya. Biasanya, model mereka hanya akan mengatakan bahwa musik mereka bagus, mereka menyukainya, blah blah, bahkan Rena yang dekat dengan Nexus pun tak pernah mengatakan secara spesifik mengapa menyukai Nexus selain karena dirinya dan Kuro yang tak mudah didekati.

"Karena ini sudah larut, maka ini pertanyaan terakhir, tolong berikan semangatmu pada kami!" Jiro menepuk kedua tangannya di depan wajah.

Kamera beralih pada wajah Rui seluruhnya. "New Ark patut didengarkan karena tak hanya menggambarkan satu keadaan individu, tapi bisa masuk ke semua lini soal pelanggaran privasi yang sering kali kita abaikan sebagai masyarakat. Kurasa ini akan menjadi lagu penutup tahun yang menggairahkan."

"Ah, terima kasih." Kuro serta tiga orang personil Nexus lain menundukkan kepala atas pujian yang Rui berikan.

"Ya, cut!" Kuro berseru dari balik kamera.

"Kizu~san," Jiro menambahkan, "boleh foto bersama tidak?"

"Tentu." Rui berdiri di tengah empat pria, di sisi kiri diapit Jiro sementara Gen didorong paksa untuk berada di sisi kanannya, Kuro sendiri berada di belakang Rui bersama Ryo yang sedari tadi hanya menyengir lebar tanpa memberikan komentar apa pun.

Berbeda dengan Gen yang tanpa kamera, Rui menyadari perubahan seketika saat kamera terarah pada Gen, pria yang terlihat pendiam tersebut seketika berubah sedikit lebih liar. Gen menunjukkan pose andalan band Kiss dengan mengangkat jari telunjuk dan kelingkingnya sambil menjulurkan lidah. Berbeda dengan Kuro yang tetap mempertahankan sisi cool baik ada kamera ataupun tidak dan dua orang lain yang terlihat ceria cenderung mesum.

"Kami akan mengunggahnya di akun resmi band kami, boleh, kan?"

Rui menimbang sedikit sebelum menjawab. Namun, baru Rui membuka mulut, Gen menyambar, "Sebaiknya kita simpan hingga PV dirilis, untuk promosi di media sosial, lebih baik ambil foto ulang dengan wajah Rui yang tertutup agar fans tambah penasaran."

Ide Gen diiringi seruan kagum dari member lain. "Memang paling bisa menggoda." Jiro berkomentar sambil menaikkan lagi kameranya. "Ah, Kizu~san, mau ditutupi pakai apa wajahnya?"

Rui hampir menurunkan topi untuk menutup wajahnya namun lagi-lagi kalah cepat dengan Gen, pria itu sudah melebarkan kedua tangannya di depan wajah Rui. Mengubah posisi di belakang tubuh wanita itu.

Kembali, seruan itu semakin keras dan semakin panjang. "Gila, kau baru saja menyiram bensin ke atas tumpukan daun kering, Gen~chan, gila!" Ryo, entah terkagum-kagum atau tak habis pikir, berseru sambil bertepuk tangan, menyingkir ke depan agar Kuro tetap di belakang, sebuah permintaan tak terucap yang sepertinya sudah dipahami personil lainnya.

Gen perhatikan meski tanpa high heels Rui masih terlihat cukup tinggi, puncak kepala Rui tepat berada di bawah telinganya. Setelah mendapat foto kedua, mereka keluar dari ruangan Rui, namun tak lama, ketika Rui sedang membereskan pena dan bukunya ke dalam tas, Gen kembali masuk, meminta Keiko keluar dengan sopan.

"Ah, maaf, apa ini mengganggumu?" Gen terlihat canggung dengan sesekali mengusap tengkuknya, berkali-kali ia melihat pintu dan melihat wajah Rui kembali, takut-takut kepergok personil lainnya mungkin.

"Tidak masalah, ada apa?"

Wajah Rui justru membuat bulu kuduknya meremang, terlihat jelas bahwa bibir tipis tersebut tak begitu mementingkan basa-basi, mungkin salah-salah bicara ia bisa didamprat dan dikeluarkan dari ruang ganti dengan bokong mencium sol rider boots Rui.

"Anu, kau sudah pernah dengar lagu kami belum?" ia tahu jawabannya, namun tetap bertanya, ketika Rui hanya menaikkan sebelah alisnya, Gen menambahkan, "ah, maksudku ... apa kau pernah satu judul lagu-aku bicara apa sih?" Gen berakhir dengan bergumam sendiri, menggaruk belakang kepalanya dan berbalik menghampiri pintu. "Tidak jadi, maafkan aku."

Rui yang melihat terkekeh sendiri, tapi karena penasaran, ia menahan Gen. "Tunggu, Gen~san ..., aku juga punya pertanyaan."

"Oh?" Gen menoleh dengan tangan yang sudah menggapai kenop pintu.

"Kenapa kau berubah drastis ketika ada dan tiada kamera?" ia baru menyadari hal tersebut sesaat tadi, Gen yang terlihat mendominasi bisa-bisanya gugup.

"Ah, itu ..." canggung mendapat pertanyaan tersebut, Gen kembali mengusap tengkuknya, kemudian menyisir rambutnya cepat-cepat, "tidak sedrastis sekarang sebenarnya, aku tak begitu suka pencitraan, tapi entah kenapa ... sekarang jadi lebih canggung."

Ada sebuah penekanan di kata 'sekarang' yang Gen ucapkan, seolah kata itu mengandung arti lebih dari sekedar penjelasan waktu oleh Gen dan berharap Rui mengerti artinya.

Rui diam sesaat sebelum mengangguk. "Hanya itu."

Hampir Gen berbalik lagi, namun rasanya akan sama malunya jika ia kembali ke ruangannya dan mendapat senyuman meledek dari personil lain kalau tak mengatakannya pada Rui, jadi katakan saja sekarang.

Ia berbalik lagi, "Kizu~san, aku membuatkan sebuah lagu untukmu saat melihatmu kali pertama di televisi sehubungan dengan kasus Rena dan Mizuhara~san, mungkin lagunya tak sepenuhnya cocok karena aku hanya melihatnya lewat televisi dan berita yang kudengar hanya melalui kacamata tukang gosip, tapi jika kau tak keberatan, bisakah kau mendengarkannya?"

Lagi, untuk sesaat Rui tertegun, matanya yang datar dan bibir tipis yang selalu terlihat menghina itu tak menunjukkan ekspresi apa pun di mata Gen, Rui tak terbaca, kebanyakan ia melihat wajah Rui seperti orang yang sedang menahan amarahnya, jadi ia tak tahu apakah Rui sedih, senang, atau ingin membunuhnya sekarang juga.

"Oke, akan kudengarkan, judulnya?"

"Blurry Eyes. Lagunya sedikit terdengar tua, memang. Aku sengaja ingin membuatmu, jika kau mendengarnya, terkesan bahwa lagu itu dari entah tahun kapan, mereka, dua manusia itu, tak pantas mendapat perhatian lebih dari hari itu, Kizu~san."

Rui mengangguk, menenteng tas punggung dari bahan kulit hitam ke pundaknya, menandakan bahwa ia takkan menahan lebih dari lima menit di sana. "Terima kasih atas perhatiannya dalam kasus tersebut, aku tak tahu harus marah karena kau mengomersialisasikan kepedihanku atau bahagia karena kau memerhatikanku, yang bahkan tak kau ketahui keberadaannya."

Tak ada kebanggaan dari mata cokelat Gen, pria itu seperti seorang pujangga lainnya yang memandang dunia kelam, menyerap segala kesedihan, dan menceburkan diri dalam ketidaksehatan pikiran untuk mendapat sentuhan emas dalam setiap karyanya.

"Ini," Gen menyodorkan sebuah kartu nama miliknya ke hadapan Rui, "tolong beritahu aku tanggapanmu tentang lagu itu, aku akan sangat senang mendengarnya." Ia menundukkan kepalanya sekilas kemudian keluar dari ruangan Rui.

"Oh, satu lagi, apa lagu ini menggambarkan keadaanmu yang sekarang?"

Senyum Gen terlihat polos sebelum kepalanya menunduk sedikit sambil berbalik. "Kutunggu komentarmu, sampai jumpa."

Tak dijawab, sialan.

••••

Guiding sound: Lagu yang diputar saat pengambilan gambar sebuah video klip agar memudahkan dalam proses editing.

O spring, I've yet to see;
when I lose my way and stop
You, who brought me a dream;
now your gaze carasses me

Lyricist: Yumi Matsutoya


Alasan kenapa pilih lagu ini karena pernah dikasih penjelasan kalau lagu ini menggambarkan kerinduan yang akrab tapi belum pernah dialami, macam de javu, tahu kebahagiaan kayak apa tapi belum pernah ngerasain bahagia.

Fyi, di negara empat musim, kesedihan digambarkan musim dingin dan kebahagiaan digambarkan dengan musim semi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro