Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 02

    Min Hyuk keluar dari mobil yang baru saja mengantarkannya untuk kembali ke kediamannya. Masih lengkap dengan seragam SMA dan juga ransel yang menggantung di bahu kirinya, dia segera bergegas menaiki tangga yang tidak begitu tinggi untuk menjangkau pintu rumahnya. Dia pun segera membuka pintu dan segera bergegas menuju lantai dua. Dan seperti biasa, sebelum bisa menjangkau tangga Kepala Pelayan Seo selalu menyambut kedatangannya dan membuatnya menghentikan langkahnya.

    "Di mana adikku?" tegur Min Hyuk.

    "Beliau sedang berada di ruangan Ketua Lee, Tuan Muda."

    Mata Min Hyuk sekilas melebar mendengar penuturan dari Kepala Pelayan Seo, dia pun menyerahkan ranselnya pada pria paruh baya tersebut dan berjalan menyusuri lantai satu. Dan sudah bisa dipastikan kemanakah dia akan pergi.

    Langkah itu kemudian terhenti tepat di depan pintu ruang kerja ayahnya yang sedikit terbuka hingga membuatnya mampu melihat keadaan di dalam, di mana terdapat beberapa orang berjas yang sudah bisa dipastikan bahwa itu adalah anak buah dari ayahnya. Min Hyuk kemudian sedikit mendekat ke arah pintu dan berhasil menemukan sosok adik kecilnya yang berdiri di samping sosok ayahnya yang terduduk dengan menyilangkan kakinya. Pandangannya kemudian tertuju kepada dua orang yang berlutut di hadapan ayahnya dengan beberapa orang menahan punggung mereka. Dan tanpa ia sadari bahwa sorot matanya semakin menajam ketika melihat pemandangan tersebut.

    Byung Hun mengulurkan tangannya ke samping dan salah seorang anak buahnya kemudian menyerahkan Revolver ke tangannya dan membuat dua orang yang berlutut di hadapannya tampak ketakutan. Dan di detik selanjutnya salah seorang langsung bersujud di bawah kakinya untuk memohon ampun.

    "Bos, aku mohon ampuni aku. Aku berjanji aku tidak akan mengulanginya, aku mohon ampuni nyawaku kali ini saja."

    "Apa yang kalian lakukan? Cepat singkirkan orang ini!" geram Byung Hun dan sempat membuat Tae Hyung tersentak di saat kedua tangannya saling bertautan di depan tubuhnya karena merasa begitu takut, terlebih ketika beberapa orang menarik kembali pria yang baru saja bersujud di kaki ayahnya itu.

    Perhatian Tae Hyung kemudian teralihkan oleh Byung Hun yang mengulurkan Revolver tersebut padanya. Dengan tatapannya yang sedikit gemetar, Tae Hyung memberanikan diri untuk menatap wajah ayahnya.

    "Ambil ini!" suara Byung Hun yang tiba-tiba melembut namun tak menghilangkan ketegasannya itu terdengar. Pria itu mendapati keraguan di wajah putra bungsunya tersebut.

    "Kau tidak mau mendengarkan perkataan ayahmu?"  Teguran kedua masih dengan nada bicara yang sama seperti sebelumnya.

    Memilih mengajari putranya secara halus dibandingkan dengan menggunakan kekerasan, karena dia sendiri tidak tahu apa saja yang telah dilakukan keluarga Kim terhadap putra bungsunya.

    "Ambillah! Jika kau ingin menjadi orang yang hebat seperti kakakmu."

    Pandangan yang sempat menunduk itu perlahan kembali bertemu dengan tatapan hangat sang ayah yang seakan ingin meyakinkannya. Perlahan tangan itu terangkat untuk mengambil Revolver di tangan ayahnya dan tanpa diketahui bahwa sang kakak yang sedari tadi mengamati dari luar telah mengepalkan tangannya kuat-kuat ketika melihat sang adik mengambil Revolver tersebut dari tangan ayahnya.

    "Sekarang, bunuh mereka!" Byung Hun memberikan sebuah perintah.

    Mata Tae Hyung terbelalak, begitupun dengan dua orang yang berlutut di hadapannya yang kemudian kembali memberontak dan memohon ampun.

    "Bos, aku mohon jangan lakukan ini. Bagaimana dengan anakku? Aku masih harus membesarkan mereka."

    "Cepat lakukan, jangan membuat ayahmu kecewa."

    Seketika tangan Tae Hyung gemetar, seumur-umur dia belum pernah membunuh seseorang. Tapi tunggu, sepertinya dia pernah melakukannya sebelumnya ketika menyelamatkan Min Hyuk saat pembantaian yang terjadi di kediaman Keluarga Kim. Namun sekarang situasinya berbeda. Waktu itu Tae Hyung hanya melakukannya dengan refleks, tapi sekarang dia benar-benar harus membunuh seseorang yang jelas-jelas tengah meronta memohon ampunan dari sang ayah. Dia takut, sangat takut. Dia tidak bisa menyembunyikan ketakutan yang kini menguasai hati dan tubuhnya.

    Tae Hyung perlahan mengangkat Revolver tersebut menggunakan kedua tangannya yang bergetar hebat di saat keringat dingin yang perlahan keluar dari pelipisnya. Dan saat itu sang kakak justru menghela napasnya dan memilih untuk bersandar di samping pintu, tampak tak ingin melihat apa yang sebentar lagi akan terjadi di dalam sana.

    "Lakukan sekarang, Kim Tae Hyung."

    "Bos, aku mohon jangan lakukan ini."

    "Sekarang, Kim Tae Hyung!!!"

Tepat saat itu, Tae Hyung menutup matanya rapat-rapat ketika tangannya menarik pelatuk Revolver beberapa kali dan mengenai kedua orang yang sebelumnya berlutut di hadapannya tersebut. Dan ketika ia tak mendengar suara kedua orang yang sebelumnya memberontak tersebut, perlahan dia membuka matanya dengan kedua tangan yang terjatuh lemas ketika pada akhirnya dialah yang membunuh kedua orang di hadapannya. Napasnya tercekat, matanya memanas hingga Revolver yang masih berada di tangannya terjatuh begitu saja di samping kakinya.

    Byung Hun memberi isyarat agar para anak buahnya membawa pergi kedua jasad pengkhianat tersebut. Dia kemudian bangkit dan berdiri berhadapan dengan putranya yang hanya memandang lantai dengan tatapan kosong. Dia kemudian memeluk singkat putra bungsunya tersebut.

    "Kau melakukannya dengan baik, putraku," ujarnya penuh dengan kebanggaan dan melepaskan pelukan singkat itu kemudian berjalan keluar dengan membawa senyuman yang menunjukkan kepuasannya. Meninggalkan si bungsu yang masih terpaku di tempat.

    Byung Hun sempat menghentikan langkahnya di depan pintu ketika melihat Min Hyuk berdiri di sana dan hal itu sempat membuat keduanya saling bertemu pandang sekilas sebelum akhirnya Byung Hun pergi tanpa sepatah katapun. Begitupun dengan Min Hyuk yang melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan menghampiri Tae Hyung yang masih terlihat begitu terguncang. Hingga kedatangannya tersebut mampu menarik sedikit perhatian dari Tae Hyung yang perlahan mengangkat wajahnya dan bertemu pandang dengannya.

    "Kakak ..." lirih Tae Hyung dengan binar mata yang menunjukkan ketakutan.

    Min Hyuk pun kemudian meraih tengkuk sang adik dan membawanya ke dalam rengkuhannya, berusaha untuk menekan ketakutan sang adik yang sama sekali tak membalas pelukannya ketika perlahan bahu itu mulai berguncang.

    "Apapun yang terjadi, aku akan tetap di sampingmu. Tidak ada yang perlu kau takutkan," gumam Min Hyuk.

    Sebuah pernyataan keluar dengan nada bicara yang begitu lembut di saat raut wajah terlihat begitu datar. Namun selembut nada bicara tersebut, Tae Hyung merasa aman dalam rengkuhan hangat sang kakak yang baru ia temui beberapa hari yang lalu.



~The Little Monster~



    Hari berganti dan seperti biasa, Min Hyuk menyelesaikan tugas normalnya sebagai pelajar SMA. Dan karena tidak ada kelas tambahan hari itu, dia pulang lebih sore. Tanpa mempedulikan orang-orang yang berlalu lalang di rumahnya, dia segera bergegas ke lantai dua. Dan hal pertama yang ia lakukan adalah mengecek kamar Tae Hyung untuk memastikan keberadaan anak tersebut. Setelah tinggal beberapa hari dengan adiknya tersebut, perlahan bibirnya mampu membuat seulas senyum tipis yang kian melebar dari hari ke hari ketika ia menemukan adiknya tersebut. Perasaan kesepiannya selama ini sedikit terbayarkan oleh kehadiran Tae Hyung meski hingga kini adiknya tersebut tidak pernah tersenyum padanya. Jangankan tersenyum, berbicara pun Tae Hyung hampir tidak pernah.

    Min Hyuk perlahan membuka pintu kamar berwarna putih tersebut dan tatapan matanya yang sempat melembut beberapa waktu lalu kembali menajam ketika tak mendapati siapapun di dalam kamar. Dia pun bergegas masuk ke dalam kamar, mengecek kamar mandi dan kamar ganti yang terpisah dan segera melangkahkan kakinya keluar dengan langkah yang terburu-buru ketika ia tak mendapati Tae Hyung berada di kamarnya.

    Min Hyuk kembali menuruni tangga menuju lantai bawah dengan bahu yang sudah terbebas dari ransel yang telah ia geletakan di dalam kamar Tae Hyung sebelumnya. Saat hampir menjangkau lantai bawah, pandangannya menangkap sosok Kepala Pelayan Seo. Dia pun segera menghentikan langkah Kepala Pelayan Seo yang hampir pergi jauh.

    "Paman ..."

    Kepala Pelayan Seo menghentikan langkahnya dan berbalik, mendapati Min Hyuk yang berjalan ke arahnya. Dia pun segera datang menghampirinya dan sekilas menundukkan kepalanya ketika telah berhadapan dengan Min Hyuk.

    "Adakah yang bisa aku lakukan untukmu, Tuan Muda?"

    "Di mana adikku?"

    "Aku melihat bahwa beliau pergi ke halaman samping beberapa waktu yang lalu."

    Kedua alis Min Hyuk saling bertautan, tidak biasanya Tae Hyung pergi keluar karena setiap kali Min Hyuk pulang ,dia selalu menemukan Tae Hyung terdiam di dalam kamar. Tanpa berucap sepatah katapun, Min Hyuk meninggalkan Kepala Pelayan Seo dan segera bergegas keluar rumah lalu berjalan menuju halaman samping. Dia mengarahkan pandangannya ke seluruh penjuru dan setelah beberapa saat dia berhasil mendapati punggung Tae Hyung yang sedikit tertutupi oleh dedaunan dari pohon hias yang sedikit lebih tinggi di bandingkan dengan tinggi tubuh pemuda tersebut.

    Min Hyuk pun berjalan mendekati Tae Hyung. Semakin dekat jaraknya dengan Tae Hyung, rasa penasaran akan apa yang tengah dilakukan oleh adiknya kini semakin bertambah dan membuat dahinya mengernyit tanpa ia sadari.

    "Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tegur Min Hyuk dengan hati-hati.

    Teguran halus yang kemudian membuat Tae Hyung menolehkan kepalanya ke belakang dengan raut wajah yang tak menunjukkan perasaan apapun dan membuat Min Hyuk menatapnya penuh dengan selidik.

    "Aku bertanya padamu, kenapa kau bisa ada di sini?" Min Hyuk kembali menegur.

    Perlahan tubuh itu berbalik dan betapa terkejutnya Min Hyuk ketika melihat tangan Tae Hyung yang berlumuran darah dengan sebuah pisau dapur di tangannya. Minhyuk kemudian mendekat, memutus jarak di antara mereka dan meraih kedua tangan Tae Hyung dengan kedua tangannya. Dibuangnya pisau tersebut dari tangan Tae Hyung dan kemudian memeriksa adakah luka di tangan yang berlumuran darah tersebut.

    "Apa yang sebenarnya kau lakukan? Darah siapa ini? Kenapa bisa sampai seperti ini?" Pertanyaan beruntun yang menunjukkan kekhawatiran seorang kakak kepada adiknya, di saat sang adik tak memberi jawaban apapun akan kekhawatiran tersebut.

    Min Hyuk kemudian beralih pada wajah Tae Hyung yang juga terkena darah dan jawaban yang tak kunjung datang dari mulut Tae Hyung semakin menambah kekhawatirannya.

    "Apa kau terluka? Katakan sesuatu padaku. Jangan diam saja seperti ini."

    Tepat setelah perkataan itu terhenti, Tae Hyung mengangkat tangan kirinya dan meraih telapak tangan Min Hyuk lalu menurunkannya. Dia kemudian sedikit berbalik ke arah ia menghadap sebelumnya dan menggunakan tangannya untuk menunjuk sesuatu yang berada di tanah.

    Min Hyuk pun menjatuhkan pandangan nya pada obyek yang ditunjuk oleh Tae Hyung. Dan mata itu seketika terbelalak ketika mendapati seekor kucing tergeletak dengan tubuh yang berlumuran darah. Apakah Tae Hyung yang sudah membunuh kucing tersebut? Tatapan terkejutnya kemudian berubah menjadi tatapan bingung sekaligus tak percaya, bagaimana mungkin Tae Hyung bisa membunuh seekor kucing.

    Min Hyuk kemudian mengembalikan pandangannya pada Tae Hyung dan memberikan tatapan prihatin pada adiknya tersebut ketika tidak ada penyesalan sedikit di raut wajah itu.

    "Ikut denganku sekarang," ujar Min Hyuk dan kemudian menarik lembut tangan Tae Hyung meninggalkan halaman samping dan berjalan masuk ke dalam rumah.

    Keduanya berjalan dengan langkah yang terburu-buru dan dengan Min Hyuk yang tetap menuntun tangan Tae Hyung agar mengikuti langkahnya dan sempat menarik perhatian Kepala Pelayan Seo ketika mendapati keduanya berjalan menyusuri tangga.

    Min Hyuk membawa Tae Hyung masuk ke dalam kamarnya dan tanpa menutup pintu dia segera membawa Tae Hyung ke dalam kamar mandi. Menutup pintu dari dalam dan membawa Tae Hyung untuk berdiri di bawah shower.

    Tae Hyung yang tak mengerti apa yang tengah dilakukan oleh Min Hyuk hanya bisa terdiam dengan raut wajahnya yang sama sekali tidak menunjukkan perubahan apapun. Min Hyuk kemudian menyalakan air dingin shower yang kemudian membasuh tubuh mereka berdua. Lalu dengan cepat dia meraih kembali tangan Tae Hyung dan membersihkan tangan sang adik.

    "Kenapa kau melakukan hal ini?"

    "Apa Kakak marah padaku?" sebuah gumaman yang terucap untuk pertama kali di pertemuan mereka sore ini.

    "Tidak ... aku tidak marah padamu," sangkal Min Hyuk dengan cepat. Dia tidak marah, hanya rasa khawatirnya yang mungkin terlalu berlebihan.

    Min Hyuk kemudian membuka kemeja yang dikenakan oleh Tae Hyung dan melemparnya sembarangan arah, membiarkan air yang keluar dari shower membasuh tubuh sang adik yang kembali diam setelah menggumamkan kalimat sebelumnya.

    Min Hyuk kemudian mematikan shower dan perlahan Tae Hyung memberanikan diri untuk menatap wajah Min Hyuk yang terlihat begitu khawatir padanya meski dia tidak tahu bahwa itu adalah tatapan khawatir dari seorang kakak dan malah mengira bahwa Min Hyuk sedang memarahinya. Dan hal itu pula yang kemudian membuatnya kembali menunduk.

    Min Hyuk yang sempat terdiam pun kemudian mengangkat tangannya dan menaruhnya pada puncak kepala Tae Hyung. Namun saat itu Tae Hyung justru sedikit melangkah mundur dan membuat Min Hyuk terheran. Melihat tingkah Tae Hyung selama ini, sepertinya Keluarga Kim telah memberi trauma berat kepada adik kecilnya tersebut.

    Tatapan Min Hyuk perlahan melembut, dia pun benar-benar menyentuh puncak kepala Tae Hyung yang tertunduk. Disibakkannya rambut yang menutupi kening adiknya tersebut dengan seulas senyum yang lebih lebar dari sebelumnya dan berhasil ditangkap oleh Tae Hyung ketika dengan takut-takut ia mencuri pandang ke arah Min Hyuk.

    Min Hyuk kemudian berkata, "aku ini kakakmu, kenapa kau selalu bersikap seperti ini kepada kakakmu sendiri?"

    "Maaf ..." gumam Tae Hyung takut-takut.

    Min Hyuk kemudian menangkup wajah Tae Hyung menggunakan kedua tangannya dan mengusap bekas darah yang memudar karena terbasuh oleh air sebelumnya.

    "Ketika seseorang berbicara padamu, kau harus melihat lawan bicaramu."

    Takut-takut Tae Hyung mengangkat pandangannya dan kembali menemui seulas senyum di wajah sang kakak.

    "Sekarang, jawab pertanyaanku. Kenapa kau membunuh nya?"

    "Ayah mengatakan bahwa aku harus membunuh terlebih dulu jika ingin dijadikan sebagai anggota keluarga," gumam Tae Hyung.

    Senyuman tipis yang sempat bertengger di bibirnya tiba-tiba menghilang dan digantikan oleh tatapan tak percaya nya di saat ia menarik tangannya menjauh dari wajah Tae Hyung. Sekilas mengalihkan pandangannya, namun tak lama karena dia segera mengembalikan pandangannya pada sang adik.

    "Apa kau terluka?"

    Tae Hyung menggeleng.

    "Maukah kau berjanji padaku?"

    Tanpa memikirkan apapun, Tae Hyung mengangguk pelan.

    "Mulai hari ini kau hanya akan mendengarkan apapun yang aku katakan. Dan hanya aku yang harus kau percaya, kau mengerti?"

    Lagi, Tae Hyung mengangguk. Min Hyuk kemudian menarik tengkuk Tae Hyung dan memeluknya. Menyampaikan kekhawatirannya yang mungkin tidak bisa dipahami oleh Tae Hyung ketika ia mengucapkannya dengan lisan.




The Little Monster




    Pagi itu, setelah sarapan bersama sang adik. Minhyuk menyuruh adiknya untuk kembali ke dalam kamar sedangkan dirinya sendiri menemui ayahnya di ruangannya sebelum berangkat ke sekolah. Diketuknya pintu di hadapannya tersebut dengan raut wajahnya yang kembali terlihat begitu dingin.

    "Ini aku, Lee Min Hyuk."

    "Masuklah!"

    Min Hyuk kemudian segera membuka pintu dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam, menutup pintu dari dalam sebelum akhirnya menghadap sang ayah yang terduduk dengan santai di belakang meja kerjanya ditemani dengan secangkir kopi dengan asap yang masih mengepul di sisi kiri mejanya.

    "Ada keperluan apa sehingga kau datang kemari?" tegur Byung Hun.

    "Anak itu, mulai hari ini aku yang akan bertanggung jawab atas anak itu."

    Perkataan tanpa basa-basi yang membuat sebelah alis sang ayah terangkat ke atas, sedikit heran namun tertarik atas ucapan putranya barusan.

    "Ada masalah apa sebenarnya?"

    "Aku tidak meminta apapun, aku hanya ingin adikku menjadi milikku seorang."

    Pernyataan tegas Min Hyuk membuat Byung Hun menarik sudut bibirnya, dan rasa bangga itu terpancar dari sorot matanya ketika melihat sosok putra sulungnya yang tampak begitu arogan ketika menginginkan sesuatu.

    "Lakukan sesuka hatimu jika itu bisa membuatmu senang."

    "Mulai besok, dia akan kembali bersekolah. Dan mulai hari ini, aku tidak akan mengampuni siapapun yang berani menyentuhnya!" tandas Min Hyuk. Dan setelah tak ada hal lagi yang ingin ia sampaikan, dia pun berbalik dan bergegas untuk meninggalkan ruangan tersebut. Namun ketika ia membuka pintu, pergerakan nya terhenti ketika ayahnya tiba-tiba bersuara.

    "20 tahun, kau bebas melakukan apapun padanya hingga dia berumur 20 tahun."

    Sebuah negosiasi singkat yang sempat mempertemukan tatapannya dengan tatapan tajam milik putra sulungnya, sebelum akhirnya sang putra yang menghilang dari balik pintu tanpa sepatah katapun yang terucap dari mulutnya. Entah dia menyetujui perjanjian atau justru mengabaikannya, Lee Byung Hun tidak ingin tahu. Yang dia tahu bahwa kini lah saatnya Keluarga Lee berada dalam posisi teratas pada rantai makanan.

    "20 tahun, aku harap kau tidak akan mengecewakan ayahmu ini ... Lee Min Hyuk."

Selesai di tulis : 20.05.2019
Di publikasikan : 01.06.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro