video6. di meja ruang klub, aku melakukan hal bodoh
Pertemuan pertama klub videografi pun dilaksanakan. Pemberitahuannya diinfokan melalui grup LINE kami yang beranggotakan lima orang. Sungguh, apa murid-murid sekolah ini tidak mempunyai minat terhadap seni sinematografi? Menyedihkan sekali.
Pertemuan akan dilaksanakan di ruang klub sehabis pembelajaran selesai. Walau tiga anggota barunya berada di kelas yang sama, kami tidak berangkat ke sana bersama-sama. Kau tahu alasannya apa.
Yang pertama tiba adalah aku; sedikit sudah bisa diduga (biasanya murid perempuan selalu lebih rajin juga, kan?). Namun aku bingung melihat punggung Osuka-senpai di kursi tengah sisi meja dekat pintu. Kupikir itu sisi untuk tiga anggota kelas satu.
"Kenapa Senpai duduk di situ?" Aku tidak ragu bertanya karena dua kakak kelas itu sudah kuanggap baik pada pertemuan pertama.
Wajah Osuka-senpai tampak terlalu senang. "Kenapa? Kau boleh duduk di sana kok, Serizawa-chan."
Memang aku akan duduk di sana kok, ketika melihat kursinya kosong. Sisi meja lebih dalam tempat para kakak kelas biasa duduki. Bahkan sudah ada Kazuki-senpai di kursi satunya.
"Senpai ini sudah tua." Kazuki-senpai yang sedang bermain ponsel tiba-tiba menyeletuk. "Usia kalian terpaut dua tahun."
"Apa sih, Zuki-kun." Osuka-senpai nyolot. "Aku cuma duduk di sini, bukan berarti aku mengincar salah satu dari mereka."
"Iya, iya," jawab Kazuki-senpai malas.
Aku menaruh tas di meja, kemudian duduk berbarengan dengan pintu klub yang kembali dibuka.
Miguno-kun datang. Tapi dia tidak bergerak maju lagi, pintu klub pun masih terbuka. "Benar ruang klub videografi?"
Aku berdecak keras sekali. "Aku kan ada di sini!"
"Kau bilang kau ikut klub lari."
Sudah, jangan dilayani lagi.
"Halo." Osuka-senpai yang kukira pemalu di pertemuan pertama, menyapa Miguno-kun yang beranjak duduk di sebelah kirinya. "Kau Miguno-kun apa Nagare-kun?"
Aku membulatkan mata tak percaya. Bukankah dia pernah mengobrol dengan Nagare-kun langsung?
"Memang aku tampak mirip dengan Ryou, ya?" Miguno-kun santai menanggapi. "Tidak pernah ada yang bilang padaku sebelumnya."
"Tidak kok. Dia memang sulit mengingat wajah seseorang," timpal Kazuki-senpai, seperti sudah mengenali dan mengerti kakak kelasnya itu.
"Menarik."
"Berarti tinggal menunggu...."
Selagi jantungku mulai bereaksi berbeda lagi, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruang klub. Semua orang di sini tahu siapa pelakunya.
Aku menyembunyikan wajah gelisah.
Osuka-senpai yang membukakan pintu. "Tidak perlu mengetuk segala. Masuk saja, Nagare-kun."
Apakah ada yang mengerti bagaimana perasaanku sekarang?
Biarpun kubilang aku benci padanya, hatiku masih berdebar-debar!
Dia tidak mengucap apa-apa seiring kurasakan kursi di hadapanku ditarik ke belakang. Dia pasti sudah duduk di sana. Ah, Miguno-kun kenapa kau mengambil duduk di sisi itu, sih! Kau selalu merepotkanku tahu.
Osuka-senpai menepuk tangan sekali. "Baiklah karena semua anggota sudah hadir, dan walaupun sesungguhnya pertemuan dimulai sepuluh menit lagi, kita langsung mulai saja, ya. Pertemuan pertama klub videografi tahun ajaran baru!"
Aku mengangkat wajah, langsung terlihat dari sisi penglihatanku Ryou-kun tengah memerhatikan Osuka-senpai. Jangan duduk di sana, bodoh!
"Pertama-tama sesi perkenalan dulu." Osuka-senpai berdiri dengan cukup heboh. "Aku Osuka Airi kelas 3-3. Tahun ini menjabat sebagai ketua klub videografi. Mohon bantuannya." Dia membungkukkan badan.
"Kazuki Misaki. Kelas 2-1. Mau tidak mau menjabat sebagai wakil ketua klub. Mohon bantuannya-Aw!"
Osuka-senpai mencubit tangan adik kelasnya.
Sambil mengusap bekas cubitan seolah sudah sangat sering menerima kekerasan seperti itu, Kazuki-senpai melanjutkan penjelasan. "Untuk kalian bertiga, sekalian sebutkan sama alasan bergabung, ya. Tidak perlu resmi dan kaku, ungkapkan alasan sejujurnya saja. Aku ingin kita semua menganggap satu sama lain sebagai teman dan bukannya kakak atau adik kelas. Mari buat klub ini menjadi klub yang nyaman dan dekat untuk para anggotanya."
"Dimulai dari siapa?" Aku yang bertanya.
"Batu kertas gunting saja."
"Perempuan biasanya selalu pertama." Miguno-kun mulai usil tanpa dia sendiri sadari. "Kau juga satu-satunya perempuan di sini."
Osuka-senpai menengok cepat. "Lalu aku?"
Miguno-kun tiba-tiba berdiri. Aku tahu dia merasa bersalah. "Miguno Kai. Tidak perlu menyebutkan kelas karena kami sama-sama berasal dari kelas 1-6. Lalu alasanku bergabung karena... mungkin iseng."
"Bukannya kau bilang ingin menemaniku?" Jelas sekali aku tersinggung oleh perkataannya. Dia tidak bilang begitu kemarin!
Miguno-kun mengarahkan tatap padaku di serong kanannya. "Benarkah?"
Osuka-senpai menahan hasrat tertawa. Aku menahan hasrat mengubah diri menjadi iblis.
"Oke-oke selanjutnya Serizawa-san dan Nagare-san silakan batu gunting kertas."
Aku melotot ke orang di sampingku. "Tinggal dua orang untuk apa batu gunting kertas segala!"
Osuka-senpai melepaskan tawanya.
"Astaga. Iya. Terserah kau saja deh." Kazuki-senpai pasrah lagi.
Tetapi tidak ada di antara aku dan Ryou-kun yang berdiri untuk memulai perkenalan. Dan aku masih belum juga menatap dia. Tidak akan pernah!
"Ayo." Kazuki-senpai kehilangan kesabaran.
"Kau dulu saja." Aku bergumam pelan.
"Oke."
Dia berdiri. Tubuh tingginya hampir menggagalkan usahaku untuk tidak menatapnya hari itu.
"Aku Nagare Ryou. Sekelas dengan Kai dan Serizawa-san. Apa 'tidak ada alasan' termasuk ke dalam alasan bergabung, Senpai?"
Entah senpai mana yang dia maksud.
Kedua senpai di sini pun sama-sama menyahut.
"Iya. Tentu saja." Ini Kazuki-senpai.
"Bebas kok, Nagare-kun." Ini Osuka-senpai.
"Kenapa alasannya tidak ada yang bermutu, sih?" Ini Serizawa Yuna yang tahun depan akan dipanggil senpai.
Aku tidak tahan untuk segera berdiri, di tengah Ryou-kun yang juga masih berdiri.
"Serizawa Yuna. Satu kelas dengan Miguno-kun dan Ryou-kun. Alasanku bergabung tentu saja karena mempunyai minat yang tinggi dalam membuat video-video berseni tinggi dan estetis, dan untuk menghibur murid-murid SMA Uchida." Level percaya diriku mencapai takaran tertinggi.
"Bukannya karena ditawari menjadi model?"
"Apa sih, Senpai. Tidak begitu kok." Aku menjawab jujur.
"Serizawa-san menjadi model?" Miguno-kun menimbrung.
Segera kulayangkan pelototan ke arahnya. "Apa? Mau protes?"
"Tidak. Kupikir juga cocok."
....
Dasar tidak bisa ditebak.
Aku kembali duduk saat Osuka-senpai menyadari ada yang salah dengan perkataanku barusan. "Tadi kau menyebut Nagare-kun dengan 'Ryou-kun'?"
Semua orang menatap padaku. Aku menatap Ryou-kun yang juga sedang menatapku.
"Eh?"
Apa dunia sebentar lagi kiamat?
Apa semut bisa memakan gajah?
Apa teman-temanku akan senang jika aku menikah dengan Ryou-kun?
Apa aku bisa jalan-jalan ke luar negeri?
Apa suatu saat aku akan menguasai bahasa spanyol?
Apa aku masih punya wajah untuk datang ke klub videografi?
Tentu saja tidak!
Yuna benar-benar bodoh.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro