video26. di lorong depan kelas, aku tak berani masuk ke sana
Bertahun-tahun menyukai Ryou-kun, anehnya aku tak pernah memikirkan saat-saat ini akan terjadi. Saat di mana Ryou-kun menungguku selesai klub untuk pergi ke suatu tempat berdua. Suatu tempat yang telah dijanjikan untuk kami datangi berdua meski itu sesederhana toko buku.
Apa sebelumnya saat memasuki lapangan untuk latihan sepak bola dia tahu di mana aku berada makanya menghampiri? Apa dia juga diam-diam memerhatikanku dan kebetulan saja pandangan kami tak pernah menyatu di detik yang sama?
Sudahi pikiran berlebihanmu, Yuna.
Untungnya perolehan waktu lariku tak terlalu jauh dibanding sebelumnya meski otakku tak berada di jalur lari. Aku sudah berlatih mengendalikan luapan perasaanku agar tak terlalu memengaruhi apa pun.
Saat aku telah berlari sebanyak tiga kali melintasi jalur, menyangga tubuh dengan tangan di lutut di pinggir lapangan, aku sudah akan melepas ikatan rambutku lagi saat dia tiba-tiba muncul di belakangku lagi, selalu dengan berbisik.
"Aku tunggu di kelas ya, Serizawa-san."
Hanya satu kalimat itu saja, tapi tubuhku kembali dibuat lumpuh.
Kutolehkan kepala ke arah berlalunya lelaki itu. Sisa sinar mentari senja membuatnya terlihat semakin berkilau.
"Serizawa-san, sudah, jangan pacaran terus."
Seorang anak kelas satu yang baru selesai berlari bersamaku memperingati sambil setengah geli.
"Dia bukan pacarku," aku menormalkan suara, berusaha tidak kedengaran senang.
"Apa iya?"
"Iya."
Tidak akan pernah menjadi pacarku. Setidaknya selama masa SMA. Eh?
Kemudian, tak pernah kuduga kebahagiaan ini dirusak oleh Kai.
"Pulang?"
Dia persis muncul setelah kegiatan benar-benar berakhir. Anak-anak meminum air dari botol dan kembali bersama-sama ke ruang klub di gedung olahraga.
Aku selalu curiga Kai sebenarnya selalu menontoniku berlari di lapangan atau tahu kapan kegiatan klubku berakhir. Dia terlihat seperti teman yang setia. Yang selalu muncul ketika aku tidak membutuhkannya.
"Aku mau ke toko buku," jawabku enteng, mengelapi keringat dengan handuk.
"Bareng siapa?"
"Nagare-kun."
"Maksudmu kau sedang berhalusinasi?"
Aku berhenti mengelap, menghunuskan tatapan tajam padanya. Tapi dia tak membiarkanku berkomentar apa-apa karena kulihat dia sudah menempelkan ponsel ke telinga.
"Oi, Keparat, kau mau pulang sekarang?"
....
"Khusus hari ini, dan demi kebaikanmu sendiri, aku akan naik kereta."
....
"Kau berhalusinasi? Tidak mungkin Yuna mau pergi bersamamu ke toko buku."
Kurebut ponsel itu darinya.
"Berhenti memanggilnya Yuna, Bajingan-"
"Nagare-kun?"
"Eh?"
Panggilan langsung dimatikan oleh pihak seberang. Namun masih sempat kudengar suara napasnya yang belum stabil sehabis berkegiatan klub. Apalagi harus menaiki tangga lagi menuju ruang kelas kami.
Kai menengadahkan telapak tangan meminta ponselnya kembali. Aku menyerahkannya dengan kebingungan di wajah. Aku habis mendengar apa, sih?
"Boleh aku ikut?"
Tidak bisakah dia memberiku ruang untuk bernapas?
Aku melihati wajah tanpa raut berartinya sambil memikirkan jawaban netral. Tapi bukankah Kai sudah tahu tentang perasaanku ke Ryou-kun? Jika begitu harusnya dia peka dong!
Aku mendelik saja, memilih tak menjawab, berlalu dari depannya. Dia hanya menguji dan mengerjai. Dan aku tak lagi berada dalam kondisi terang-terangan mengeluh-kesahkan isi hatiku. Sehabis berlari, otakku serasa ikut kehabisan tenaga.
Aku mampir ke ruang klub untuk berganti baju. Setelah itu pergi ke gedung kelas tanpa perasaan berdebar berlebihan di dada, seolah hendak jalan-jalan bersama seorang teman biasa. Semua rasa lelah ini mengalihkan pikiranku dari bayangan indahku bersama Ryou-kun nanti.
Oke, cukup.
Aku tiba dari arah pintu depan kelas yang terbuka. Kuduga dia berdiam di mejanya, sendirian, membaca catatan pelajaran hari ini.
Kukira tak ada seorang pun di kelas yang mengalahkan kerajinan lelaki itu termasuk temannya sendiri yang meraih peringkat pertama nilai tertinggi ujian masuk. Bahkan seingatku tak pernah kutemukan Kai sedang mengulas pelajaran seperti yang biasa aku dan Ryou-kun lakukan. Apa dia mulai lelah bersaing sia-sia dengan sobatnya itu?
Tetapi, begitu kuintip sedikit-sedikit ke dalam ruang kelas, tak ada benda apa pun di atas mejanya selain lengannya yang ditumpukan malas. Posisi yang persis sama ketika wajahnya memerah di mimpiku. Dia tak sedang mengulas pelajaran.
R-Ryou-kun ngapain?
Tumben sekali melewatkan sedikit pun waktu di sekolah tanpa belajar.
Barulah debaran yang tertunda itu akhirnya muncul, tiba-tiba membikin kakiku sulit digerakkan dan wajahku yang tak kuingin dia lihat dulu. Aku berpikir aku harus menyiapkan mental.
Ponselku di tas bergetar tanpa suara.
Nagare Ryou
Masih lama?
Serizawa Yuna
Sedang ada briefing dulu bersama kakak kelas
Kenapa aku berbohong, sih.
Dia tidak membalas lagi.
Ryou-kun akan semakin lama menunggu jika aku terus berdiam di sini. Bisa saja dia membatalkan ajakan.
Tapi... tapi... aku belum siap!
Tapi ini kan bukan kencan? Kami hanya ke toko buku sepulang sekolah. Tidak sama-sama berjanji bertemu di hari libur. Iya iya, ini bukan kencan!
Nagare Ryou
Kau tidak pegal?
Serizawa Yuna
Eh?
Nagare Ryou
Berdiri terus di lorong
Aku ketahuan?
Nagare Ryou
Masuklah
Nagare Ryou
Tidak ada siapa-siapa di sini
Nagare Ryou
Hanya kita berdua saja
Memalukan sekali ya, Yuna?
Aku memasukkan ponsel kembali ke tas, tak ada langkah lain lagi untuk menunda.
"Serizawa-san!"
Seseorang muncul dan menyapaku dari ujung lorong menuju sini, tubuhku separuh terlihat di pintu.
Aku memekik, berbarengan dengan orang itu tiba di hadapanku. Otomatis melihat ke dalam kelas yang cuma dihuni Ryou-kun seorang dan aku yang hendak masuk.
Irido-san tersenyum penuh arti. "Lain kali saja. Maaf ya, sudah mengganggu waktu kalian. Mata ne."
Di dalam kelas, Ryou-kun sudah tak lagi menumpu dagu ke meja, matanya memandangku yang melotot kaget memandangnya.
Aku membuat gerakan lambat itu; bersembunyi lagi. Menunduk mengirim pesan ke Ryou-kun.
Serizawa Yuna
Aku belum siap
Serizawa Yuna
Maaf, tolong ajak aku lagi nanti
Hari ini, dan mungkin sebab mimpi indahku yang terasa luar biasa nyata, aku merasa cukup. Aku tak sanggup lagi menerima luapan kebahagiaan lainnya dari Ryou-kun. Sudah cukup. Segini saja aku sudah kelimpungan.
Nagare Ryou
Begitu ya?
Serizawa Yuna
Tolong ajak aku lagi nanti
Nagare Ryou
Iya, iya
Kami tak pernah bertukar pesan sebanyak ini sebelumnya.
Nagare Ryou
Tenagaku juga habis
Serizawa Yuna
Habis?
Nagare Ryou
Kau kira, menghampirimu melewati lapangan begitu, ditonton banyak sekali orang, dan mengajakmu pergi ke suatu tempat bersamaku sepulang sekolah, tidak memerlukan keberanian?
Nagare Ryou
Dan kau menyuruhku melakukannya lagi?
Nagare Ryou
Kau ini sungguh merepotkanku, Serizawa-san
Serizawa Yuna
Hahahaha
Serizawa Yuna
Ajak aku lagi, ya?
Nagare Ryou
Iya
Hatiku seperti berwarna pink.
Nagare Ryou
Omong-omong, Serizawa-san
Nagare Ryou
Besok aku ulang tahun
....
Kenapa memberi tahuku?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro