video0. di ruang kelas semasa sekolah dasar
Aku tidak tahu apa anak perempuan berusia enam tahun sudah mempunyai hormon ketertarikan terhadap lawan jenis atau belum. Sudah bisa menilai apa laki-laki yang dilihatnya ganteng atau kurang ganteng.
Tapi seingatku... aku memang menyukai Ryou-kun sejak tahun pertama sekolah dasarku.
Alasannya sederhana. Bukan karena dia pernah menyelamatkanku dari para perundung, membantuku mengambilkan buku di rak tertinggi, atau kejadian mengharukan lainnya.
Aku menyukai Ryou-kun karena dia itu... ganteng.
Dan tinggi.
Hei, Yuna. Apa sih yang kau makan hingga hormonmu meledak-ledak seperti ini di usia sedini itu?
Alasan lain juga karena teman-temanku sering menyama-nyamakan kami berdua. Maksudnya begini.
"Kalau dilihat-lihat, Yuna-chan dan Nagare-kun itu mirip, ya? Mata kalian sama-sama besar dan kalian adalah dua murid tertinggi di kelas ini."
"Nagare-kun peringkat pertama dan Yuna-chan pun peringkat kedua."
"Kalian cocok sekali!"
Namun obrolan itu hanya terus berputar di lingkaran pertemananku. Tak ada murid lain di kelas yang tahu bahwa sebenarnya Nagare Ryou dan Serizawa Yuna itu mirip! Ini tidak adil.
Selain itu, Ryou-kun cukup populer di kalangan murid-murid perempuan. Aku sering mendengar mereka memuji Ryou-kun diam-diam soal Ryou-kun yang berwajah enak dipandang. Laki-laki satu itu memang jarang berinteraksi dengan perempuan, sih. Membuat semakin penasaran saja.
Meski kuakui aku adalah gadis yang lumayan agresif, tetapi terhadap Ryou-kun aku tak pernah berani mendekatinya duluan. Padahal dia bukan jenis murid laki-laki nakal yang suka mengejek para gadis dengan sembarangan. Ryou-kun terlihat seperti murid yang sopan.
Dan karena kepopulerannya tersebut, Ryou-kun sering terkena gosip sedang dekat dengan seorang gadis. Lalu gadis lain lagi tahun berikutnya. Begitu terus sampai kupikir aku sangat tidak mempunyai harapan. Tapi sungguh aku tidak pernah percaya anak SD itu bisa memulai hubungan percintaan seperti orang-orang dewasa. Jadi aku bisa sedikit merasa lega.
Interaksiku dengan Ryou-kun tidak banyak. Tetapi ketika saat itu terjadi, hari itu selalu menjadi hari terbaikku dalam tahun tersebut.
"Serizawa-san." Dia sampai di mejaku dengan tumpukan buku murid-murid kelas yang akan diantarkannya ke ruang guru.
Saat itu sesungguhnya pekerjaan rumahku telah selesai. Tetapi karena tiba-tiba aku berhasrat ingin mengobrol lebih lama dengannya, aku berkilah. "Aduh, sepertinya catatanku tertinggal di rumah."
Dia melirik sebuah buku di mejaku. "Lalu itu apa?"
Bodoh, terlihat sekali sedang berpura-puranya!
Mataku bergerak-gerak gelisah sambil senyum sekenanya. "Ah, ini punya temanku di kelas sebelah." Aku langsung menyimpan harta bendaku itu ke kolong meja.
Ryou-kun melihatku curiga. Tapi sayangnya dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan lanjut berjalan ke meja berikutnya.
Hasilnya aku dipanggil ke ruang guru esok harinya.
Namun ternyata, bukan aku seorang yang terkena omelan guru karena dianggap tidak mengerjakan tugas.
"Kalian berdua itu bagaimana, sih. Kompak sekali tidak mengumpulkan tugas di saat semua murid lain yang peringkatnya di bawah kalian mengumpulkan. Kalian berkomplot, ya?"
Aku dan Ryou-kun berpandangan sebentar. Dan yang Ryou-kun dan sensei tersebut tidak tahu, saat itu jantungku nyaris jatuh karena berdebar dengan kelewat cepat.
Ryou-kun berdiri di sebelahku!
Tapi omong-omong ini aneh sekali. Jelas sekali kulihat bukunya Ryou-kun berada di urutan paling bawah tumpukan yang dibawanya kemarin. Lalu kenapa....
Ah, Yuna. Jangan geer!
Tidak mungkin Ryou-kun rela berkorban seperti itu untukmu!
Bukan berarti aku memandang buruk Ryou-kun, hanya saja... ini terlalu tidak mungkin.
Aku adalah gadis SD yang paling bahagia hari itu.
Jikapun aku tidak menyukai Ryou-kun sejak tiga tahun lalu, di tahun keempatku itu, aku pasti akan menyukai Ryou-kun juga.
Gadis mana yang tidak akan terbawa perasaan oleh sikap pahlawan tersebut?
Tetapi aku sudah bilang, aku jarang berinteraksi dengan Ryou-kun. Jadi meski kejadian itu adalah kenangan terindahku di kelas empat, kami tidak membicarakannya lagi dan kembali beraktivitas seperti biasa.
Ryou-kun, Yuna mengucapkan terima kasih atas sikap baik Ryou-kun kepada Yuna di kelas empat SD.
Yuna harap, Ryou-kun melakukannya lagi, ya!
Iya, Ryou-kun melakukannya lagi di tahun berikutnya.
"Yuna-chan. Sepertinya Tanaka-kun menaruh perasaan padamu."
"Apa?"
Yang menyahut 'apa' tersebut bukan aku atau pun temanku yang lain. Melainkan Ryou-kun yang sedang melangkah melewati obrolan kami.
Aku dan ketiga temanku tersebut menoleh menatapnya, tentu saja dengan sejuta keterkejutan dan pengharapan yang mendadak muncul di hatiku.
"Eh." Dia kembali berlalu. Punggungnya menjauhi jarak pandangku sampai langkahnya mencapai pintu kelas.
Hanya begitu saja, sih. Tapi aku tidak mungkin tidak berharap, kan?
Selanjutnya, yang tidak kuduga. Di tahun terakhir sekolah dasar.
"Teman-teman. Akhirnya Nagare mempunyai pacar!"
Yang berteriak tersebut ketika masuk ke kelas adalah teman terdekat Ryou-kun. Semua murid yang ada di kelas saat itu menahan napasnya selama tiga detik. Kemudian berteriak bersamaan.
"Hei!"
"Cie-cie, Nagare."
"Wah, ternyata dia sudah punya pacar," respons temanku ketika seperti biasa kami berkumpul berempat. Lalu pandangan mereka pun tertuju padaku.
"Apa?" Aku bereaksi bingung di tengah kepalaku yang sulit berpikir.
Ryou-kun sudah punya pacar? Dan dirahasiakan?
"Sabar ya, Yuna-chan."
"Kau pasti bisa menemukan penggantinya kok."
Sisanya mengelus pundakku.
Apa, sih!
Aku kan tidak pernah bilang pada mereka bahwa aku menyukai Ryou-kun. Dan mereka pun hanya menjodoh-jodohkan saja dengan bercanda. Lalu kenapa mereka memberikan tatapan kasihan itu padaku!
Namun air mataku sudah akan keluar.
Ya ampun, Yuna. Kendalikan dirimu!
Nanti akan terlihat sekali kau menyukai laki-laki itu.
"Tahu tidak siapa orangnya? Serizawa!"
"Hah?" Ini aku, yang tersinggung, dan membalikkan punggung ke arah depan kelas.
"Nagare berpacaran dengan Serizawa!"
Hamparan tangisan yang nyaris keluar dari diriku menyurut lalu digantikan oleh debaran maksimum yang menghantam dadaku.
Kemudian....
"Cie...." Satu kelas menyoraki kami berdua.
Wajahku spontan memerah.
Tetapi.
Dia berdiri dari duduknya.
"Apa-apaan itu. Bagaimana mungkin aku berpacaran dengan Serizawa-san."
Satu bentakan yang mendiamkan seisi kelas dan laju detak jantungku.
"Jangan bicara sembarangan."
Tidak, itu memang amarah. Bukan sesuatu yang sering dibuat oleh anak tsundere.
"Aku tidak mungkin mau berpacaran dengan gadis tidak jelas seperti dia."
Apa kau pernah membayangkan, sakit hati pertamamu pelakunya adalah cinta pertamamu sendiri? Yang kau sukai selama seluruh masa sekolah dasarmu?
Aku juga tidak.
Setahuku Ryou-kun tidak sekasar itu.
Apalagi terhadap perempuan.
Satu kelas hening, kompak meluruskan pandang ke arahku saat air mata itu akhirnya terjatuh. Air mata yang memang berarti kesakitan.
Satu detik, dua detik, aku berlari keluar kelas.
"Yuna!"
Aku menyesal telah menyukai laki-laki berengsek itu selama enam tahun masa sekolah dasarku.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro