Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 2

Pemandangan Laut Mediterania dari villa yang terletak di ketinggian tebing, membuat Lucian takjub karena memancarkan kedamaian yang luar biasa. Villa yang berada di atas tebing ini, seolah-olah berada di ambang dunia, yang dikelilingi oleh pemandangan lautan biru yang luas dan tak terbatas.

Cahaya bulan yang memantul di permukaan air, menciptakan kilauan yang menyatu dengan suara ombak yang menghantam lembut dasar tebing menambah rasa tenang. Kalau saja Lucian tidak ada kepentingan, dengan senang hati memilih untuk menikmati keindahan Sisilia. Sayangnya dia masih ada urusan transaksi jual-beli dengan salah satu kelompok mafia di Sisilia.

Keluarga Ferrarolah pemilik villa besar yang ada di atas tebing. Keluarga yang masih mempunyai hubungan erat dengan Cosa Nostra—salah satu mafia terbesar di Italia—itu sangat menjunjung tinggi privasi keluarganya. Pria paruh baya tersebut selalu melakukan transaksi dengan hati-hati, terlebih saat berada di daerah kekuasaannya. Andriano Ferraro selalu menyediakan sopir untuk para tamu-tamunya, demi menghindari celah pengkhianatan untuk menghancurkan bisnis mereka.

Lucian berdiri di depan villa keluarga Ferraro, matanya menyapu sekeliling dengan rasa malas sekaligus penasaraan, karena mendapati beberapa orang—kebanykan pria dengan setelan jas mahal—secara bergantian turun dari mobil. Dia mengenal beberapa dari pria tersebut, ada yang pengusaha. Ada pula yang merupakan politisi, bahkan publik figure terkenal.

"Hari ini sedang ada pelelangan, apa kau tertarik untuk mengikutinya, Tuan deLuca?" Andriano Ferraro menjawab keingintahuan dari tatapan menelisik Lucian.
"Lihat saja nanti, kita lanjutkan transaksinya."

Saat memasuki bagian dalam villa, Lucian merasakan aura tegang langsung mengaur. Langkah-langkah yang menggema di lantai marmer terasa berat, seolah membawa beban tak terlihat. Ruangan besar itu dipenuhi pria-pria berjas gelap, dengan tubuh tegap dan tatapan tajam. Mereka berdiri di setiap sudut—di dekat pintu, sepanjang koridor, di ujung tangga—siaga penuh, mengawasi setiap pergerakan para tamu dengan ketelitian yang nyaris berlebihan.

Mereka seperti bayang-bayang, tak banyak bicara, namun keberadaan mereka begitu nyata. Setiap gerakan kecil mereka menunjukkan disiplin dan kehati-hatian, dan meskipun tak ada satu pun dari mereka yang mengeluarkan sepatah kata, kehadiran mereka mengisyaratkan kekuasaan yang tak terbantahkan dari pemiliknya. Di tengah kemegahan villa, mereka seperti patung-patung hidup, penjaga setia yang menjaga ketat batas-batas wilayah sang penguasa villa.

Rencana awal, hanya untuk menghadiri pertemuan rutin antar kelompok. Hanya sekedar mendengarkan pertemuan singkat, berbincang dengan koleganya yang tak bisa dihindari, dan kemudian kembali ke kenyamanan rutinitasnya yang jauh lebih menyenangkan. Namun, ternyata Adriano tertarik untuk membeli perangkat lunak yang telah dia curi dari perusahaan ternama. Jadi, kenapa tidak sekalian saja.
Selesai bertransaksi, Adriano memandu Lucian untuk mengikutinya memasuki lift kecil yang tampak mewah dan cukup nyaman, kemudian menekan tombol yang akan membawa mereka ke bagian paling bawah villanya.

Lucian melangkah hati-hati melewati lorong sempit yang terletak di bawah villa mewah ini, di mana langit-langitnya rendah dengan udara lembap menyelimuti setiap langkahnya. Cahaya redup dari lampu-lampu gas yang tergantung di dinding menciptakan bayang-bayang panjang yang bergerak mengikuti pergerakan tubuhnya. Di sini, jauh dari mata dunia, di dalam tempat persembunyian tersembunyi, transaksi ilegal sedang berlangsung—lelang para wanita yang diculik untuk dibeli sebagai kesenangan semata.

Lantai beton bergema begitu Lucian menelusuri suara-suara samar obrolan Adriano dengan bawahannya di depan. Suasana di dalam ruangan terasa mencekam, berat dengan hawa kepungan kebisingan samar—perbincangan halus, suara gelas-gelas yang berbenturan, dan sesekali tawa serak yang terdengar tidak wajar. Di sini, Lucian merasa seperti ikan kecil di tengah samudra hitam, tak benar-benar yakin apa yang sedang terjadi, namun ia tidak bisa menarik diri begitu saja.

Begitu dia berbelok di sudut, napasnya tertahan sejenak. Di depannya, ada sekelompok wanita berjalan sedikit sempoyongan saling bersisian dengan pria berjas yang mengawal masing-masing dari mereka. Lucian yakin, mereka sedang berada di dalam pengaruh narkona. Para wanita itu memakai bikini berwarna gelap dibalut jubah tipis mengkilap, dengan tudung jubah yang menutupi kepala mereka.

Dalam sekejap Lucian menyadari bahwa mereka berada di sini bukan atas kemauan sendiri. Tatapan mereka sayu, yang bahkan tidak bisa fokus melihat ke arah orang-orang yang mengawasi dari ujung lorong. Kelompok kriminal yang mempersiapkan mereka untuk acara pelelangan rahasia—pertunjukan untuk para orang kaya yang membosankan dan serakah.

Bukan rahasia umum, jika para kelompok mafia seringkali menculik wanita-wanita secara acak, yang kemudian mereka jual demi mendapatkan keuntungan besar.
Sesaat pandangan Lucian bertemu dengan salah satu wanita di barisan itu, seberkas ketegangan muncul. Matanya tampak sayu, tapi tak bisa menutupi lirikannya yang tajam dan penuh perlawanan, berbeda dari yang lain. Ada sesuatu yang berbeda darinya, seolah dia menolak tunduk sepenuhnya pada nasibnya. Pria itu terpaku sejenak, merasakan dorongan tak terduga untuk campur tangan, meskipun dia tahu risikonya besar.

Mata Lucian menyipit tajam saat melihat wanita berambut merah yang berantakan, menggeliat dalam cengkeraman salah satu pria itu. Wajahnya tegang, penuh tekad, seolah menantang dunia. Tangan kecilnya mencakar, mendorong, dan menghantam dada pria yang mencengkeramnya, sementara sorot matanya tidak menunjukkan ketakutan, hanya kemarahan yang membara.

"Lepaskan aku! Biarkan aku pergi!" teriak wanita itu, suaranya penuh keberanian meski napasnya tersengal. Dengan satu gerakan yang tidak terduga sebelumnya, dia berhasil melepaskan diri. Langkahnya cepat, lari menuju jalan sempit di depan Lucian, seolah berusaha mencuri kebebasan.

Wanita itu menabrak tubuh Lucian dan menatapnya penuh harap, berharap agar Lucian membebaskannya. "Tolong aku," lirihnya.

Namun kebebasan itu hanya berlangsung beberapa detik. Pria lain, lebih besar dan lebih sigap, menangkapnya lagi. Kali ini cengkeramannya lebih kuat, lebih kejam. Lucian melihat wanita itu meronta, tendangannya mengenai lutut lawannya, tetapi ia tetap kalah dalam pertarungan itu. Dia diseret pergi, seperti burung liar yang sayapnya dipatahkan.

Dalam kediamannya, Lucian menggertakkan gigi tanpa dia sadari. Ada sesuatu yang menusuknya dalam, melihat sang perempuan ditangkap seperti itu. Namun, Lucian sendiri tak bisa berbuat banyak. ini bukan wilayahnya, dia tak mengobrak-abrik seenaknya. 

"Kalau saja dia tidak perawan,sudah kujadikan budak dia. Sayagn

Bukan hanya karena ia membutuhkan Eowyn tetap hidup—tetapi karena ada sesuatu dalam api di matanya yang membakar sesuatu dalam dirinya sendiri. "Lepaskan dia," gumamnya, langkahnya mulai maju, setiap gerakannya seperti bayangan yang membawa badai.

Tapi entah kenapa, sekarang ia justru berada di tempat yang jauh lebih gelap dan berbahaya—di sebuah lokasi pelelangan ilegal yang tersembunyi di balik dinding kota yang lusuh, tempat yang hanya dikenal oleh kalangan tertentu.






Namun, saat matanya melintas ke arah panggung utama—sebuah panggung kecil yang diterangi cahaya remang-remang—sesuatu yang tak terduga terjadi. Seorang wanita berdiri di sana, seorang wanita yang langsung menarik perhatian Lucian, bahkan sebelum ia sempat mengerti kenapa.

Dia berbeda. Tidak ada yang biasa dari sosoknya—mungkin itu yang membuat Lucian terpesona. Rambutnya yang gelap tergerai liar di bawah cahaya yang berputar, seakan menyatu dengan kegelapan ruangan, sementara matanya yang tajam memancarkan keheningan yang memikat. Setiap gerakannya, meski tampak tenang, seperti mengundang rasa ingin tahu yang tak bisa ia hindari. Ada sesuatu yang penuh misteri, sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Dia tidak seperti wanita yang biasanya ia lihat, dengan wajah polos dan penampilan yang tak jauh dari citra kemewahan. Tidak, wanita ini lebih dalam dari itu. Ada kekuatan dalam tatapannya—sebuah keteguhan yang bahkan dalam keadaan seperti ini tidak terpermanai. Lucian merasa seolah-olah ia bisa melihat banyak hal dalam sepasang mata itu, seperti ia sedang melihat sebuah cerita yang belum selesai.

Tiba-tiba, sesuatu dalam dirinya bergerak, mendesak. Sakit di dadanya, mungkin—entah apa itu. Sebuah dorongan untuk memiliki, untuk menguasai, untuk menyingkap lebih jauh ke dalam dunia yang tak diketahui. Lucian tahu ia tidak seharusnya berada di sini, tidak seharusnya terlibat dalam transaksi yang jelas tak bisa dibenarkan, tetapi tak bisa dipungkiri—wanita itu mengikatnya dengan cara yang tak bisa ia jelaskan.

Ketika pelelangan dimulai, Lucian merasakan dirinya terhanyut dalam sebuah gelombang yang ia tak bisa lawan. Setiap tawaran yang dilontarkan di sekitarnya terdengar semakin samar, teredam oleh gemuruh yang ada dalam dirinya. Tanpa sadar, ia mengangkat tangan, mengajukan tawaran yang jauh lebih tinggi dari yang ia rencanakan. Semuanya terasa seperti gerakan otomatis—sebuah dorongan yang datang dari sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar rasa penasaran atau keinginan sesaat. Ia bahkan tak memikirkan konsekuensinya.

Tawaran terakhir terucap, dan wanita itu akhirnya menjadi miliknya—bukan dalam arti yang sesungguhnya, namun dalam bentuk yang lebih gelap dan penuh konsekuensi. Lucian merasa hatinya berdetak lebih cepat, jantungnya berdebar tak terkendali, seolah ia telah membuat keputusan yang akan mengubah segalanya. Keinginan yang terpendam, kekosongan yang ia rasakan dalam hidupnya, tiba-tiba seolah terisi oleh sosok wanita itu, meski ia tahu ini bukanlah cara yang benar.

Saat ia mendekatinya, masih ada rasa ragu yang menggelayuti pikirannya—rasa sadar bahwa ia mungkin telah menjerumuskan dirinya lebih dalam ke dalam kegelapan yang selama ini hanya ia amati dari jauh. Namun saat mata mereka bertemu untuk pertama kalinya, ada secercah sesuatu yang sulit dijelaskan dalam diri Lucian—sebuah tarikan yang lebih kuat dari apapun yang pernah ia rasakan sebelumnya.

Dan di sana, di tempat yang terlarang ini, Lucian tahu bahwa dia sudah terperangkap.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro