Chapter 5 - Perasaan Ini
Apakah aku menyukai Tanjirou?’
Jujur saja, aku akan mengatakan yang sejujurnya. Sebenarnya, aku...
.
Aku hanya takut untuk berpikir bahwa Kanao juga menyukaiku.
Aku hanya ingin mengatakan kepadanya bahwa...
.
.
Chapter 5 : Perasaan Ini
Sudah 1 bulan lebih.. tepatnya hampir 2 bulan, Tanjirou dan Kanao telah saling mengenal. Mereka lebih sering berinteraksi satu sama lain sekarang. Rasa canggung pun sudah tidak ada di antara mereka berdua. Benar-benar sudah seperti teman? Lebih dekat dari sekedar teman. Sahabat? Mungkin, itu bisa jadi. Keluarga? Mereka memiliki hubungan yang hampir sama kuatnya dengan keluarga, namun ini berbeda. Kekasih? Mungkin cuma mereka saja yang tahu mengenai yang satu ini. Hubungan mereka berdua masih tidak jelas, apakah mereka hanya menganggap satu sama lain sebagai teman atau lebih, itu masih belum pasti.
Sekarang tak hanya di luar sekolah mereka sering bersama, namun pada saat di sekolah pun mereka juga sering bersama. Terkadang hal itu memunculkan kabar burung di antara warga sekolah yang menganggap bahwa mereka berdua telah pacaran. Meskipun hanya desas-desus saja antara mulut ke mulut namun kabar itu telah menjadi topik yang cukup sering diperbincangkan.
Bagaimana tidak? Seseorang seperti Tanjirou yang memiliki kharisma yang sangat baik terhadap semua orang, dekat dengan seorang gadis pendiam yang sangat cantik namun jarang berkomunikasi dengan orang lain. Bagaimana mereka bisa dekat itulah yang dipertanyakan oleh orang-orang di sekolah. Masalahnya Tanjirou adalah orang yang sangat disegani di sekolahnya, tak sedikit gadis di sekolahnya tersebut yang menyukainya bahkan pernah menyatakan perasaannya kepada Tanjirou. Namun Tanjirou selalu menolaknya secara halus, sangat halus. Dan karena itulah mereka sangat cemburu melihat Tanjirou selalu bersama dengan Kanao.
Sedangkan untuk Kanao sendiri, ia merupakan seseorang yang sangat pendiam di sekolah. Namun Kanao adalah gadis yang juga sangat pintar di kelasnya, ia selalu menjadi nomor satu di kelas. Salah satu kelebihan lain yang dimiliki Kanao tentu saja adalah parasnya yang rupawan, cantik dan sangat anggun. Begitulah pendapat orang-orang yang melihat Kanao selama ini. Tak jarang banyak anak laki-laki yang jatuh hati padanya. Namun karena Kanao adalah tipe orang yang tidak terlalu suka berbasa-basi dengan orang lain apalagi yang belum ia kenal jadi tidak ada satupun pernyataan dari mereka yang ia terima.
Keduanya merupakan orang yang sangat dilirik oleh lawan jenisnya untuk dijadikan pasangan, baik Tanjirou maupun Kanao. Tetapi, kebersamaan dua orang ini justru membuat banyak orang iri hati tentunya. Mereka tidak terima dengan pasangan Tanjirou & Kanao ini. Namun Tanjirou dan Kanao tentu saja tidak terlalu mempedulikan pandangan ataupun komentar negatif dari orang lain. Mereka tetap seperti biasanya, tidak berubah sedikitpun. Tapi, hubungan semacam apakah yang sebenarnya mereka berdua miliki?
.
.
.
Kanao’s POV
Sudah hampir 2 bulan lebih rasanya aku mengenal Tanjirou. Pemuda yang memiliki rambut berwarna hitam kemerah-merahan, memiliki 2 pasang anting hanafuda di masing-masing telinganya dan memilik bekas luka di dahinya yang sepertinya merupakan tanda lahirnya. Tanjirou adalah orang yang baik, penyabar dan sangat ramah terhadap semua orang, terkadang ia juga sering bercanda dan membuat diriku selalu termakan dengan godaannya. Ia mudah sekali membuatku terbawa perasaan, namun justru disitulah kharisma yang diberikan seorang Tanjirou.
Dan setiap kali melihatnya tersenyum, hatiku seketika menjadi hangat dan ingin ikut tersenyum. Senyum yang secerah matahari dan selembut air itu selalu membuatku terpana. Ia juga sangat menyayangi adiknya Nezuko. Sekarang ia tinggal bertiga bersama kakeknya yang bernama Urukodaki dan Nezuko di rumahnya. Tak lupa setiap seminggu sekali ia selalu membeli bunga lily putih di toko bunga Kanroji-san, dan terkadang mengajakku dan Nezuko bersamanya untuk berkunjung ke makam ibunya.
Hampir 2 bulan setelah kami benar-benar mengenal, kami menjadi lebih dekat. Kami sering bercanda, menggoda satu sama lain, bercerita tentang apapun yang sedang terjadi, dan tak jarang kita juga tertawa bersama. Terkadang orang-orang di sekitarku memasang tatapan yang seakan mau membunuhku ketika aku dekat dengan Tanjirou. Aku sudah menyadari bahwa Tanjirou adalah anak yang sangat populer di sekolahan, terutama di kalangan gadis-gadis.
Hampir semua gadis menyukai Tanjirou, iya aku tahu itu. Namun entah kenapa Tanjirou juga tidak pernah menanggapinya. Ia lebih memilih menolaknya dengan sangat halus setiap kali ada gadis yang mengutarakan perasaan padanya. Jujur saja ketika aku melihat itu atau mendengar kabarnya, aku sangat-sangat berharap bahwa Tanjirou tidak menerimanya. Uh, sangat egois sekali kan aku ini. Padahal aku juga bukan siapa-siapanya Tanjirou. Aku bahkan baru mengenalnya selama 2 bulan ini. Namun rasanya aku tidak ingin situasi yang sudah melekat pada kami berdua ini terhalang oleh orang lain lagi. Aku hanya takut kehilangan orang yang telah membuatku menjadi diriku yang saat ini.
Aku sendiri terkadang juga menemui seorang laki-laki yang menyatakan perasaannya padaku. Aku heran apa yang orang-orang itu sukai dari orang sepertiku? Aku bukanlah orang sepopuler Tanjirou, ataupun secantik Nezuko-chan. Aku hanyalah gadis yang biasa-biasa saja. Ketika aku menjumpai orang yang menyatakan perasaannya padaku, aku langsung menolaknya dengan halus. Aku hanya tidak bisa menerimanya begitu saja, tidak bisa. Mengingat itu, terkadang membuatku berpikir apakah Tanjirou juga memiliki orang yang ia suka? Apakah ia juga sedang menyukai seseorang sehingga dirinya menolak semua pernyataan setiap gadis? Pasti beruntung sekali gadis itu jika ia bersama dengan Tanjirou.
Terkadang pikiran-pikiran itu membuat hatiku sesak, panas. Setiap kali Tanjirou menolak pernyataan itu, terbesit di otakku jika saja ada seseorang yang benar-benar dapat membuat Tanjirou menerimanya. Maka Tanjirou akan berada pada jarak yang sangat jauh dariku. Membuat hubungan kami berdua renggang begitu saja. Aku takut hal seperti itu terjadi. Aku ingin Tanjirou tetap menjadi seorang Tanjirou yang seperti biasanya. Aku ingin selamanya tetap seperti ini. Aku ingin...
Jujur saja, aku akan mengatakan yang sejujurnya. Sebenarnya, aku...
End of Kanao’s POV
.
Tanjirou’s POV
Ketika aku melihat Kanao, hal pertama yang ingin aku lakukan adalah tersenyum. Iya, aku selalu ingin tersenyum ketika melihat wajahnya yang cantik itu dan sikapnya yang lemah lembut. Sudah 2 bulan terhitung semenjak kita pertama kali berkenalan secara resmi waktu itu. Aku sudah mengenal Kanao lebih dekat sekarang. Ia adalah seorang pekerja keras, sedikit pendiam di awal namun ketika sudah akrab maka ia bisa sangat ceriwis ketika sedang berbicara dan itu selalu membuatku tertawa. Ia juga pintar memasak, baik hati, dan ketika berbicara suaranya itu sangat lembut di dengar. Kanao juga memiliki seorang kakak yang bernama Kochou Shinobu, dan hubungan mereka berdua hampir sama seperti hubunganku dengan Nezuko ketika sedang di rumah.
Terkadang aku berpikir, apakah sosok seorang Kanao banyak disukai oleh laki-laki lain? Tentu saja, pasti banyak yang menyukai Kanao. Siapa yang tak tahan dengan kecantikan dan sikapnya yang lembut tersebut. Namun, aku sering mendengar bahwa Kanao selalu saja menolak siapapun yang menyatakan perasaan cintanya kepadanya. Bahkan sebelum kami berdua saling mengenal seperti ini. Dan tentu saja, ketika laki-laki itu menyatakan perasaannya kepada Kanao, aku berharap bahwa Kanao menolaknya.
Namun memikirkannya membuatku semakin penasaran. Aku tak henti-hentinya dibuat penasaran, apakah Kanao memiliki orang yang ia sukai? Seperti apa ya tipe laki-laki yang disukai Kanao? Memikirkannya saja membuatku ingin menghantamkan kepalaku ke tembok sekeras-kerasnya. Entah kenapa aku selalu merasa bahwa Kanao sudah memiliki orang yang ia sukai. Jujur saja, membayangkannya saja membuatku cemburu. Aku tidak ingin ada orang lain yang mendekati atau memiliki Kanao. Huh, aku benar-benar bertindak secara sepihak.
Aku jadi teringat dengan ucapan Nezuko yang menyuruhku untuk pacaran dengan Kanao. Ah, membayangkannya saja terkadang nampak mustahil. Pasti Kanao sudah memiliki orang yang ia sukai, aku sangat yakin dengan hal itu. Untuk itu aku selalu menyangkal perkataan Nezuko yang tak henti-hentinya menjodohkanku dengan Kanao. Aku hanya takut untuk berpikir bahwa Kanao juga menyukaiku. Aku takut berpikiran terlalu percaya diri.
Aku hanya ingin mengatakan kepadanya bahwa...
End of Tanjirou’s POV
.
.
“Ne Kanao, kau makan bareng lagi?”
Tanjirou yang datang entah darimana tiba-tiba menghampiri Kanao yang terlihat sedang membawa bungkusan bento makan siang miliknya. Seperti biasa, Tanjirou selalu mendatangi Kanao untuk mengajaknya makan siang. Mereka biasanya makan berduaan di kantin, taman ataupun di atap sekolah mereka. Tak jarang juga Kanao juga yang menghampiri Tanjirou untuk mengajaknya makan.
“Hn, iya.”
.
Mereka berdua kemudian duduk di kursi taman yang disebelahnya terdapat pancuran air. Keduanya kemudian membuka bento mereka masing-masing.
Tanjirou melirik bekal Kanao dan sedikit terkejut. “Wah Kanao, hari ini kau membawa onigiri isi telur ya? Dan itu sosis gurita? Enaknya.”
“Iya, aku membuatnya dengan telur karena bahannya yang tersisa hanyalah itu di dapur. Dan ini juga sosis sisa kemarin.”
“Kanao hebat, kalau begini kau akan jadi istri idaman semua orang, hihihi.”
Kanao yang mendengarnya blushing seketika, yang Tanjirou maksud dengan istri idaman itu istrinya siapa? Begitulah imajinasinya membuat cerita sendiri di dalam otak. Dengan wajah yang masih memerah, Kanao lalu menyodorkan salah satu onigiri buatannya kepada Tanjirou.
“Tanjirou, kau mau?”
“Wah terima kasih ya Kanao, ittadakimasu~.”
Tanjirou mengambil onigiri itu dari sumpit Kanao kemudian memakannya dengan senang hati.
“Um, ini sangat lezat. Bumbunya sangat gurih.”
Wajah berbinar-binar itu menandakan Tanjirou sangat menyukai onigiri buatan Kanao. Kanao yang mendengarnya pun tersenyum senang.
“Terima kasih. Kau hari ini bawa apa?”
Kali ini giliran Kanao yang melirik isi bekal Tanjirou. Menyadari rasa penasaran sang gadis, Tanjirou kemudian mengambil salah satu isi di dalam bekalnya tersebut.
“Oh hari ini aku membawa yakisoba saja sih, rasa ramen goreng. Kanao mau?”
Tanjirou memberikan salah satu yakisobanya kepada Kanao. Kanao pun mencicipinya, dan muncul ekspresi yang tidak biasa dari Kanao.
“P-pedas, huh.”
Melihat reaksi dari Kanao, membuat Tanjirou tertawa gemas. Ia kemudian membuka tasnya dan mengambil sebotol air minum miliknya. Ia menyerahkan botol itu kepada Kanao yang masih merasakan kepedasan.
“Hahaha, rasanya memang pedas. Ini minum dulu.”
Kanao kemudian meminumnya, namun dirinya baru sadar bahwa ini adalah botol air minum milik Tanjirou. Baru pertama kali ini ia meminum air dari botol milik Tanjirou. Maka dari itu ia sedikit merona kemerah-merahan saat menyadarinya.
“Mau lagi? Masih banyak kok ini.”
Tanjirou menawarkan lagi yakisobanya namun Kanao menolaknya. Yakisoba yang Kanao makan tadi saja masih setengah dan belum habis. Kanao masih merasakan sensasi pedasnya. Namun, ia kemudian tersenyum.
“Tapi rasanya enak kok. Andai saja tidak terlalu pedas, aku pasti sudah menghabiskan semua yang ada di bentomu, fufufu.”
Kanao sedikit menggoda Tanjirou yang sedang memakan yakisobanya, kemudian ia menghentikan proses makannya lalu menoleh ke arah gadis di sampingnya itu. Membuat si gadis menaikkan salah satu alisnya tanda bingung.
“Kanao, kau imut sekali jika sedang mencoba menggodaku, fufufu.”
Kekehan terdengar dari mulut Tanjirou, ia lalu mengambil sumpitnya kemudian mengambil onigiri milik Kanao. Dan sontak itu membuat Kanao terkejut.
“Aku makan semuanya kan katamu? Hiahaha.”
“Ah, kau habiskan semuanya?”
Onigiri di bento Kanao lantas tinggal tersisa 1 saja. Tanjirou menghabiskan hampir semuanya. Lalu dengan ekspresi kesalnya Kanao memukul-mukul pelan bahu Tanjirou, tidak sakit memang namun cukup untuk melampiaskan perasaan kesalnya terhadap pemuda berambut merah di sampingnya ini.
“Maaf maaf, habisnya onigirimu itu enak sih, Kanao. Aku jadi ingin selalu memakannya setiap hari.”
Mendengar ucapan Tanjirou barusan, Kanao membuka matanya yang sebelumnya tertutup karena refleks memukul-mukul tadi. Ia kemudian melihat wajah Tanjirou lalu menghentikan pukulannya sejenak. Pemuda ini sangat gampang sekali membuatnya terbawa perasaan. Terkadang ia dibuat jengkel, haru, senang, malu ataupun terpesona. Benar-benar orang yang sangat langka di dunia, begitulah batinnya ketika memandangi sosok Tanjirou.
Angin berhembus menerpa keheningan mereka berdua. Membuat atmosfirnya menjadi lebih hangat dari sebelumnya. Sejenak mereka berdua mengarahkan pandangannya ke depan. Tergambar ekspresi keduanya yang sebelumnya penuh dengan candaan berubah menjadi sedikit lebih serius.
“Ne Kanao..”
Suara Tanjirou memecah keheningan yang terjadi. Kanao yang merasa terpanggil, menoleh ke arah suara. Mata mereka bertemu, memperlihatkan tatapan penuh makna.
“Iya?”
Tanjirou menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya, memberikan jeda di antara kalimatnya.
“Apakah kau memiliki seseorang yang kamu sukai?”
Kanao membulatkan matanya, dirinya tersentak dengan kalimat barusan. Ia kemudian menundukkan kepalanya yang mana rona merah di wajahnya sudah mulai menjalar.
‘A-apa maksud dari perkataan Tanjirou barusan.’
Melihat reaksi Kanao yang masih terdiam sambil menundukkan kepalanya dengan rona di wajahnya tersebut membuat Tanjirou menelan ludahnya sendiri. Ia masih sangat ambigu dengan alasannya bertanya seperti itu dengan Kanao.
“Sudah kuduga, Kanao pasti sedang menyukai seseorang kan? Aku tahu itu.”
Kanao kemudian langsung mendongakkan kepalanya, tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Ia terkejut bukan main mendengar Tanjirou mengucapkan kalimat tersebut. Kenapa nada bicara dan ucapannya seperti itu.
Terjadi jeda untuk beberapa saat sebelum Kanao membalas.
“A-aku memang sedang menyukai seseorang..” Kanao mengatakan itu sambil menundukkan kepalanya.
Tentu saja dirinya malu mengatakan hal seperti itu, terlebih lagi ada Tanjirou di sebelahnya. Ia memegang roknya kuat-kuat, menggigit bibir bawahnya menahan dirinya untuk tidak berteriak.
Mendengar ucapan Kanao, Tanjirou seperti tertohok. Selama ini apa yang ia pikirkan ternyata benar. Kanao mempunyai orang yang ia sukai selama ini. Ekspresi Tanjirou langsung berubah menjadi masam. Dirinya menyesal telah bertanya seperti itu.
“Tapi, aku tidak tahu apakah dia juga menyukaiku...”
Kanao melanjutkan kalimatnya, keheningan sangat terasa di antara mereka berdua yang membuat keduanya hanya bisa menundukkan kepala. Tanjirou masih mencerna ucapan Kanao itu, mengira-ngira siapa lelaki yang disukai Kanao. Perasaannya makin ambigu sekarang.
‘Siapa dia? Siapa orang yang tidak tertarik dengan Kanao?’
“Pada awalnya, aku hanya merasa kagum kepadanya.. namun setelah sekian lama aku mengenalnya, perasaan ini semakin menguat.. Perasaan yang membuatku lebih hidup..”
Kanao terus mengatakannya tanpa ragu, entah darimana ia mendapatkan keberanian untuk mengatakan semua kalimat itu. Meski dengan wajah yang merona, namun perkataannya terasa sangat yakin.
Tidak ada keraguan sedikit pun dalam setiap kata-katanya. Tanjirou sendiri yang mendengarnya pun tidak percaya bahwa Kanao bisa mengatakan hal yang Tanjirou sendiri mungkin akan sulit untuk melakukannya.
“Perasaanku terhadap orang ini tidak pernah berubah, justru menjadi semakin nyata. Bahkan aku sudah bisa merasakannya saat ia pertama kali menjumpaiku, ia sudah seperti cahaya hidup bagiku. Namun saat itu aku masih belum bisa memastikan perasaan ini adalah perasaan yang seperti itu... Perasaan yang tumbuh seiring waktu berjalan, bersamanya..”
Kanao menjeda perkataannya sejenak, menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Perasaannya sangat tenang hari ini. Angin yang dengan tenang berhembus juga membuat perasaannya makin damai.
Tanjirou hanya bisa diam tak tergoyahkan, matanya yang sedikit membulat terus saja menatap wajah Kanao. Penasaran dengan apa yang akan ia katakan selanjutnya. Kalau dirinya bisa jujur, perasaannya saat ini sangat berantakan tetapi ia tetap membiarkan Kanao menyelesaikan perkataannya.
“Aku akan mengatakan yang sejujurnya. Sebenarnya, aku...”
Tanjirou menanti-nanti kelanjutan dari ucapan Kanao tersebut.
‘Kanao..’
“Aku menyukai orang itu. Aku menyukai semua hal yang ada pada dirinya, senyumannya, sikap baiknya terhadap semua orang.. aku sangat menyukainya..”
“.. Terkadang, aku merasa cemburu ketika melihat gadis lain menyatakan perasaannya, kepadanya. Aku cemburu karena banyak sekali orang yang menyukainya selain diriku..”
“Aku cemburu karena mereka bisa menyatakan perasaannya dengan sangat mudahnya, aku cemburu aku tidak mempunyai keberanian sebesar mereka. Aku juga ingin menyatakan perasaanku padanya.. namun aku takut jika ia menolakku. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi selanjutnya apabila pernyataanku ini gagal. Apakah ia akan marah? Atau membenciku? Atau malah menjauh dariku? Aku tidak ingin hal seperti itu terjadi..”
Tanjirou benar-benar terdiam seribu kata, dirinya selalu saja tidak bisa membalas apapun ketika Kanao sedang bercerita seperti ini. Namun, mendengar ucapan Kanao tersebut, Tanjirou merasakan sesak yang luar biasa di dadanya. Meskipun ia selalu penasaran dengan apa yang akan Kanao katakan, namun mendengar kalimat-kalimat seperti itu benar-benar membuat hatinya terasa diiris-iris.
‘Kanao benar-benar menyukai lelaki ini, dari nada bicaranya saja sudah terlihat bahwa ia selama ini memang sangat mencintainya.’
“Kanao..”
.
Kanao kembali melanjutkan kalimatnya. Kali ini ia menoleh ke arah Tanjirou, ia kemudian bertanya kepadanya.
“Ne, Tanjirou..”
“I-iya?”
Tanjirou yang sudah sangat hancur hatinya, membalas panggilan dari sang gadis.
“Apakah Tanjirou juga mempunyai orang yang ia suka?”
Seketika pertanyaan Kanao tersebut membuatnya seperti terkena bumerangnya sendiri. Kali ini Kanao yang menanyakan itu kepada Tanjirou. Kira-kira apa jawaban dari Tanjirou?
Dengan sedikit ragu-ragu, Tanjirou menjawabnya. “A-aku menyukai seseorang.. menyukai gadis yang menurutku adalah gadis yang sangat unik.” Sambil menggaruk-garuk pipinya yang tidak gatal, ia lalu melanjutkan perkataannya.
Sedangkan Kanao tentu saja bereaksi dengan reaksi yang sama dengan Tanjirou sebelumnya.
‘Ternyata Tanjirou juga sedang menyukai seseorang.’
“Aku mengenalnya belum lama juga sih, sebetulnya. Namun aku merasa seperti aku telah mengenal gadis ini selama hidupku...”
“Dia adalah gadis yang baik, sangat ramah, cantik, dan juga pendiam namun jika kau sudah mengenalnya, kau akan tahu bahwa dia adalah orang yang sangat cerewet, hehehe.”
Terlihat senyum masam dari Tanjirou, senyum yang muncul karena mungkin seseorang yang ia maksud ini telah mempunyai orang lain yang ia sukai.
“Aku tidak ingin lepas dari gadis ini, aku berharap ia akan selalu bersamaku. Aku tidak ingin orang lain memilikinya...”
Tanjirou menghela napasnya sejenak, sambil memandangi langit yang masih cerah. Waktu saat itu masih sekitar jam 10 pagi. Ia kemudian melanjutkan kalimatnya.
“... setidaknya itulah yang aku inginkan, yang aku harapkan sih.”
Nada bicara Tanjirou serasa lepas begitu saja, ia mengatakan semuanya seakan tanpa beban sedikit pun. Ia senang bisa mengatakan semuanya, dengan sejujur-jujurnya.
“Namun sepertinya ia sudah mempunyai seseorang yang ia suka, seseorang yang menurutku akan membuat ia menjadi lebih baik. Seseorang yang akan selalu menjaganya, dan membuatnya bahagia.. aku berharap seperti itu.”
Sedih, pastinya. Tanjirou sangat sedih ketika mengatakan kalimatnya barusan. Di dalam hatinya ia tak terima namun kenyataannya ia hanya bisa jujur terhadap apa yang ia katakan. Pandangannya semakin sendu ketika ia mengatakan kalimat itu. Tatapan sendu itu ia tunjukkan kepada langit yang daritadi ia pandangi.
“Aku.. mencintainya.”
Air mata Tanjirou menetes dengan sendirinya, ia merasakan sesak yang begitu dalam. Namun ia menyadari apa yang telah ia katakan hari ini dan ia menerimanya.
“Ak-”
Grep!
Tiba-tiba ada seseorang yang memegangi lengan Tanjirou. Tanjirou menoleh ke arah gadis di sampingnya yang ternyata Kanao lah yang melakukannya. Sangat terkejut, Tanjirou membulatkan matanya tidak percaya. Kanao daritadi menangis mendengar kata demi kata yang Tanjirou lontarkan. Ia bingung kenapa Kanao bisa sampai menangis hanya dengan mendengar ucapannya?
“Kanao?”
“H-hentikan..”
Terdengar suara lirih dari gadis di sampingnya ini. Ia masih saja meneteskan air matanya. Entah apa yang dirasakan Kanao, Tanjirou sendiri juga tidak mengerti. Ia kemudian mengusap air mata Kanao yang tak henti-hentinya turun itu. Perasaannya makin sakit melihat gadis yang sangat berharga baginya menangis seperti ini.
“K-kumohon hentikan... semua yang kau pikirkan itu tidaklah benar.”
Ucapan Kanao sontak membuat Tanjirou kembali berpikir.
‘Apa maksudmu Kanao? Aku tidak mengerti.’
‘Apa yang tidak benar?’
Hug!
Tiba-tiba Kanao memeluk Tanjirou, ia menenggelamkan kepalanya ke dada Tanjirou. Ia menangis disana. Beruntung taman di sekolahan selalu sepi dan tidak ada orang yang berlalu lalang disana. Keduanya masih terduduk di bangku taman dan dalam posisi Kanao yang sedang memeluk Tanjirou. Tanjirou tidak menyangka, Kanao akan memeluknya dalam keadaan seperti ini. Ia sangat kebingungan dengan Kanao.
“K-kau tidak tau siapa yang aku sukai kan?”
“Kau tidak pernah peka sih. Kau pasti berpikir bahwa seseorang sepertiku tidak akan menyukai orang sepertimu? Jangan berpikiran naif seperti itu..”
‘Hah Kanao? Apa maksudmu?’
Kanao semakin mengeratkan pelukannya kepada Tanjirou. Sambil menundukkan wajahnya yang masih berlinang air mata. Ia kemudian melanjutkan perkataannya.
“Semua orang juga tahu bahwa semua gadis di sekolah ini semuanya menyukaimu..”
“Semua gadis itu termasuk aku tahu..”
Tanjirou tersentak, matanya membulat sempurna. Perasaan yang tadinya sangat menyiksa dirinya berubah menjadi perasaan yang entah apa rasanya itu. Rasanya lega.
‘J-jadi lelaki yang Kanao maksud tadi itu adalah..’
Kanao melepaskan pelukannya dari Tanjirou, dirinya sekarang berdiri dari bangku taman kemudian menatap wajah Tanjirou dengan tatapan yang sangat serius. Sedangkan Tanjirou masih tidak bisa mempercayai fakta bahwa ternyata orang yang Kanao sukai adalah..
“Aku menyukaimu Tanjirou. Aku menyukaimu meskipun aku yang harus mengatakannya terlebih dahulu...”
“Aku sudah menyukaimu sejak aku bisa bertemu lagi denganmu, Tanjirou. Karena kau lah aku sekarang bisa menjadi diriku yang sekarang, karena kau lah aku bisa mengerti apa arti dari indahnya kehidupan, karena kau telah menyelamatkanku dari masa laluku yang menyedihkan. Kau telah memberiku harapan untuk jangan pernah menyerah terhadap kehidupan ini. Kau telah menunjukkan cahayamu, senyumanmu, sikap ramahmu serta tatapan matamu yang semuanya sangat hangat. Aku..”
“Tak habis pikir, alasan apalagi yang bisa membuatku tak jatuh hati padamu? Alasan apa yang membuat kau berpikir bahwa aku menyukai orang lain selain dirimu?”
“Justru Tanjirou lah yang sebenarnya mempunyai banyak penggemar ataupun gadis yang menyukaimu. Aku bersaing dengan gadis sebanyak itu tentu saja adalah hal yang sangat mustahil seandainya aku tidak punya hubungan denganmu sebelumnya..”
“Tanjirou, aku mencintaimu dari segenap hatiku yang paling dalam.”
Kanao mengakhirinya dengan senyuman manisnya, senyuman yang muncul disela-sela air matanya yang terus turun.
Tanjirou juga meneteskan air matanya, gadis yang selama ini ia sukai ternyata juga menyukai dirinya. Sungguh air mata yang turun membasahi pipinya ini adalah air mata kebahagiaan. Kebahagiaan tiada tara karena ia akhirnya bisa mengetahui perasaan gadis di depannya.
Hug!
Tanjirou juga ikut berdiri dari bangkunya, ia memeluk Kanao, menenggelamkan kepala sang gadis pujaannya ini ke dalam dekapannya. Kanao membalas pelukan dari Tanjirou dan memeluknya dengan sangat erat. Seakan tak ingin melepaskannya begitu saja.
“Aku juga mencintaimu, Kanao.”
“Maaf ya Kanao, karena aku telah salah paham dan tidak pernah peka seperti katamu.. hehe. Aku hanya tak mengira bahwa kau juga akan memiliki perasaan yang sama denganku.”
“Kau adalah gadis yang sangat memberikan arti kepadaku, gadis yang telah membuat hari-hariku selalu cerah dan berwarna.”
“Aku selalu cemburu apabila ada seorang laki-laki yang dekat denganmu ataupun menyatakan perasaannya padamu..”
“Aku mohon selalu seperti ini ya, Kanao.”
Tanjirou semakin mengeratkan pelukannya. Hembusan angin datang menerpa keduanya, menambah kesan dramatis pada pernyataan mereka berdua. Masih di sekitar taman sekolah, keduanya kemudian merenggangkan pelukan mereka.
Memandangi satu sama lain yang sedang mengusap air matanya masing-masing. Hingga akhirnya bel sekolah tanda jam pelajaran terakhir mengagetkan mereka.
KRIING.. KRIING.. KRIING
.
“Ne, Kanao.. ayo masuk.”
“Ne Tanjirou..”
Mendengar Kanao memanggilnya, Tanjirou lalu menoleh ke arahnya. Seperti ada sesuatu yang ingin dikatakan Kanao kepadanya.
“Ada apa, Kanao?”
“Ehm, etto..”
Tanjirou menaikkan salah satu alisnya, penasaran dengan apa yang ingin Kanao katakan. Ia sangat gemas melihat ekspresi malu-malu Kanao. Sambil memainkan jari telunjuknya, Kanao akhirnya mengatakannnya kepada Tanjirou.
“Besok hari Minggu, kau sibuk?”
‘Hah? Kanao menanyakan ini padaku? Jangan-jangan ia mengajakku untuk..’
.
.
.
Yahh ini chapter 5 selesai juga, gaje banget kan ya? Sumpah, aku nggak ada ide sama sekali buat nulisnya ini, jadi banyak kalimat-kalimat monoton yang tidak aku sunting kembali saking bingungnya mau digimanain.
Mungkin ini adalah chapter paling ringan dari cerita ini, mungkin chapter besok juga sama ringannya dengan yang ini, sih hehehe.
.
.
.
Next Chapter : Date?
.
.
Makasih ya sudah mampir wkwk
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro