
Chapter 4 - Sebuah Alasan
‘Kanao... Kanao... Kanao.’
.
.
.
Chapter 4 : Sebuah Alasan
Kanao’s POV
“Ne, Kanao-chan...”
Suara itu? Aku mengenal suara itu..
“Kanao-chan...”
Lagi-lagi suara itu memanggilku. Suaranya sangat dekat sekali.. seperti suara
‘Kak Kanae?’
“Halo, Kanao-chan.. lama tak berjumpa ya?”
“K-Kak Kanae?!”
Ketika aku berbalik, aku terkejut, kenapa kak Kanae bisa berada disini? Lebih tepatnya dimana ini? Semuanya terlihat putih namun sangat luas. Yang terpenting, kenapa aku bisa bertemu dengan kak Kanae?
Air mataku turun seketika, aku langsung berlari dan memeluknya. Aku tidak peduli ini nyata atau tidak. Aku hanya ingin memeluk kakakku itu.
“Ara ara~ Kanao-chan, baru 2 tahun aku pergi kau sudah serindu ini padaku ya?”
“...”
Aku masih diam saja sambil menangis dan mengeratkan pelukanku padanya. Aku tidak ingin melepaskannya lagi. Aku tidak ingin kehilangannya lagi, aku ingin membawanya pulang dan hidup bersama lagi, kita bertiga seperti sebelumnya.
“A-aku tidak ingin memelepaskanmu kak. Aku ingin kau kembali bersama kami.”
Egois, aku memang sangat egois. Tapi begitulah perasaanku saat ini.
“Kanao-chan, aku disini hanya sebentar saja kok. Aku tidak ingin membuat Shinobu bertambah sedih. Kau baik-baik saja kan dengan Shinobu? Dia pasti merawatmu dengan sangat baik.”
Kak Kanae tersenyum, senyuman yang selama 2 tahun ini tidak pernah aku lihat lagi. Aku sangat senang bisa melihat senyumannya itu.
Tiba-tiba kak Kanae melepaskan kedua tanganku yang sedang memeluknya kemudian menggenggam kedua tanganku ini. Ia berjongkok di depanku, menyamakan tingginya denganku dan berkata.
“Aku sangat senang bisa bertemu denganmu, Kanao-chan, senang sekali.. tetapi aku disini hanya untuk mengatakan sesuatu padamu.”
“Mengatakan sesuatu?”
“Iya, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu.”
Tangan kirinya kemudian memegang pundakku dan tangan kanannya berada di kepalaku, ia mengelus rambutku dengan sangat pelan. Aku merindukan momen seperti ini, aku ingin ini semua kembali. Lalu, ia melanjutkan perkataannya.
“Sepertinya kau sudah menemukan alasan sebenarnya dari arti bunga lily yang dulu pernah aku ceritakan itu kan, Kanao-chan?”
Aku bingung bagaimana kak Kanae bisa mengetahuinya? Kemudian, aku teringat ucapan Tanjirou sore tadi tentang ‘..kebahagiaan seseorang yang telah pergi pun akan selalu bersama kita..’.
Oh iya, Tanjirou? Dimana dia? Aku teringat terakhir kali aku bersamanya itu adalah tadi malam.. Dimana dia sekarang? Ataukah dimana aku sekarang? Aku sangat tidak mengerti apa yang sedang terjadi disini.
Kak Kanae memegang pundakku dengan kedua tangannya, mengagetkanku seketika. Pandangan matanya terlihat seperti ia sudah tahu apa yang sedang terjadi. Sudah mengerti apa yang aku pikirkan saat ini.
“B-bagaimana kak Kanae tahu?”
Ia kemudian tertawa kecil dan langsung menjawabnya.
“Aku tahu kok, aku bisa melihatnya langsung dari dalam dirimu. Aku tahu Kanao-chan sudah menemukan seseorang yang sangat penting dalam hidupnya...”
“... seseorang yang memberikanmu tujuan hidup, seseorang yang memberikan arti kehidupan kepada Kanao-chan. Yang menjadi sebuah alasan kenapa Kanao-chan masih bertahan dalam hidup dan tidak menyerah. Seseorang yang membuatmu merasa bahagia, bahkan hanya dengan senyumannya saja... Seseorang yang telah mengubah Kanao-chan menjadi Kanao yang sesungguhnya.”
Aku mendengarkan semua yang dikatakan kak Kanae. Apa yang dikatakan hampir sama dengan apa yang dikatakannya saat aku masih kecil dulu. Yang membuatku kembali teringat dengan maksud ucapannya waktu itu.
“... hingga akhirnya kau menemukan arti dari kehidupanmu sendiri. Arti dari kebahagiaan yang akan membuatmu menjadi Kanao yang sesungguhnya.”
Aku kurang paham maksud dari perkataan kak Kanae, apa yang sebenarnya kak Kanae maksud?
“Tanjirou...”
Tiba-tiba kak Kanae menyebutkan nama itu, nama Tanjirou. Dia tahu nama itu? Kak Kanae mengenal Tanjirou?
“Aku mengetahuinya kok, hihi. Tanjirou adalah pemuda yang memberikanmu arti hidup yang sesungguhnya, seseorang yang membuat Kanao-chan menemukan sebuah kehidupan baru...”
“Seseorang yang akan membuat kisah baru bersamamu.. menghapuskan kesedihan masa lalumu serta membuatmu menjadi dirimu yang sebenarnya. Benar kan? Kanao-chan?”
Kemudian kak Kanae terkekeh kecil melihat ekspresiku yang sepertinya sangat kebingungan dan tidak percaya dengan apa yang barusan kudengar. Aku hanya bisa mematung, tak bisa menggerakkan tubuhku. Air mataku keluar namun aku tidak menangis.
Benar apa yang dikatakan Tanjirou, mereka yang telah pergi akan tetap bersama kita, ikut merasakan kebahagiaan kita selama kita menjalani hidup ini dengan penuh kebahagiaan. Sekarang aku mengerti maksud dari ucapan kak Kanae dan Tanjirou disaat yang bersamaan. Aku sekarang paham arti dari bunga lily yang merupakan awal dari sebuah kehidupan baru.
“Ne, Kanao-chan...”
Aku mendongakkan kepalaku sedikit keatas, menatap wajah kak Kanae yang sedang tersenyum. Senyuman yang membuatku ingin menangis. Senyuman perpisahan.
“Berjuanglah dan...”
“Kak Kanae! Tunggu!”
“Selamat tinggal~..”
“Kak Kana-"
.
.
“Ne Kanao-chan, semuanya akan baik-baik saja. Kami akan selalu menjagamu dan merawatmu hingga akhirnya kau menemukan arti dari kehidupanmu sendiri. Arti dari kebahagiaan yang akan membuatmu menjadi Kanao yang sesungguhnya.”
.
End of Kanao’s POV
“Kanao, kau sudah bangun, akhirnya.” Ucap seseorang yang berada di samping ranjangnya yang ternyata adalah kakaknya, Shinobu.
“D-dimana ini?”
Kanao melihat sekitarnya, memastikan dimana ia sekarang sedang berbaring. Kemudian ia menyadari bahwa ternyata ia berada di kamarnya sendiri. Ditemani Shinobu di sampingnya.
“Kau berada di kamar sekarang, kemarin kau tertidur selama hampir lebih dari 12 jam.”
Shinobu menjelaskan apa yang sedang terjadi kepada Kanao, sedangkan Kanao masih seperti memikirkan sesuatu.
‘Jadi, tadi itu cuma mimpi?’
Kanao menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ia kemudian teringat kejadian kemarin saat dirinya bertemu dengan Tanjirou.
‘Apakah kejadian kemarin itu juga mimpi?’
Shinobu yang menangkap ekspresi bingung Kanao kemudian bertanya.
“Apa ada yang sedang kau pikirkan?”
Kanao menengok ke arah Shinobu, lalu membalas pertanyaannya.
“Um, t-tidak. Aku hanya penasaran kenapa aku bisa tidur selama lebih dari 12 jam. Apakah kemarin terjadi sesuatu kak?”
Shinobu kemudian tersenyum tipis, ia melihat ke arah Kanao dan menjelaskan.
“Kemarin malam, ada seorang anak laki-laki yang kesini...”
‘Anak laki-laki? Tanjirou kah? Berarti itu semua bukan mimpi, kejadian kemarin itu..’
“Ia menanyakan apakah benar ini alamat rumah penginapan kupu-kupu, aku menjawabnya dengan iya, lalu aku menyuruhnya masuk...” Shinobu menghentikan kalimatnya sejenak, ia kemudian tersenyum penuh makna kepada Kanao dengan ekspresi yang menggoda.
Seketika Kanao mengernyitkan dahinya, penasaran dengan maksud kakaknya melakukan hal itu. Ia sendiri pun sebenarnya juga menebak-nebak.
“...dia, laki-laki itu menggendongmu selama perjalanan kesini lho.”
Terdengar tawa jahil dari Shinobu, yang sukses membuat wajah Kanao merah semerah tomat saat mendengarnya. Apa maksudnya itu? Begitulah pikirnya.
‘T-Tanjirou, m-me-menggendongku? Selama perjalanan? Berarti aku pingsan di tengah jalan?’
Begitulah pikiran-pikiran Kanao membayangkan alasan kenapa Tanjirou bisa sampai menggendongnya ke rumah kupu-kupu. Wajahnya semakin memerah. Ia kemudian menarik selimutnya sampai menutupi wajahnya, menyisakan bagian mata sampai kepala. Ia sangat malu bila disuruh membayangkannya.
Sedangkan Shinobu semakin tertawa melihat kelucuan Kanao yang sedang salah tingkah tidak karuan.
“Mau mendengar kelanjutannya?”
Goda Shinobu sambil menyenggol pelan tubuh Kanao yang hampir semuanya tertutup oleh selimut. Kanao hanya diam saja, malah semakin menaikkan selimutnya ke atas sampai tidak terlihat wajahnya sama sekali. Kekehan terdengar dari arah Shinobu yang kemudian melanjutkan ceritanya.
“Kemudian, pemuda itu memohon maaf telah membuatmu pulang larut malam serta tanpa disengaja telah membuatmu pingsan. Lalu ia mengucapkan terima kasih dan berharap semoga dirimu baik-baik saja. Erere, benar-benar pemuda yang sangat sopan dan menggemaskan, hihi.”
Kanao yang mendengarkannya hanya bisa menggeleng-geleng salah tingkah di dalam selimutnya. Masih tidak mau menunjukkan wajahnya yang pasti sudah semerah apalagi sekarang.
“Eh, masih ada lagi..” Shinobu mengangkat telunjuknya, seperti sedang teringat sesuatu. Kemudian ia menambahkan kalimatnya lagi.
“hmmm?” ucap Kanao dari dalam selimut yang tentu saja suaranya tidak terdengar jelas.
“Sebelum pergi, ia menemanimu di sini, di kamarmu selama kurang lebih setengah jam, lho. Ia duduk di sampingmu persis seperti yang aku lakukan sekarang. Are are, romantis sekali ya? Aku kalah.”
POOF!
Meletup! Uap muncul dari kepala Kanao, ia sudah tak kuat lagi mendengar cerita dan godaan dari Shinobu yang Shinobu sendiri saat ini sedang tak habis-habisnya tertawa jahat.
“Dan lalu si pemuda itu mencium keningm-”
Swoop!
Belum sempat Shinobu menyelesaikan kalimat menggodanya, Kanao langsung saja meloncat dari ranjangnya dengan selimut yang masih menempel di tubuhnya.
Ia lari dari kamarnya, menjauh sejauh-jauhnya dari godaan maut kakaknya itu. Sedangkan Shinobu hanya memandangi tingkah lucu adiknya yang berlari keluar kamar tersebut sambil memasang wajah dengan senyum tanpa dosa.
‘Hihihi, sudah jelas aku mengarang bagian dimana si pemuda menemaninya sampai mencium keningnya...’
‘Hanya saja, gampang sekali membuat Kanao menjadi sesalah tingkah itu, ternyata. Fufufu, lucu sekali.’
Batin Shinobu yang sambil memegangi kedua pipinya, masih tak tahan melihat kejadian lucu tadi. Senyum innocent masih saja terlihat di wajahnya.
‘Tapi syukurlah, ia sudah bangun tadi. Tentu saja aku khawatir, aku hanya memilikinya yang mana merupakan adik kesayanganku. Aku tidak ingin kehilangan seseorang yang berharga lagi.’
Shinobu kemudian melihat foto yang berada di meja Kanao, foto mereka bertiga saat masih berkumpul bersama. Ekspresinya seketika berubah menjadi sendu, ia teringat dengan kakaknya Kanae.
“Terima kasih, kak. Aku sangat merindukanmu. Kami berdua sangat merindukanmu..”
Senyum tipis muncul di wajah Shinobu, kemudian dirinya mulai berdiri dan keluar dari kamar Kanao.
“... Aku akan terus menjaga Kanao, selalu menjaganya. Tidak akan kubiarkan apapun terjadi padanya. Aku ingin selalu bersamanya.”
Shinobu keluar dari kamar Kanao dan meneteskan satu air matanya.
‘Semoga baik-baik saja.’
.
.
.
Sudah 4 hari semenjak kejadian hari itu, kejadian dimana Tanjirou dan Kanao bertemu kembali. Kanao sudah mulai bekerja lagi di toko bunga Mitsuri. Memulai lagi kesehariannya seperti biasa. Selama 4 hari ini, Kanao belum sekalipun melihat Tanjirou. Ia ingin mengucapkan terima kasih kepada Tanjirou karena telah mengantarkannya ke rumah.
Namun, Ia tak menjumpainya dimana pun. Ia penasaran mengapa, ia tak melihatnya sama sekali baik di sekolah maupun di luar sekolah. Tidak mungkin seseorang semencolok Tanjirou hilang begitu saja.
“Kanao-chan, sudah dulu ya untuk hari ini. Aku sangat cape sekali fufufu.”
Suara Mitsuri membuyarkan lamunan Kanao. Ia sedikit terkejut kemudian menengok ke arah Mitsuri yang sedang mengemasi barang-barangnya.
“Oh, baiklah Kanroji-san. Terima kasih atas hari ini. Sampai jumpa.”
“Sampai jumpa Kanao-chan~”
Kanao mulai melangkahkan kakinya keluar dari toko, ia melihat arlojinya ternyata masih sekitar jam setengah 5 sore. Ia kemudian berjalan pulang. Namun, di tengah jalan ia menangkap seseorang yang tak asing lagi baginya. Seorang pemuda berambut hitam kemerahan, dengan sepasang anting hanafuda di masing-masing telinganya yang sedang membeli sebuah makanan di pinggir jalan bersama seorang gadis?
Iya, Kanao melihat Tanjirou sedang membeli dango bersama seorang gadis yang tak ia kenal.
Kanao’s POV
‘T-Tanjirou?’
Ketika aku pulang dari bekerja seperti biasanya, aku melihat sosok yang tak kutemui selama beberapa hari belakangan ini. Iya benar, aku melihat Tanjirou yang sedang membeli dango? Bersama seorang gadis? Siapa gadis itu? Aku belum pernah melihatnya sama sekali.
Entah kenapa, aku merasa tak nyaman melihat Tanjirou bersama gadis itu di depanku. Bukan karena apa, hanya saja belakangan ini aku belum melihatnya sama sekali. Aku juga belum sempat mengucapkan terima kasih padanya atas kejadian 4 hari yang lalu. Namun, kenapa Tanjirou malah bersama dengan gadis lain?
Aku ingin menghampirinya namun aku takut jika ternyata aku hanya mengganggu mereka berdua. Sebenarnya aku hanya mau mengucapkan terima kasih saja lalu pergi, namun perasaan di dalam hatiku mengatakan untuk jangan mendekat.
Ah, kenapa hatiku rasanya tidak seperti biasanya, terasa panas dan sedikit menyesakkan. Aku menundukkan kepalau dan berniat pergi dari sana. Namun..
“Eh, Kanao!”
Tiba-tiba suara Tanjirou mengagetkanku. Ia memanggilku? Kenapa? Seketika aku menolehkan pandanganku ke arahnya yang masih berada di tempat dango itu. Ia kemudian berlari mendekatiku sambil menggandeng tangan gadis di sampingnya.
‘Ah, apa yang aku rasakan ini? Aku merasa benar-benar tidak nyaman saat melihatnya.’
Batinku saat melihatnya memegang tangan gadis itu. Tak terasa mereka berdua sudah tinggal beberapa langkah lagi dariku. Aku serasa tak bisa menggerakkan kakiku untuk melangkah. Ah, bagaimana ini.
“Halo, Kanao.. Apa kabar? Kau sudah baik-baik saja? Apa yang kau lakukan disini?”
Tanjirou melontariku banyak pertanyaan sekaligus. Aku bisa mendengar nada bahagia di dalam ucapannya itu. Nada yang sangat bersemangat.
Sedangkan aku sendiri sangat kebingungan mau menjawabnya, alhasil aku menundukkan kepala sambil menggigit bibir bawahku. Aku masih tak nyaman dengan situasi ini, meskipun di dalam hati aku senang ia menanyai kabarku seperti itu.
“Kanao? Kau baik-baik saja?”
Tanjirou yang menangkap reaksiku kemudian juga ikut kebingungan. Aku hanya membalasnya dengan menganggukkan kepalaku 2 kali. Suasana kemudian berubah, nada bicara Tanjirou jadi tidak bersemangat lagi.
“Oh iya aku lupa, ini aku ada dango untukmu, Kanao. Kau makan ya.”
Aku mendongakkan kepalaku sedikit ke atas, melihat Tanjirou yang tersenyum ke arahku sambil menyodorkan dango kepadaku. Ah, kenapa aku egois seperti ini. Aku tidak ingin momen ini hilang begitu saja hanya karena perasaanku yang sangat tidak mengenakkan ini.
Akhirnya aku mengangkat kepalaku, menatap wajah Tanjirou yang masih tersenyum ke arahku. Aku mengambil dango itu dari tangannya secara perlahan.
“T-terima kasih.”
“Sama-sama, dimakan ya. Rasanya enak kok, aku tadi sudah mencobanya bersama Nezuko.”
‘Nezuko? Jadi gadis di samping Tanjirou itu bernama Nezuko?’
“Iya aku lupa, aku belum memperkenalkan kalian berdua..”
Tanjirou mau memperkenalkan gadis ini kepadaku sepertinya, namun perasaanku masih saja tidak nyaman. Uh, aku serasa ingin lari saja dari sini. Aku memegang rokku kuat-kuat untuk menahan rasa sesak di dadaku ini. Aku tidak siap mendengarnya.
“Nezuko, ini temanku Kanao. Kami sudah dekat meskipun baru bertemu beberapa hari ini.”
‘Ah, aku benar-benar tidak siap.’
“Dan Kanao, ini adalah Nezuko. Dia adalah adik perempuanku yang baru pindah kesini beberapa hari kemarin. Dia memang agak pemalu sih kalau baru pertama kali bertemu, jadi ya aku saja yang memperkenalkan kalian berdua, hehe.”
‘A-adik perempuan? Dia adalah adik perempuan Tanjirou? Ha?’
Aku tak menyangka ternyata gadis ini adalah adik perempuan Tanjirou yang baru saja pindah kesini. Pantas saja aku juga tak pernah melihatnya di sekitar sini. Seketika perasaan tidak mengenakkanku tadi hilang. Apa yang sebenarnya aku rasakan sebelumnya? Aku sendiri juga tidak terlalu paham.
“K-Kanao? Halo?”
Tanjirou mencoba menyadarkanku dari lamunanku, ia menggerakkan tangannya di depan wajahku seperti ingin membuatku sadar.
“U-um maaf..”
“Kau baik-baik saja Kanao? Apa badanmu masih tidak enak?”
“Aku baik-baik saja kok. Terima kasih.”
Aku benar-benar telah salah paham dan sangat kacau sekarang ini. Aku mencoba menenangkan diriku. Kemudian memberanikan diri untuk menyapa Nezuko.
“Aku Kanao Tsuyuri, salam kenal ya Nezuko-san.”
Ucapku sambil menundukkan kepala dan kemudian tersenyum ke arah Nezuko. Nezuko langsung membalas ucapanku, yang juga disertai dengan senyumannya. Senyuman yang sangat manis.
“Namaku Nezuko Kamado. Salam kenal juga Tsuyuri-san... E-etto, cukup panggil Nezuko saja, Tsuyuri-san.”
“Kalau begitu, kamu juga boleh memanggil nama depanku, Nezuko-chan?”
“Baiklah, Kanao-san (kak Kanao).”
Suara Nezuko-chan sangat lembut dan halus. Terasa begitu lepas setiap ia mengeluarkan kata-kata. Serta parasnya sangat cantik dan manis. Setiap anak laki-laki pasti akan langsung jatuh hati dengannya.
“Nezuko-chan, kau sangat cantik ya.”
“A-ah, tidak kok. Justru kak Kanao lah yang sangat cantik menurutku. Pantas saja kak Tanjirou kemarin sangat bersemangat ketika menceritakan kejadian bersama kak Kanao beberapa hari lalu. Kalian berdua sangat cocok”
Seketika aku dan Tanjirou blushing mendengar ucapan tak terduga dari Nezuko-chan. Bagaimana ia bisa mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya. Aku menundukkan kepalaku untuk menyembunyikan wajah memerahku.
“E-eh Nezuko! Jangan bicara yang aneh-aneh kau tahu.”
Tanjirou sepertinya sedang mencoba menyangkal perkataan Nezuko-chan. Namun sepertinya tidak membuahkan hasil dan hanya dibalas kekehan kecil olehnya. Aku yang melihat mereka berdua seperti itu hanya bisa tersenyum kecil. Seperti melihat aku dengan kak Shinobu ketika sedang berada di rumah.
“Maaf, aku hanya bercanda kok. Maaf ya kak Kanao.”
“T-tidak apa-apa kok.”
Dan kami pun tertawa kecil selepas kejadian itu. Itulah momen dimana aku bertemu kembali dengan Tanjirou dan berkenalan dengan adik perempuannya yaitu Nezuko.
End of Kanao’s POV
.
.
Setelah Tanjirou memperkenalkan Nezuko kepada Kanao, mereka bertiga pun melanjutkan perjalanan mereka.
“Kak Kanao, mau pergi kemana?”
Nezuko bertanya kepada Kanao, yang langsung dijawab oleh Kanao.
“Oh aku mau pulang ke rumah, Nezuko-chan.”
“Memangnya kak Kanao habis dari mana?”
“Aku habis pulang dari kerja sampingan di toko bunga yang tak jauh dari sini.”
“Kak Kanao bekerja di toko bunga? Keren sekali.”
Nezuko kelihatan sangat antusias sekali bertanya kepada Kanao, terlihat dari wajah Nezuko yang sangat berbinar-binar. Kanao pun tersenyum tipis melihat tingkah dari adik Tanjirou ini, sama persis seperti yang Tanjirou lakukan. Ia menengok ke Tanjirou sebentar.
Tanjirou hanya tersenyum kepada mereka berdua, melihat mereka berdua sudah akrab seperti ini tentu saja sangat menyenangkan hatinya. Kanao kembali melihat Nezuko dan kemudian membalas ucapannya.
“Hehe, tapi aku hanya bekerja sebentar saja kok Nezuko-chan.”
“Itu keren kok. Kapan-kapan aku mampir ya kak Kanao?”
“Hn, tentu saja.”
Mereka berdua terlihat sangat gembira hari ini. Apalagi setelah Kanao mengetahui fakta bahwa gadis di depannya ini adalah adik dari Tanjirou, membuatnya kehilangan pemikiran aneh yang sebelumnya sempat mengejutkannya.
Mungkin inilah alasan kenapa beberapa hari belakangan ini Tanjirou tidak terlihat sama sekali. Karena adiknya Nezuko, pindah kesini.
.
“Ne, Kanao, apakah kau sudah baik-baik saja?”
Tanjirou yang sedari tadi hanya diam akhirnya ikut berbicara. Ia bertanya dengan nada yang cukup serius. Alhasil Nezuko dan Kanao kemudian menoleh ke arah Tanjirou, berpikir kenapa kakaknya tiba-tiba bertanya seperti itu.
“Aku baik-baik saja kok. Ada apa?”
Kanao menatap Tanjirou yang sepertinya sedang terlihat gelisah. Kemudian Tanjirou balik menatap Kanao. Tatapan mata Tanjirou terlihat berbeda, ia seperti khawatir dengan Kanao.
“Apakah kau benar-benar baik-baik saja Kanao?”
Lagi-lagi Tanjirou masih menanyakan hal yang sama. Namun Kanao juga tetap menjawabnya dengan jawaban yang sama. Suasana hening seketika. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tidak ada yang tahu.
“Aku khawatir kepadamu, Kanao. Atas kejadian yang beberapa hari itu. Tiba-tiba kau jatuh tak sadarkan diri. Aku pikir kau kenapa ataukah hanya pingsan karena mungkin kelelahan akibat aku mengajakmu pulang terlalu malam waktu itu. Aku takut terjadi apa-apa denganmu.”
Tanjirou mengatakan semua kalimat itu dengan nada yang benar-benar serius dan sedikit bercampur gelisah. Apa yang sebenarnya dirasakan Tanjirou.
Kanao hanya tersenyum dan terkekeh sesaat, melihat Tanjirou yang sepertinya sedang tidak seperti biasanya. Kemudian ia menatap wajah Tanjirou dan berkata dengan nada yang terasa sangat ‘tulus.’
“Sekali lagi, aku baik-baik saja kok. Mungkin aku hanya terlalu kelelahan saja. Itu wajar kok. Jadi, tenang saja tak usah terlalu khawatir.”
Kanao tersenyum, nada maupun senyuman yang diperlihatkannya kali ini benar-benar tulus. Tanjirou dan Nezuko yang melihatnya pun terasa seperti melihat malaikat yang sedang tersenyum kepada mereka.
Terlihat Kanao yang sedang tersenyum sambil menutup kedua matanya dengan terpaan angin yang ikut menghempaskan baju dan rambut mereka ke samping.
Tanjirou juga ikut tersenyum, senyuman yang memberikan kesan lega kepadanya. Meskipun perasaan dan pikirannya masih campur aduk, namun dirinya merasa inilah jawaban terbaik yang diberikan oleh Kanao. Sedangkan Nezuko yang tidak terlalu paham, juga ikut tersenyum melihat mereka berdua.
‘Kak Kanao, jagalah kakakku ya. Aku mempercayaimu.’
.
Suasana di antara mereka bertiga sudah kembali normal lagi sekarang. Sambil melanjutkan perjalanan untuk mereka pulang, terbesit sesuatu di pikiran Kanao yang ingin ia tanyakan kepada Tanjirou.
“Tanjirou..”
“Iya?”
“B-bagaimana kau waktu itu menemukan dimana rumahku?”
“A-aku bertanya pada warga sekitar tentang alamat rumahmu, dan selebihnya aku hanya memakai instingku untuk m-menemukannya.”
Wajah mereka berdua memerah lagi dan lagi. Tanjirou teringat waktu itu saat ia menggendong Kanao menuju rumahnya. Ia terpaksa melakukannya karena Kanao sedang tidak sadarkan diri waktu itu.
Kanao sendiri mengetahuinya dari cerita Shinobu pada esok harinya. Nezuko tertawa kecil melihat mereka berdua yang terus-terusan blushing hari ini.
“Kak Tanjirou waktu itu menggendong kak Kanao kan?”
POOF!
“N-Nezuko!”
Ucapan Nezuko tersebut membuat keduanya meletup, wajah merah mereka sudah tak bisa disembunyikan lagi. Mereka berdua sangat malu sekarang, apalagi dengan kalimat yang seperti itu.
“Aku tidak akan bercerita apa-apa padamu lagi lho Nezuko.”
Tanjirou memasang ekspresi sebal melihat tingkah laku adiknya yang sangat blak-blakan seperti tadi. Kanao sendiri masih menyembunyikan wajah memerahnya.
“Maaf kak, aku hanya tidak tahan saja melihat tingkah kakak-kakak ini sekalian, hehe.”
Nezuko hanya tertawa, ia sangat gemas melihat tingkah lucu Kanao dan Tanjirou yang malu-malu kucing.
“Jangan diulangi lagi ya Nezuko. Atau kau akan tidur di luar rumah, huft.”
Ucap Tanjirou masih dengan nada yang (sedikit) kesal kepada Nezuko.
Mereka bertiga akhirnya berhenti di suatu gang yang menuju ke rumah masing-masing. Disinilah mereka berpisah untuk hari ini.
“Kalau begitu kita berdua pamit pulang dulu yah Kanao, hati-hati di jalan.”
“Dadah, kak Kanao. Hati-hati di jalan ya.”
“Kalian juga, hati-hati yah di jalan. Terima kasih juga atas dangonya.”
“Sama-sama. Jangan lupa dimakan sebelum terlalu dingin lho ya, hehe.”
Mereka bertiga akhirnya berpisah dan pulang ke rumah mereka masing-masing. Hari ini berlangsung dengan sangat cepat. Dan jam masih menunjukkan pukul setengah 7 malam.
‘Oh iya aku belum sempat mengucapkan terima kasih kepada Tanjirou karena telah membawaku pulang ke rumah. Mungkin besok saat bertemu lagi.’
‘Terima kasih ya, Nezuko, Tanjirou atas dangonya, hihihi.’
Kanao pun melangkahkan kakinya, pulang menuju ke kediaman Kocho. Begitu pula Tanjirou dan Nezuko, yang juga pulang menuju rumah mereka.
.
“Kak, kak Kanao orangnya baik dan juga sangat cantik. Seharusnya kakak pacaran saja dengan kak Kanao, kalian sangat cocok kok.”
Wajah Tanjirou langsung berubah menjadi sangat merah, lagi-lagi adiknya dengan mudah menggodanya.
“A-a-apa yang kamu b-bicarakan eh Nezuko. Jangan bilang yang aneh-aneh seperti itu.”
“Aku hanya bilang saja kok, kalian soalnya terlihat sangat cocok. Sebelum kak Kanao direbut oleh orang lain lho~, hihihi.”
Goda Nezuko yang tentu saja langsung berlari setelah mengatakan hal tersebut. Entah seperti apa wajah kakaknya sekarang, ia cuma tertawa dan terus berlari menghindari kakaknya yang sepertinya sudah sangat-sangat ingin melahapnya.
“Aaaaaaah Nezukooooo!”
“Fufufu, aku akan menceritakan ini kepada kak Kanao lho.”
“Nezukoooo, kau ini ya.”
.
.
.
Chapter 4 done, ah akhirnya muncul juga si Nezuko yah. Ya walau cuma sebagai pemanis saja sih dalam cerita, fokusnya tetep untuk Tanjirou dan Kanao soalnya, hehe. Disini Nezuko nya yang versi manusia lho ya, bukan yang oni :v
.
.
Next Chapter : Perasaan Ini
.
.
Terima kasih bagi yang sudah baca dan review ya, bener-bener terima kasih pokoknya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro