Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2 - Lily Putih dan Senyumanmu

Chapter 2 : Lily Putih & Senyumanmu

Setelah pulang sekolah, seperti biasanya Kanao langsung bergegas menuju ke tempatnya bekerja. Sekolah selesai pukul 1 siang, dan dia mulai bekerja juga pada saat itu. Kanao bekerja kira-kira hanya sekitar 4-5 jam per harinya. Si pemilik toko sangat baik kepada Kanao, jadi meskipun cuma beberapa jam namun Mitsuri si pemilik toko dengan senang hati memakluminya.

"Sepertinya penjualan hari ini lumayan juga ya, Kanao-chan? Aku melihat banyak sekali orang dari pagi sampai siang ini yang mampir kesini."
ucap Mitsuri-san yang sepertinya sedang berbahagia melihat penjualan bunganya yang ramai hari ini.

"Iya Kanroji-san, penjualan hari ini sangat banyak sekali." sahut Kanao yang sedang merapikan barisan bunga yang berada di belakang.

Ia sangat senang bekerja disini. Melihat ratusan jenis bunga tiap harinya serta memberikan senyuman kepada setiap orang-orang yang mampir ke toko. Waktu disini merupakan waktu yang sangat berharga bagi Kanao.

Kanao memang jarang berbicara, apalagi kepada orang yang belum ia kenal. Ia biasanya hanya diam, tersenyum lalu pergi begitu saja apabila ada orang baru yang ingin mengajaknya kenalan. Untuk itulah ini merupakan kesempatan Kanao untuk lebih sering berbicara terhadap orang lain.

'KRIIING..KRIING..KRIING..'

Bunyi bel pintu masuk tanda ada seseorang yang masuk ke dalam toko. Kanao lalu bergegas menuju kasir tempat ia biasanya bekerja dan menyapa pelanggan. Pelanggan yang datang kali ini adalah seorang anak laki-laki.

"Selamat datang~"

Sapa Kanao terhadap pelanggan tersebut sambil merapatkan kedua telapak tangannya dan sedikit membungkuk. Ia selalu tersenyum seraya menutup matanya. Jadi ia tidak pernah fokus melihat wajah setiap pelanggan yang ada.

"Permisi nona, apakah ada bunga lily putih disini?" tanya pemuda tadi kepada Kanao yang sukses membuatnya kaget. Mendengar pemuda tadi mengatakan bunga lily putih membuat Kanao bertanya-tanya mau diapakan bunga itu nanti.

"Ada." Kanao menunjukkan letak dimana bunga tersebut kepada si pemuda.

"Terima Kasih."

Pemuda itu pun tersenyum kepada Kanao. Dan seketika Kanao langsung menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kanao membulatkan matanya kemudian dirinya teringat sesuatu.

'Senyuman ini, aku pernah melihat senyuman ini.. dimana?'

Kepala Kanao dipenuhi dengan hal-hal yang membuatnya bertanya-tanya, namun dirinya sendiri tidak tahu apa kebenarannya.

Apakah ia pernah bertemu dengan pemuda itu sebelumnya? Tapi kapan? Dan dimana? Begitulah kira-kira isi pikirannya saat ini.

Setelah si pemuda selesai memilih jumlah bunga lily putih yang ingin ia beli. Kemudian pemuda tadi pun menghampiri Kanao di kasir untuk membayar.

"Terima kasih telah berbelanja di toko kami."

"Terima kasih."

.

Setelah memberikan uang kembalian kepada si pemuda, si pemuda itu pun langsung pergi dari toko tersebut. Kanao yang diam-diam memandangi punggung pemuda tadi pun dibuat penasaran tak karuan.

'Siapa pemuda tadi?'
'Apakah aku pernah mengenalnya sebelumnya?'
'Kenapa senyumannya tadi terasa begitu familiar di benakku?'
'Lalu untuk apa pemuda tadi membeli sebucket bunga lily putih?'

.

"Ara ara Kanao-chan sedang jatuh cinta ya? Dengan pemuda tadi kah?"
Mitsuri-san yang tiba-tiba muncul dari samping kanan Kanao pun menggodanya karena melihat Kanao yang daritadi terus-terusan memandangi pemuda tadi.

Sambil menyisir rambutnya, Mitsuri-san kemudian menanyai Kanao dengan pertanyaan-pertanyaan aneh dan tidak masuk akal.

"Apakah dia tadi pacarmu?"

"A-ah bukan, Kanroji-san. Aku bahkan tidak mengenalnya sama sekali."

"Tapi dia seumuranmu kan? Mungkin saja dia jodohmu lho Kanao-chan fufufu."

"B-bukan."

Kanao yang merasa digoda pun langsung membantah. Dirinya bahkan tidak mengenal pemuda itu sama sekali. Hanya saja ada sesuatu yang sangat mengganjal pikirannya karena kemunculan pemuda tadi. Siapa sebenarnya pemuda itu?

.

.

.

Kanao pulang kerja agak larut malam dikarenakan penjualan bunga Mitsuri-san hari ini sangat banyak jadi Kanao ikut menghitung keuntungan yang didapatkan dan menghitung apa saja stok bunga yang telah habis. Besok toko Mitsuri-san terpaksa tutup dikarenakan dirinya kehabisan beberapa stok bunga.

Jadi untuk besok atau 2 hari kedepan, Kanao terpaksa harus libur kerja. Mungkin ini juga waktu yang pas bagi Kanao untuk beristirahat sejenak.
Jam 7 malam, Kanao pun mengemasi barang-barangnya dan beranjak pulang.

"Terima kasih untuk hari ini ya Kanao-chan. Hati-hati di jalan~"

"Saya mohon pamit dulu kalau begitu, Kanroji-san."
.

.

Di tengah perjalanan pulang, terlintas di pikiran Kanao tentang pemuda yang ia temui di toko tadi. Ia bertanya-tanya siapa dan untuk apa pemuda tadi membeli bunga lily putih. Rasa penasaran tersebut menghantuinya selama perjalanan pulang. Ia tak bisa terlepas dari senyuman yang ditunjukkan pemuda tadi.

.

Kanao's POV

Sepulang dari toko Kanroji-san, aku masih terbayang dengan pemuda yang aku temui di toko sore tadi. Banyak hal yang mengganggu pikiranku ketika pemuda tersebut muncul, meskipun aku tidak mengenalnya sama sekali. Justru itulah yang membuatku sangat penasaran.

'Siapa dia?'
'Untuk apa ia membeli bunga lily putih?'
'Aku penasaran mau diapakan bunga itu.'
'Dan juga senyuman itu, kenapa terasa begitu dekat (eh?)'
'Apakah kita pernah bertemu?'

Semua pikiran itu membuatku makin terganggu, seperti aku pernah bertemu dengannya sebelumnya? Dan kenapa senyumannya tadi tidak bisa hilang dari kepalaku?

Ada yang aneh denganku hari ini. Aku bahkan tidak terlalu peduli dengan orang lain biasanya. Tapi kenapa kali ini aku sangat memikirkan orang itu. Apa yang membedakannya? Biasanya aku hanya akan diam dan tersenyum ketika melihat atau bertemu dengan orang lain.

Tapi kali ini beda. Ingin aku benturkan kepalaku rasanya supaya aku bisa melupakan pikiran ini. Sepertinya aku harus segera beristirahat, mungkin semua pikiran aneh ini akan hilang dengan sendirinya. Semoga saja.

End of Kanao's POV

.

.

.

Keesokan Harinya

Karena toko Mitsuri-san tutup, maka sepulang sekolah Kanao hanya berjalan-jalan menyusuri taman. Ia melakukan itu untuk melepaskan semua pikiran anehnya kemarin. Kanao kemudian duduk di kursi taman yang biasa ia duduki. Ia bermain dengan kupu-kupu yang sedang terbang mengitarinya. Sambil mengangkat salah satu lengannya untuk dihinggapi kupu-kupu, ia tersenyum kecil.

20 menit berlalu dan Kanao masih melakukan hal itu. Hingga akhirnya fokus Kanao teralihkan dengan seseorang yang tiba-tiba bertanya kepadanya.

"A-ano, apakah benar anda yang melayani saya di toko bunga kemarin?"

Seseorang itu datang dari belakang arah kursi tempat Kanao duduk. Membuat Kanao sangat terkejut akan apa yang didengar dan dilihatnya. Matanya membulat tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat sekarang ini.

'I-ini, dia yang kemarin membeli bunga lily putih itu kan?'

Iya benar, orang yang sedang bertanya kepada Kanao saat ini adalah pemuda yang kemarin membeli bunga lily putih di toko bunga Mitsuri-san. Kanao masih tak percaya dengan yang dilihatnya, bagaimana orang ini bisa menemukannya, terlebih lagi bagaimana orang ini bisa mengetahui dirinya yang sedang berada di taman ini.

"..........."

Kanao masih terdiam dan belum menjawab pertanyaan pemuda di depannya ini. Hal itu membuat pemuda ini mengernyitkan dahinya. Merasa belum puas, pemuda itu mencoba bertanya sekali lagi.

"Em, ano nona. Apakah anda yang kemarin melayani saya di toko bunga kemarin?"

"............"

Masih belum mendapatkan balasan juga, akhirnya si pemuda ini pun menambahkan perkataannya.

"Kemarin saya membeli bunga lily putih di toko bunga anda, kemudian hari ini saya ingin membeli bunga itu lagi namun setelah saya datang ternyata toko itu tutup..."

Kanao yang mendengar penjelasannya masih saja diam. Sehingga membuat pemuda itu kembali melanjutkan perkataannya.

"... jadi saya memutuskan untuk mencari toko bunga yang lain namun ternyata tidak ada. Lalu, di tengah perjalanan mencari, saya tak sengaja melihat anda sedang duduk di taman bunga ini. Jadi saya berniat untuk menghampiri dan menanyakannya kepada anda." Si pemuda tadi pun menjelaskan alasannya kenapa dirinya bisa menemukan Kanao.

Setelah mendengar penjelasan dari pemuda tersebut, Kanao akhirnya angkat bicara. Ia membuka kedua bibirnya secara perlahan, dan membalas perkataan pemuda di depannya yang masih berdiri menunggu jawaban darinya.

"Maaf."

'M-maaf?' Pemuda itu tidak salah dengar, kata yang keluar dari Kanao hanyalah kata 'maaf'. Pemuda itu pun bingung, apa maksud dari kata maaf yang diucapkan gadis di depannya ini.

"Maaf." Lagi-lagi hanya kata maaf lah yang keluar dari mulut Kanao.
Membuat pemuda di depannya makin bingung tak karuan mencerna maksudnya.

"Ano, kenapa anda minta maaf, nona? Apaka-"

Kalimat si pemuda terpotong oleh Kanao yang kembali melanjutkan perkataannya.

"A-aku bukan pemilik toko tersebut, j-jadi aku tidak tahu apa-apa tentang hal tersebut. Maaf."

Akhirnya Kanao berhasil mengucapkannya. Penjelasan dari kata 'maaf' sebelumnya. Ia sangat tidak tenang sekarang. Kanao menggenggam tangannya erat-erat sambil menundukkan kepalanya saat mengucapkan kalimat barusan.

Si pemuda itu pun akhirnya paham dan mengangguk tanda mengerti dengan situasinya. Lalu si pemuda meminta maaf karena telah tidak sopan mengganggu waktunya dan menanyakan hal yang menurutnya kurang berkenan.

"Kalau begitu saya minta maaf sebesar-besarnya karena telah menanyakan hal yang kurang pantas ini kepada anda. Dan saya juga minta maaf telah mengganggu waktu anda." Sambil membungkukkan badannya si pemuda meminta maaf kepada Kanao.

Hal itu membuat Kanao terkejut. Untuk apa si pemuda ini meminta maaf sampai sebegininya, begitulah pikir Kanao.

"J-jika kau ingin membeli bunga lily putih itu, k-kau bisa menunggu sampai lusa karena tokonya baru buka besok lusa." Tiba-tiba Kanao mengatakan hal itu.

Mendengar ucapan Kanao, si pemuda pun langsung kembali menegakkan badannya dan tersenyum gembira.

"Terima kasih nona, atas informasinya." Pemuda itu lalu tersenyum, membuat Kanao kembali mengingat pikiran-pikiran anehnya kemarin.

Alhasil, Kanao memberanikan diri bertanya langsung kepada si pemuda.

"A-ano, untuk apa kau membeli b-bunga lily putih tersebut?" Kanao tidak berani mendongakkan kepalanya karena dirinya sekarang ini sangat malu. Tangannya meremas roknya dengan sangat kuat, dirinya sangat gugup. Ia menanyakan hal yang sebenarnya tidak ada hubungannya apapun dengan dirinya. Namun, rasa penasaran mendorongnya untuk bertanya.

Mendengar gadis di depannya ini bertanya, si pemuda pun lantas menjawabnya dengan segera.

"Ayo ikut aku, akan aku tunjukkan alasan kenapa aku membeli bunga lily putih tersebut." Ajak si pemuda yang tentu saja membuat Kanao kebingungan.

'Eh? Apa maksudnya?'

'Ikut? Ikut kemana?'

Namun karena dirinya sudah terlanjur bertanya, maka Kanao pun mengiyakan saja. Ia bangkit dari kursi taman kemudian mengikuti si pemuda yang kira-kira sudah berada 10 langkah di depannya. Sebenarnya mau kemana kah mereka berdua?

.

.

Kanao dan si pemuda akhirnya sampai di tempat tujuan. Begitu sampai, Kanao langsung terheran mengetahui bahwa dirinya sampai di tempat pemakaman.

Iya itu benar, ternyata si pemuda tadi mengajak Kanao ke tempat pemakaman. Si pemuda itu pun berjalan ke salah satu makam yang disana terdapat beberapa tangkai bunga lily putih. Ternyata makam itu merupakan makam ibunya yang telah meninggal karena sakit parah yang tak kunjung sembuh. Ibu si pemuda telah meninggal kira-kira 7 tahun yang lalu saat dirinya masih berumur 10 tahun.

Melihat ini, Kanao menjadi merasa tidak enak telah menanyakan hal sesensitif ini kepada pemuda yang bahkan belum ia kenal sama sekali.

"M-maaf. Aku turut berduka. Aku tidak tahu sebelumnya, sekali lagi aku minta maaf." Kanao membungkukkan badannya untuk meminta maaf. Dirinya benar-benar merasa bersalah kepada pemuda di depannya ini.

"Tidak apa-apa, santai saja. Aku juga sudah ikhlas kok." Si pemuda itu tersenyum meskipun senyumannya itu tidak setulus sebelumnya. Kanao yang menangkap itupun hanya terdiam.

"Aku selalu datang kesini setiap seminggu sekali. Namun karena minggu lalu aku tidak datang, jadi aku berniat untuk datang dua kali dalam seminggu ini..." Si pemuda itu menjelaskan sembari berjongkok di depan makam ibunya dan mengelus-elus batu nisan makam.

"... jadi kemarin dan hari ini aku memutuskan untuk menjenguk makam ibuku. Dan setiap aku kesini, aku selalu membawakannya bunga lily putih. Namun karena hari ini tidak ada jadi aku tidak membawakannya." Lanjut pemuda itu. Terlihat air mata si pemuda yang turun dengan sendirinya, dengan segera ia lalu mengusapnya dan kembali berdiri.

"Jadi itulah alasan kenapa aku membeli bunga lily putih itu." Si pemuda tersenyum tipis dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Kanao yang daritadi hanya diam saja mendengarkan cerita si pemuda, juga turut bersedih. Dirinya tidak tahu sama sekali bahwa tujuan pemuda ini membeli bunga lily itu adalah untuk menghormati ibunya yang telah lama meninggal.

"Mengapa harus bunga lily putih?" Kanao yang penasaran pun bertanya dengan nada yang lebih pelan dari biasanya.

Terjadi keheningan beberapa saat. Hingga akhirnya si pemuda menjawab.

"Karena bunga lily putih diartikan tentang kematian, kesedihan dan perginya orang-orang yang dicintai." Jawab si pemuda dengan ekspreksi yang penuh makna.

'Kematian? Kesedihan? Perginya orang yang dicintai?'

'Bukankah arti sebenarnya adalah ketulusan, rasa simpatik dan awal dari sebuah kehidupan baru?'

'Apakah dulu Kanae nee-san menunjukkan bunga ini dan sudah mengetahui arti bahwa akan ada orang yang pergi?'

'Apakah Kanae nee-san...'

Kanao yang mendengar hal tersebut tiba-tiba menjatuhkan air matanya. Ia teringat dengan kakaknya Kanae yang juga menceritakan arti dari bunga lily putih ini. Ia berpikir apakah dari awal Kanae juga sudah mengetahui bahwa dirinya akan pergi? Jadi ia mengucapkan kepada Kanao akan adanya kehidupan baru untuk Kanao. Sekilas membuat Kanao berpikir, yang manakah arti dari bunga lily putih yang sebenarnya?

Si pemuda yang melihat Kanao menangis itu pun kebingungan.

"Nona, kenapa menangis?" tanya si pemuda yang ikut khawatir dengan gadis di depannya ini yang tiba-tiba menangis.

"Aku t-tidak apa apa." Sambil mengusap matanya, Kanao kemudian mencoba menenangkan dirinya saat ini untuk tidak terlalu terbawa perasaan.

Seperti bisa membaca apa yang dirasakan Kanao. Si pemuda lalu menarik nafas kuat-kuat lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia kemudian mendongakkan kepalanya dan menghadap ke langit. Melihat langit yang setengah mendung namun masih diterpa oleh sinar matahari. Kemudian ia berkata.

"Ano nona, menurutku, bunga lily putih ini merupakan simbol dimana kematian dan kehidupan merupakan suatu hal yang tak dapat terpisahkan. Dua hal yang sangat dekat, namun tidak dapat dilihat. Kematian bukanlah perpisahan, namun merupakan dimulainya kehidupan baru. Kehidupan dimana semua hal akan terasa lebih berharga. Setiap detik dari waktu kehidupan akan selalu berarti. Yang mana mempunyai arti 'tidak ada hal yang tidak penting di dunia ini', semua itu hanyalah kesempatan untuk lebih menghargai waktu dan kehidupan. Dengan adanya itu, semua orang bisa hidup lebih bahagia. Kebahagiaan seseorang yang telah pergi pun akan selalu bersama kita selama kita juga selalu menjalani kehidupan ini dengan penuh kebahagiaan. Meskipun saat sulit, itu merupakan sebuah kesempatan untuk meraih kebahagiaan yang lebih besar. Aku sangat yakin akan hal itu."

Mendengar perkataan si pemuda itu, Kanao seperti tertampar namun dengan tamparan yang sangat lembut. Segala sesuatu di hatinya terasa lebih jernih, damai. Pikiran, tubuh, hatinya serta perasaannya menjadi lebih hidup dari biasanya.

Menurut Kanao, apa yang dikatakan pemuda itu sangatlah benar. Dirinya tidak bisa terus bersedih dengan apa yang telah terjadi. Kebahagiaan bukanlah hal yang bisa ditunggu dengan bersedih, melainkan sebuah hal yang akan selalu ada.

Kanao menjadi tersadar, seketika air matanya turun namun ia tidak merasakan kesedihan apapun. Melainkan perasaan haru dan bahagia. Dengan segera ia lalu mengusap air matanya tersebut, melihat punggung si pemuda yang masih menatap langit dengan tatapan yang sangat lembut.

Kanao tersenyum, senyum yang sangat tulus. Senyum paling tulus yang pernah ia tunjukkan selama hidupnya. Senyuman yang ada karena hatinya yang berbicara.
Dengan senyuman yang masih menyertai wajahnya, Kanao menghadap ke langit. Menatap langit seperti pemuda di depannya. Damai, seperti itulah gambaran langit yang juga sedang berbahagia meskipun mendung masih menyelimutinya.

Kanao berterima kasih atas kata-kata pemuda yang baru ia temuinya hari ini. Kata-kata yang sangat menyejukkan hatinya.

'Terima kasih'.
.

.

.

1 jam terlewat dan mereka berdua akhirnya keluar dari pemakaman. Kanao dan si pemuda akhirnya mengucapkan salam perpisahan untuk masing-masing.

Namun belum sampai mereka menginjakkan satu langkah kaki pun, suara perut mereka berdua pun berbunyi. Keduanya tentu saja malu dan terdiam untuk beberapa detik. Lalu si pemuda memecah keheningan dengan mengajak Kanao untuk pergi makan ke suatu tempat. Apakah ini sebuah kencan dengan orang yang belum pernah mereka kenal sama sekali?

"Ano nona, mau makan?" Ajak si pemuda yang sepertinya disetujui saja oleh Kanao yang masih tertunduk malu.

10 menit berjalan, akhirnya mereka berhenti di suatu tempat makan yang Kanao sendiri tak asing dengan tempat itu.

Iya benar, si pemuda mengajak Kanao untuk makan di restoran burger yang Kanao biasanya berhenti di depannya. Kanao benar-benar merasa terikat dengan restoran burger di depannya.

"Ada apa nona? Kau tidak mau makan disini?" tanya si pemuda yang menyadari tingkah aneh Kanao.

"T-tidak, bukan seperti itu. Hanya saja aku tidak punya banyak uang untuk membeli makanan disini." Kanao menundukkan kepalanya, merasa merepotkan.

"Tidak apa-apa kok, biar aku saja yang bayar, hehe." Ucap si pemuda tersenyum.

Senyum yang berbeda dengan senyum-senyum sebelumnya.

Senyuman yang hangat.
.

Awan mendung mulai menjadi semakin gelap, hujan pun turun secara tiba-tiba dan menjadi deras dengan sendirinya. Kanao dan si pemuda kemudian menepi ke depan teras restoran untuk menghindari air hujan.

'Situasi ini, situasi ini.... Aku sangat mengingatnya.' Kanao sepertinya mulai mengingat sesuatu, sesuatu yang sangat penting.

"Gimana nona?" tanya si pemuda itu lagi memastikan.

Sedangkan Kanao masih tidak menjawab, dirinya masih... masih memikirkan...
.

"Tidak apa-apa kok, biar aku saja yang bayar, hehe."
"Sudah, makan saja... aku sudah kenyang kok hehe."

.

"N-namamu... Tanjirou?"

Perkataan Kanao tersebut sukses membuat si pemuda membulatkan matanya sempurna, sangat tidak percaya. Tidak percaya dengan apa yang didengarnya dan tidak percaya dengan situasi sekarang ini, bahwa selama ini ternyata..

.

"K-Ka-Kanao?!"

.

.

.

Ah chapter 2 akhirnya selesai juga. Di chapter ini merupakan chapter yang menurut author sangat sangat gatcha. Dari awal nulis ini, nggak ada ide sama sekali. Bahkan di awal cuma dapet 700 words dan mau diakhirin sampai 1k aja niatnya.

Tapi makin kesini ditulis kok makin banyak nyambungnya gitu, padahal nggak direncanain. Paling bingung di bagian si Kanao mau diketemuin sama Tanjirou, pengennya kayak gimana. Eh malah jadinya kayak gitu wkwk. Malah curhat kan :v

Sebenarnya chapter 2 ini dibuat setelah chapter 3 :v

.

Next Chapter : Bunga & Matahari

.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro