Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Untukmu Yang di Atas

Tiga tahun berlalu dengan begitu cepat, Muzan meninggal di dalam pelukan Tanjirou tatkala ketika sedang dalam perjalanan menuju ruang oprasi.

Di saat-saat terakhir ia mengungkapkan sebuah perkataan tak bahagia untuk Tanjirou.

Sebuah permintaan terakhir untuk bisa pergi dan membiarkannya hidup tenang tanpa ada beban masalah.

Semuanya memang berubah, Tanjirou kini masih menjalani kehidupan normalnya, ya sebuah kehidupan normal tanpa adanya sang istri tercinta di samping diri.

Setiap hari Tanjirou hanya menonton televisi atau hanya sekedar membaca koran berita lalu melamun sendirian di atas loteng rumah sembari menatap ke arah luar loteng dari jendela, yang sayangnya hal itulah yang mengakibatkan Nakime kesulitan dalam mengurusi kehidupan tuannya sendiri.

...

Tujuh tahun berlalu, Nakime sudah mulai mencium tanda-tanda penyakit sedang diderita oleh Tanjirou.

Meski pada akhirnya ia tak pernah sedikitpun diberitahukan langsung oleh sang tuan, akan tetapi, sebagai sosok janda anak satu, Nakime paham betul Tanjirou mulai menjerumus ke arah yang tidak lagi sehat.

Baik secara mental maupun fisik.

Suatu pagi datang kepada Nakime, dia masuk ke dalam halaman depan rumah tuannya, pada saat itu Kokushibo si supir tengah mengambil cuti, dan Gyutaro si satpam juga dalam kesibukan sebagai paman baru bagi keponakannya yang baru lahir kemarin pagi.

Sehingga sekarang, tinggalah Nakime sendiri, di rumah besar tak bahagia ini.

Memasuki ruang tengah rumah Nakime lantas dibuat senam jantung manakala tuannya sendiri, Tanjirou, tergeletak tak beradaya di atas karpet hangat.

" Tuan Tanji!"

Segera ia pangku tuan satu-satunya itu. Di pukulnya pipi si tuan merah hingga merah betul pipinya sekarang. Tak lama setelah itu, Tanjirou bangun dari ketidaksadarannya.

" Nakime, aku sudah tidak kuat," lirih Tanjirou.

" Tuan sadarlah! Jika tuan tidak bergairah lagi untuk hidup, bagaimana perasaan yang dirasakan nyonya di atas sana?"

" Tapi aku sudah tidak kuat lagi Nakime. Aku ingin pulang bersama Muzan saja! Hanya dia, yang kumau."

Nakime tanpa ampun lalu memukul wajah tuan berambut merah itu, lalu kembali lah dia membentak.

" Tidak ada yang akan abadi tuan!"

Sakit, kurang lebih itulah hal yang dirasakan oleh Tanjirou.

Ia sudah egois, berharap yang telah mati untuk kembali, oh, sungguh! Bodohnya diri dia.

Menangis lah Tanjirou di tengah ruangan itu, bersama Nakime yang menenangkan diri Tanjirou.

Barangkali ini memang sudah saatnya untuk merelakan sosok cantik dari khayangan itu. Sosok baik hati yang telah hilang, telah hilang digrogoti oleh penyakit.

Oh, sungguh.

Telah berakhir sudah kisah ini.

End...

🥀

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro