Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cemburu dan, Nakime?

Langit berubah menjadi oranye, dan lagi-lagi masa lalu mulai membayang di kepala.

Kala itu, di sebuah cafe kecil di pinggir kota, sebuah pengalaman intim telah terjadi antara aku dan Tanjirou.

Kota tak berubah, burung-burung tetap bernyanyi untuk Sri Ratu, para cenayang tak berpendidikan mengemis akan kekuatan sihir mereka di jalanan, dan bangunan-bangunan kota dengan gaya roman masih begitu-begitu sahaja.

Di bawah payung teduh di atas permukaan Bumi, kami tengah duduk di sebuah kursi cafe yang secara kebetulan di letakkan di depan.

" Cuacanya indah bukan?" Tanya Tanjirou dengan senyuman gugup kepadaku.

" Iya, indah, tapi mengapa kita kesini?"

" Ada sesuatu yang harus ku sampaikan kepadamu. Dan ini bersifat rahasia." Ucapnya dengan senyuman.

Dengan mata waspada mulai aku lihat secara seksama jaket kulit hitam miliknya, tangan kanannya mulai merogoh saku jaket miliknya.

Pikiranku melayang tak tentu arah, berharap kalau-kalau itu bukanlah hal-hal yang bisa membunuh ataupun hal yang berbahaya lainnnya.
Ia mengeluarkan semu merah di kedua pipinya, tangannya lalu mengeluarkan sebuah buku aneh bersampul coklat dengan gambar mawar merah disana.

Disodorkan buku itu kepada diri ini, terlihat jikalau ia mulai memerah kembali, pandangannya tertunduk malu dibalik seragam polisi yang terbungkus jaket kulitnya.

Segera kutanya pada pria yang 3 tahun lebih muda dariku itu, dan tentunya dengan bahasa yang lebih halus dari biasanya.

" Apa ini? Anda tahu kalau hamba hanyalah mantan kriminal kan?"

Dengan cepat ia pandangi diriku dengan mata merah delima miliknya, wajahnya berubah menjadi serius bercampur tegang. Diletakkannya buku itu di samping cangkir kopi milikku.

Aku gugup, di dalam alam pikiran mulai terbayang hal-hal yang tak masuk akal setelahnya. Seolah-olah peletakkan buku di sebelah cangkir kopi adalah pertanda akan datangnya suatu hal yang besar terhadapku.

Muka Tanjirou lalu tersenyum hangat kembali, ia dengan suaranya yang merdu itu lalu bertanya dengan sopan.

" Waktu itu aku mendengar jikalau dirimu memerlukan pendamping, iya atau tidak?"

" Ya, aku butuh untuk keperluan membersihkan rumah." Jawabku tanpa curiga.

" Lantas. Bolehkah diri ini untuk menjadi pendamping mu?"

" Mengapa?, Bukankah Tuan Tanjirou sudah menjadi detektif yang masyhur?, Mengapa anda menginginkan untuk menjadi pendamping saya?"

Keheningan lalu melanda dengan tiba-tiba, Tanjirou bergerak gelisah tanpa arah. Sementara aku hanya bisa memandangi si detektif yang sudah berhasil membuatku tobat 2 tahun yang lalu dengan pikiran bingung.

Pasalnya jarang sekali dapat kulihat dia kebingungan seperti Ini. Biasanya dia itu keras, disiplin, dan juga berani, akan tetapi mengapa ia menjadi canggung dan juga penakut?.

Mulutnya kembali rapat, pandangannya mulai menatap mantap ke arah iris mataku, dan posisinya juga sudah tidak lagi bergolek ke kanan dan ke kiri.

Dengan tegas lalu ia bertanya.

" Muzan, mau kah dirimu untuk menjadi istriku!?"

...

" Nyonya?"

Aku kemudian tersadar dari perasaan nostalgia itu, kulihat sesosok wanita bertubuh pendek dengan porsi tubuh yang tegap lagi kokoh, rambutnya hitam panjang nan elegan, kulitnya putih dengan satu matanya yang tertutup oleh kain.

Jari-jari lentiknya terlihat memegang alat musik biwa, dan terlihat lah primadona bagian tubuhnya yang diincar oleh Kokushibo, yaitu bibir ranum merah miliknya.

Nakime, wanita cantik nan misterius yang setia melayani dan membantu pekerjaan rumah tangga kami.

" Nakime, apa Tanjirou belum pulang?" Tanyaku sambil memandang dirinya dari atas ranjang.

" Belum Nyonya, beliau belum pulang, bahkan Kokushibo juga belum pulang."

Khawatir mulai menakuti diriku kembali, wajah penuh ketakutan mulai aku tampakkan kepada pelayan ku yang paling setia itu.

Nakime mulai memandang kepadaku penuh rasa bingung dan sesal, mata pink miliknya mulai gugup, giginya bergerak tak tentu arah.
Jam dinding mulai aku lihat kembali, disana tertera pukul 21:00, atau kurang lebih pukul 9 malam.

Kemana Tanjirou?, Bersama dengan siapa dia selain Kokushibo?, Apa benar dia pergi menemui dokter sebagai rajutan asa miliknya untuk membuatku sembuh total?.

" Nakime." Panggilku.

" Ya Nyonya?"

" Kemana Tanjirou pergi?"

" Kota, Nyonya, katanya akan bertemu dengan dokter Kanao."

" Kanao. Dia lelaki, atau justru perempuan?"

" Dari sumber terpercaya, dokter itu ialah perempuan Nyonya." Jawab Nakime dengan wajah cemas.

Hancur pula hatiku di atas ranjang sakit.

Dia pergi ke wanita lain, selainnya daripada istrinya yang sah di atas pelaminan!.

Tanpa berkata, tanpa izin, dan secara tiba-tiba pula dia pergi kepada wanita lain. Kurang ajar!, Mengapa hatiku begitu sakit mendengarnya?.

Apa iya, aku sudah menjadi pencemburu?, Sama seperti Tanjirou di tahun-tahun lalu?, Apa iya aku sudah tidak lagi hidup baginya?. Tuhan. Mengapa hatiku begitu sakit mendengar ucapan Nakime?.

Nakime mulai pandangi diri ini dengan iba, ia lalu berujar. " Nyonya ku, barangkali Tuan Tanjirou tidak bermaksud berpaling dari Nyonya, bisa saja Tuan sedang mencari obat untuk Nyonya."

" Nein!, Ini sudah berlalu cukup lama!, Nein!, Aoi, Shinobu, hingga Kanae, dokter berilmu itu juga gagal mengobati diriku meski sudah mengenal Tamayo!.

" Dan sekarang, dia pergi ke dokter wanita lain untuk obat yang sama?, Konyol!, Tak ada lagi ampunan untuknya ketika pulang nanti!" Sembur ku yang mulai naik pitam.

Secara mengejutkan, rasa nyeri kembali menghampiri jantungku, dan karena rasa sakitnya yang begitu besar. Tanpa sadar diriku kehilangan kesadaran dengan begitu cepat.

...

Di hari itu, secercah harapan indah untuk hidup tanpa beban masa lalu telah ku capai.

Di atas pelaminan yang indah, Tanjirou dengan jas putihnya menggandeng tanganku menuju sebuah rumah yang cukup besar.

Dia dengan senyumannya lalu berkata, kata yang mengandung rayuan.

" Rumah ini aku beli, agar kau tak perlu khawatir jika ingin melahirkan 50 anak laki-laki dan 50 anak perempuan.

" Dan disini pula kau juga tak perlu khawatir, karena dengan rumah yang luas lagi besar ini, kau dapat berjalan bebas dan juga bersantai sambil sesekali menyuruhku untuk membersihkan rumah."

Aku tertawa setelahnya, 100 pasang anak laki-laki dan perempuan. Terdengar lucu tapi juga rayuan ditambah lagi kalau dia berjanji akan menjadi pelayan ku yang setia.

Maka dengan nada rayuan pula aku lalu berbisik di telinganya.

" Jika itu benar, maka jadikanlah aku sebagai satu-satunya di rumah ini yang engkau cintai.

" Bahkan, ketika kau diluar rumah ini."

Setelah ajakan bisikan itu, ia tertawa renyah lalu balik melihat kepada diri ini sambil berucap dengan nada sombongnya.

" Tentu, bahkan jika bulan dan matahari memintaku untuk menjadi suami bagi mereka."

Kami berdua lantas tertawa penuh bahagia, dan kebahagiaan itu ditambah ketika Tanjirou mencium diriku secara singkat, hingga membuat kedua pipi ini merah padam.

Akan tetapi, apa benar semua percakapan tadi akan menjadi kenyataan?.

TBC.

Lagu yang digunakan: semusim- Chrisye.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro